Sabtu, 17 Agustus 2024

Lelaki Berbaju Hitam di Kampus Inha University



Di kampus Inha University, Incheon, ada seorang lelaki yang dikenal dengan penampilannya yang mencolok. Namanya adalah Joon-suk, dan ia selalu terlihat dengan baju hitam, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dari jauh, ia tampak seperti sosok misterius yang sulit didekati, seakan-akan ia membatasi jarak antara dirinya dan orang lain dengan aura dingin yang mengelilinginya.

Joon-suk dikenal sebagai mahasiswa yang sangat cerdas dan berbakat, tetapi juga terkenal karena sifatnya yang sulit ditaklukkan. Ia jarang berbicara, jarang tersenyum, dan sering kali mengabaikan keberadaan orang-orang di sekelilingnya. Banyak yang bertanya-tanya tentang alasan di balik sikapnya yang misterius itu, tetapi tidak ada yang berhasil menguak rahasianya.

Segalanya berubah ketika Merve, seorang mahasiswi asal Turki, tiba di kampus Inha University untuk program pertukaran pelajar. Merve adalah sosok yang ceria, penuh semangat, dan selalu tersenyum pada setiap kesempatan. Keduanya bertemu untuk pertama kalinya di ruang perpustakaan saat Merve kebingungan mencari buku referensi untuk tugasnya.

“Apakah kamu bisa membantuku mencari buku ini?” tanya Merve dengan aksen Turki yang kental, sambil menunjukkan daftar buku di tangannya.

Joon-suk yang kebetulan berada di dekat rak buku, menoleh sejenak. Ia melihat ekspresi frustasi Merve dan tanpa berkata sepatah kata pun, ia berdiri dan mengambil buku yang dicari Merve dari rak.

Merve sangat berterima kasih. “Terima kasih banyak! Aku benar-benar tidak tahu harus mencari ke mana.”

Joon-suk hanya mengangguk dan kembali ke mejanya. Namun, Merve merasa ada sesuatu yang berbeda tentang lelaki itu dan penasaran. Ia tidak bisa mengabaikan perasaan bahwa di balik sikap dinginnya, ada sesuatu yang lebih.

Hari demi hari, Merve terus berusaha untuk mengenal Joon-suk. Ia sering kali mencoba mengajaknya berbicara, membawakan makanan khas Turki, atau sekadar menyapa. Joon-suk awalnya tetap menjaga jarak, tetapi perlahan-lahan ia mulai merespons sapaan Merve dengan sedikit senyum.

Suatu sore, saat hujan turun deras di luar, Merve terlihat kedinginan di halte bus. Joon-suk kebetulan lewat dan melihatnya. Tanpa berpikir panjang, ia menghampiri Merve dan menawarkan payungnya.

“Kenapa kamu masih di sini? Bus bisa datang kapan saja,” ujar Joon-suk dengan nada lembut yang jarang terdengar dari mulutnya.

Merve menatapnya dengan kejutan dan rasa terima kasih. “Aku hanya menunggu bus berikutnya. Terima kasih banyak.”

Hari-hari berikutnya, Joon-suk mulai lebih terbuka. Ia mulai membantu Merve dengan tugas-tugasnya, dan perlahan-lahan, Merve melihat perubahan yang signifikan dalam diri Joon-suk. Ia tidak lagi terlihat dingin dan tertutup; sebaliknya, Joon-suk menjadi lebih hangat dan peduli.

Suatu malam, saat mereka duduk bersama di kafe kampus setelah menghadiri acara budaya Turki yang Merve selenggarakan, Joon-suk membuka percakapan dengan lebih mendalam.

“Merve, aku ingin berterima kasih. Kamu telah mengubah banyak hal dalam hidupku,” katanya sambil memandang mata Merve yang penuh rasa ingin tahu.

Merve tersenyum. “Aku hanya menjadi diriku sendiri. Aku senang bisa membantu.”

Joon-suk mengangguk. “Aku merasa seperti ada sesuatu yang hilang dalam hidupku sebelum kamu datang. Sekarang aku merasa lebih baik. Terima kasih telah memberiku kesempatan untuk berubah.”

Merve hanya bisa tersenyum bahagia, melihat lelaki berbaju hitam yang dulu dingin dan sulit didekati kini telah berubah menjadi seseorang yang penuh perhatian dan peduli. Mereka terus berinteraksi dan menjalin persahabatan yang mendalam, dan Joon-suk menemukan bahwa cinta dan perhatian Merve telah membuka hatinya, menjadikannya pribadi yang lebih baik dan lebih bahagia.

0 komentar:

Posting Komentar