Kang Deden

Tidak ada awal, akhir ataupun pertengahan, sebab yang ada hanyalah perjalanan.

Kang Deden

Orang besar ialah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri.

Kang Deden

Berlarilah mengejar impian. Disana terdapat indahnya kehidupan.

Kang Deden

Berjalanlah, engkau akan mendapatkan banyak pelajaran.

Kang Deden

Tenangkan hatimu, karena itu sumber kebahagiaan.

Selasa, 03 September 2013

Logika Bisnis Sepakbola



Saya cukup senang dengan dimulainya pertandingan Liga Sepakbola Eropa di pertengahan bulan Agustus. Sebab pada musim panas yang tanpa adanya perhelatan sebakbola itu hampir mirip dengan makanan tanpa garam. Hambar. Tapi selalu ada yang mengejutkan di awal-awal liga. 

Kali ini yang lebih menyentak hati dan pikiran adalah tentang berita beberapa menit menjelang penutupan bursa transfer pemain sepakbola. Betapa tidak, sebagai fans Real Madrid, meski klub asal Spanyol ini mendapatkan pemain-pemain hebat, tapi juga melepaskan pemain yang sudah menyumbangkan banyak gol dan asisnya.

Lihatlah data ini: pemain baru yang baru saja dibeli Madrid adalah Gareth Bale, yang cukup alot dalam negoisasi antara Spurs dan Madrid, ada juga Isco, yang dalam tiga pertandingan awal sudah menyumbang 3 gol. Madrid juga mendatangkan Carvajal, Illarra, Casemiro dan Jese.

Dengan datangnya pemain baru, konsekuensi logisnya adalah harus ada yang keluar. Walaupun yang keluar dari Madrid juga bukan main-main bagusnya. Penyerang utama Higuain di awal masa transfer sudah memilih klub Napoli, selain nama Callejon dan Albiol. Essien kembali ke Chelsea bersama Mourinho. 

Ada juga Adan, Carvalho, Cheryshev. Bahkan, Kaka langsung pergi ke Milan setelah Madrid secara resmi dapatkan Bale. Yang paling akhir dan menyedihkan bagi fans Madrid adalah hengkangnya Ozil ke Arsenal. Ternyata ada satu lagi, Coentrao dipinjamkan ke MU di menit akhir bursa transfer pemain sepakbola.

Nyesek sih, banyak pemain bagus yang hilang. Tapi bagi fans klub lain yang kedatangan mantan pemain Madrid sangat senang. Banget. Hahaha. Saksikan saja bagaimana antusiasnya pelatih dan fans Arsenal kedatangan Mesut Ozil. Juga AC Milan yang pemain terbaiknya kembali ke rumahnya. Atau Napoli disebut-sebut sebagai klub yang cukup disegani setelah mendatangkan 3 mantan pemain Madrid.

Logika yang digunakan dalam pembelian dan penjualan adalah seratus persen bisnis. Membeli pemain yang terbaik agar dapat menyumbangkan sebuah piala. Dan itu dapat menutup harga pembelian pemain itu. 

Bahkan, logika ini juga akhirnya tidak menyertakan perasaan, dengan alasan profesionalitas. Padahal bahasa yang secara tidak halus adalah mengatakan, pemain yang dijual itu tidak bisa lagi memuaskan sang pemilik klub yang haus kemenangan dan haus keuntungan yang sebanyak-banyaknya.

Pembelian dan penjualan pemain bola ini sebenarnya kalau boleh kita menyebutnya sebagai perbudakan pada zaman modern. Dulu budak dibeli dan dijual untuk menjadi budak atau pembantu di zaman jahiliyah. Sekarang, pemain boleh dijual dan dibeli untuk memperebutkan sebuah juara dan keuntungan besar bagi klub. Sama saja kan? Hehe.

Tapi ada satu hal yang sangat kontradiktif ketika kedatangan dan kepergian pemain. Saat perkenalan Bale di Santiago Bernabeu, misalnya, perhelatan akbar terjadi di stadiun di ibukota Spanyol itu. Hiperbola media dalam pemberitaan kedatangan itu begitu kentara. Bahkan streaming sudah disiarkan satu jam sebelum acara perkenalan itu sudah disiarkan melalui Real Madrid TV dan Youtube. Ratusan ribu orang menyaksikan acara itu.

Sementara di tempat lain, di saat melepaskan pemainnya Madrid hanya menulis sebuah rilis berita melalui website resminya. Padahal ketika mendatangkan pemain itu hampir sama dengan kedatangan Bale di Madrid. Sebut saja Kaka yang dulu didatangkan Madrid dari AC Milan. Saat dijual tidak ada hingar binger kepergiannya dari Madrid.

Jika dianalisa, kepergian Ozil ke Arsenal tentu disebabkan ia tidak lagi diprioritaskan dalam sekuat utama. Menumpuknya gelandang di skuat Madrid menjadi alasan utama hengkangnya pemain asal Jerman berdarah Turki itu. Ia tidak mau nasibnya seperti Kaka, yang dulu masih bertahan meski sudah sering dicadangkan. Sebab tugas pokok pemain adalah bermain sepakbola bukan menjadi pemain cadangan atau pengganti.

Para fans klub sepakbola tidak bisa berbuat apa-apa ketika pemain kesayangannya merumput di klub lain. Dan ada beberapa tipe fans klub sepakbola. Ada yang menyukai karena klubnya bagus. Ada yang mencintai karena pemainnya bagus. Ada juga yang hanya ikut-ikutan suka klub saat klub itu juara. 

Dan akhirnya para fans klub sepakbola harus sadar bahwa sepakbola adalah bisnis jumbo abad modern. Dalam sebuah klub dapat menghasilkan jutaan bahkan milyaran euro. Mulai penjualan karcis, jersey, sampai pernak-pernik klub lainnya. Juga tak kalah penting adalah hadiah utama jika menjadi juara liga domestik, piala raja dan liga champions. 

Di luar itu semua, saya sebagai penikmat permainan sepakbola Real Madrid hanya menjadikan itu sebagai hiburan di akhir pekan. Ya, akhir pekan tanpa bola hanya seperti makanan tanpa garam, hambar.