Kang Deden

Tidak ada awal, akhir ataupun pertengahan, sebab yang ada hanyalah perjalanan.

Kang Deden

Orang besar ialah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri.

Kang Deden

Berlarilah mengejar impian. Disana terdapat indahnya kehidupan.

Kang Deden

Berjalanlah, engkau akan mendapatkan banyak pelajaran.

Kang Deden

Tenangkan hatimu, karena itu sumber kebahagiaan.

Sabtu, 03 Juli 2010

Dolmabahce Istana Terakhir Kekhalifahan Turki Usmani

(Dimuat di Republika, Jumat, 2 Juli 2010)


Oleh Deden Mauli Darajat*


Istana Dolmabahce dibangun dengan menghabiskan dana sekitar 35 ton emas.


Turki begitu kaya akan warisan peradaban Islam. Betapa tidak. Di negara itulah kekhalifahan Islam terakhir berdiri. Instanbul merupakan salah satu kota yang kaya akan peninggalan bersejarah. Di kota yang menjadi incaran raja-raja pada zaman dulu itu berdiri sebuah bangunan bersejarah bernama Istana Dolmabahce.


Ketika beberapa waktu lalu, Ketua Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) Iran, Dadan Maula Daramawan datang berkunjung ke Turki, saya pun mengajaknya berkunjung ke Istana Dolmabache. Di Istanbul memang banyak bangunan bersejarah yang masih terawat.


Istana Dolmabahce merupakan istana terakhir Kesultanan Turki Usmani. Letaknya sangat stategis. Istana itu langsung berhadapan dengan laut Bosporus. Dari atas kapal laut kita dapat melihat kemegahan istana itu dari kejauhan. Istana itu banyak menyimpan barang-barang pemberian dari para raja dari berbagai kerajaan.


Dolmabahce merupakan bangunan terakhir yang dibangun oleh penguasa Turki Usmani, Sultan Abdul Majid I yang memimpin Turki Usmani dari 1839-1861. Istana yang terletak di atas lahan seluas 110 ribu meter persegi itu dibangun pada 1843-1856. Pembangunan gedung bernuansa barat itu menghabiskan dana sebesar lima juta pound emas Usmani atau setara dengan 35 ton emas.


Sebanyak14 ton emas dalam bentuk emas digunakan untuk menghiasi 45 ribu meter persegi langit-langit monoblock istana. Yang bertanggung jawab atas pekerjaan konstruksi Haci Said Aga, sementara proyek ini direalisasikan oleh arsitek Garabet Balyan.


Istana itu memilik tiga lantai termasuk lantai bawah tanah. Dolmabahce memiliki 285 kamar dan 46 ruang, 6 kamar mandi khas Turki, 1.427 jendela, 68 toilet dan karpet yang menutupi lantai. Hingga kini, banguan dan segala isinya masih terjaga keasliannya.


Di area Istana Dolmabahce itu terdapat 16 banguan yang terletak di samping bangunan utama, seperti; pabrik, toko kaca, pengecoran, apotek dan dapur. Selain itu juga terdapat dua gerbang yang monumental, yakni Gerbang Jam Gadang, serta gerbang sepanjang 600 meter di pinggir dermaga sepanjang laut.


Batu porphyry yang menghiasi istana itu didatangkan dari kota Pergamum kuno, alabaster Mesir. Sedangkan perabotannya dibawa dari Paris. Bahan-bahan dari kristal Baccarat, didatangkan dari Inggris. Selain terbuat dari 40 ton emas, istana itu juga menggunakan 40 ton perak untuk dekorasi.


Bagian dalam Istana Dolmabahce dihiasi dengan lukisan-lukisan, dan langit-langit ilustrasi dibuat oleh seniman Perancis dan Italia. Lukisan karya perupa terkenal Rusia Aiwazowsky juga memperkaya dekorasi interior istana itu. Dalam dekorasi interior, di antaranya terdapat 156 jam serta 58 lilin. Istana ini juga berisi desain eklektik elemen Baroque, Rococo dan gaya neoklasik , dicampur dengan tradisional arsitektur Turki Usmani untuk menciptakan sebuah sintesis baru.


Tata letak istana dan dekorasinya mencerminkan pengaruh peningkatan standar budaya Eropa pada akhir kesultanan Turki Usmani. Dolmabahce merupakan istana terbesar di Turki, mengingat bahwa daerah monoblock menempati bangunan 45 ribu meter persegi.


Sebelumnya, Sultan dan keluarganya tinggal di Istana Topkapi, namun karena Istana Topkapi kurang menarik saat itu, maka sultan Abdul Majid I memutuskan untuk membangun Istana Dolmabahce. Istana ini mengandung banyak emas dan kristal.


Istana itu merupakan rumah bagi enam sultan dari 1856, ketika pertama kali dihuni, sampai penghapusan kekhalifahan pada 1924. Keluarga kerajaan yang terakhir tinggal di tempat itu adalah Sultan Abdul Majid Efendi. Undang-undang yang mulai berlaku pada 3 Maret 1924 menyebutkan bahwa kepemilikan istana dipindahkan dan menjadi warisan nasional Republik Turki baru.


Mustafa Kemal Ataturk, pendiri dan Presiden pertama Republik Turki, menggunakan istana kepresidenan sebagai tempat tinggal selama musim panas. Ataturk juga menghabiskan hari-hari terakhir perawatan medis di istana itu. Ia meninggal pada 10 November 1938.


Saat ini istana yang menjadi museum itu dibuka untuk umum. Para wisatawan yang ingin berkunjung dikenakan biaya sebesar 20 Turki Lira (TL) atau setara dengan Rp 140 ribu dengan kurs 1 TL sama dengan Rp 7.000. Di museum itu, para pengunjung dipandu oleh pemandu istana. Para pemandu ini menjelaskan istana ini dengan menggunakan bahasa Inggris bagi wisatawan mancanegara dan bahasa Turki bagi wisatawan lokal.


Jika Anda berwisata ke Turki, berkunjung ke Istana Dolmabahce layak Anda jadwalkan.


* Mahasiswa Pascasarjana Universitas Ankara, Turki. Email: deden_md@yahoo.com


Bisa juga diakses di: http://koran.republika.co.id/koran/52/114316/Dolmabahce_Istana_Terakhir_Kekhalifahan_Turki_Usmani