Kang Deden

Tidak ada awal, akhir ataupun pertengahan, sebab yang ada hanyalah perjalanan.

Kang Deden

Orang besar ialah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri.

Kang Deden

Berlarilah mengejar impian. Disana terdapat indahnya kehidupan.

Kang Deden

Berjalanlah, engkau akan mendapatkan banyak pelajaran.

Kang Deden

Tenangkan hatimu, karena itu sumber kebahagiaan.

Rabu, 12 November 2014

Doa dan Kesuksesan



Suatu malam ayah saya mengatakan, “Jangan sesekali meremehkan doa, apalagi doa orang tua.” Saya kemudian berpikir apa yang telah diucapkan ayah saya itu. Bahkan hingga menjelang tidur, kata-kata itu selalu hinggap di kepala saya. Doa, ya, doa. Permintaan manusia kepada Tuhannya, Allah SWT.

Beberapa hari lalu, teman saya mengabari bahwa dirinya akan maju sidang skripsi. Ia pun meminta untuk mendoakannya untuk kelancaran dan kesuksesan ujian skripsinya. Saya pun berdoa untuknya. Ia juga memohon doanya di grup whatsapp alumni sekolah kami. Banyak yang merespon positif dan mendoakaanya. Dan ia sukses melewati sidang skripsinya. “Legaa. Alhamdulillah,” katanya.

Saya teringat setahun lalu ketika saya harus menghadapi sidang tesis di kampus Universitas Ankara, Turki. Sahabat saya, Faris BQ, meminta doa untuk saya di grup whatsapp (WA)  Gema Ilmiah Ankara (GIA). Grup ini biasanya mendiskusikan rencana diskusi dua mingguan. Tapi selebihnya grup ini banyak humornya, humor tentang anak muda perantauan yang mudah terkena virus galau.

Tapi tidak dengan permintaan doa untuk saya. Bang Faris, sapaan kami, saat itu serius dalam meminta doa ini. Ia mengatakan bahwa doa ini sangat penting untuk Kang Deden (KD), begitu ia menulis pesan di grup WA. Ia menambahkan, mungkin soal isi dan tulisan tesis, KD sudah menguasainya, tetapi grogi dan ketenangan hati belum tentu, maka doa inilah yang dibutuhkannya.

Respon positif dari teman-teman GIA begitu hebat. Yang biasanya suka jail dan iseng kali ini berhenti sesaat. Serius. Bahkan tidak hanya di grup WA yang tertutup itu. Mereka, teman-teman saya yang baik hati, itu menuliskan twitnya untuk memintakan doa untuk saya di akun  Twitternya. Saya terharu. Sungguh, sangat terharu. Beginilah kami bersahabat. Memperkuat tali persaudaraan dengan sama-sama mendoakan satu sama lain.

Dan Alhmadulillah, berkat doa banyak orang, dan tentu orang tua dan keluarga, saya masuk ruang ujian tesis yang terkenal angker itu dengan tenang. Saya juga mempresentasikan tesis dengan percaya diri dan menjawab pertanyaan-pertanyaan di ruang sidang dengan jawaban yang jelas. Di luar pertanyaan tesis, para penguji dan pembimbing bertanya soal masa depan saya. Sidang saat itu berjalan hangat dan tidak mencekam.

Inilah berkat kekuatan doa.

Tabik.