Kang Deden

Tidak ada awal, akhir ataupun pertengahan, sebab yang ada hanyalah perjalanan.

Kang Deden

Orang besar ialah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri.

Kang Deden

Berlarilah mengejar impian. Disana terdapat indahnya kehidupan.

Kang Deden

Berjalanlah, engkau akan mendapatkan banyak pelajaran.

Kang Deden

Tenangkan hatimu, karena itu sumber kebahagiaan.

Selasa, 03 Mei 2011

Menengok Makam Imam Khomeini

(Dimuat di Republika, Ahad, 1 Mei 2011)

Oleh Deden Mauli Darajat (Mahasiswa Pascasarjana Universitas Ankara, Turki)

Iran merupakan salah satu negara Republik Islam di Dunia. Penamaan negera Republik Islam Iran ini tidak bisa dipisahkan dari Revolusi Islam pada tahun 1979 M silam. Gerakan revolusi Islam di Iran dimotori oleh sang ulama bernama Imam Khomeini. Untuk mengenangnya, nama bandara internasional di Teheran, ibukota Iran juga dinamakan Bandara Internasional Imam Khomeini. Bahkan, juga terdapat Universitas Internasional Imam Khomeini.

Saat berkunjung ke Iran beberapa waktu lalu, saya menyempatkan untuk berziarah ke makam pendiri Republik Islam itu. Makam yang terletak di ibukota Iran itu ramai dipenuhi pengunjung. Maklum saat kami berkunjung ke sana, pengurus makam sedang mempersiapkan hari ulang tahun Revolusi Islam yang ke-32. Makam Imam Khomeini itu terletak di tengah masjid. Kami pum melaksakan shalat ashar di masjid yang masih dalam tahap penyelesaian pembangunannya.

Kami menggunakan kereta bawah tanah atau metro untuk sampai di makam Imam Khomeini. Dari stasiun Haram E-Motahar kami masih jalan kaki lagi, karena area pemakaman tersebut begitu luas. Di area makam itu terdapat toko-toko yang menjual berbagai macam barang-barang. Selain itu di sana juga terdapat taman yang luas, namun masih kurang dengan pepohonan.

Pemakaman Imam Khomeini yang juga biasa disebut E-Bahest Zahra atau Pemakaman Zahra terletak di selatan Teheran. Pembangunan komplek pemakaman dimulai pada tahun 1989 setelah kematian Khomeini pada tanggal 3 Juni pada tahun itu. Saat ini komplek pemakaman masih dalam pembangunan, namun jika selesai nanti akan menjadi pusat kompleks pemekaman terbesar di Iran yang luasnya lebih dari lima ribu hektar atau sekitar 20 kilometer persegi. Pemerintah Iran telah menghabiskan dana sebesar dua milyar dolar Amerika untuk pembangunan ini.

Pada komplek pemakaman juga terdapat perumahan, pusat wisata budaya, pusat studi Islam, pusat pembelanjaan dan tempat parkir untuk 20 ribuan mobil. Situs ini adalah tempat bagi pengikut Khomeini. Hal ini digunakan secara simbolis oleh tokoh-tokoh pemerintah dan juga pada saat kesempatan dikunjungi oleh pejabat asing. Cucu khomeini bertugas merawat makam ini. di pemakaman ini juga terdapat makam putra kedua Imam Khomeini yakni Ahmad Khomeini.

Makam Khomeini terletak dalam sebuah masjid yang memiliki kubah besar yang dilapisi emas. Di bawah kubah emas itulah tepatnya letak makam pendiri Republik itu. Masjid itu juga dilengkapi dengan empat menara. Di sekitar masjid terdapat empat gedung plaza persegi panjang yang mengelilingi makam Khomeini.

Kubah diatas makam itu didukung oleh delapan besar marmer kolom dengan lingkaran sarkofagus, yang bersama-sama dengan kolom kecil lainnya mendukung frame langit-langit ruang, langit-langit ini juga diselingi oleh clerestories. Permukaan lantai dan diinding terbuat dari marmer putih yang dipoles dan lantainya ditutupi dengan karpet halus.

Revolusi Islam

Imam Khomeini yang juga disebut Sayyid Ayatollah Ruhollah Khomeini lahir di Khomein, Provinsi Markazi, 24 September 1902 dan meninggal dunia di Tehran, Iran, pada tanggal 3 Juni 1989 pada umur 86 tahun. Dia adalah tokoh Revolusi Iran dan merupakan Pemimpin Agung Iran pertama. Khomeini belajar teologi di Arak dan kemudian dilanjutkannya di kota suci Qom, dimana akhirnya ia menetap di sana dan mulai membangun dasar politik untuk melawan keluarga kerajaan Iran, khususnya Shah Mohammed Reza Pahlavi.

Pertama kali Khomeini terjun ke politik ketika pada tahun 1962 saat pemerintahan Shah berhasil mendapatkan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang mencurahkan beberapa kekuasaan pada dewan provinsi dan kota. Sejumlah pengikut Islam keberatan pada perwakilan yang baru dipilih dan tak diwajibkan bersumpah pada al-Qur'an namun pada tiap teks suci yang dipilihnya. Khomeini menggunakan kemarahan ini dan mengatur pemogokan di seluruh negara yang menimbulkan penolakan pada RUU itu.

Khomeini menggunakan posisi yang kuat ini untuk menyampaikan khotbah di Sekolah Faiziyveh dengan mendakwa negara berkolusi dengan Israel dan mencoba "mendiskreditkan al-Qur-an." Ia pun kemudian ditangkap polisi rahasia Iran. Penangkapannya yang tak terelakkan oleh polisi rahasia Iran memancing kerusuhan besar-besaran dan reaksi kekerasan yang biasa oleh pihak keamanan yang mengakibatkan kematian ribuan orang.

Khomeini terus susah selama tahun-tahun berikutnya. Pada peringatan pertama kerusuhan, pasukan Shah bergerak ke kota Qom, menahan Imam sebelum mengirimnya ke pembuangan di Turki. Ia tinggal untuk beberapa waktu sebelum pindah ke Irak di mana melanjutkan pergolakan untuk jatuhnya rezim Shah. Pada 1978 pemerintahan Shah meminta Irak untuk mengusirnya dari Najaf, lalu ia menuju Paris selama sementara profilnya berkembang sebagai refleksi langsung kejatuhan Shah.

Peringatan di Persepolis mulai mengundang banyak orang dan menyusul rangkaian kekacauan keluarga Shah meninggalkan negeri pada Februari 1979, memuluskan langkah untuk kembalinya Khomeini dan 'Permulaan Revolusi Islamnya'. Disambut ratusan ribu rakyatnya di bandara dan ribuan lebih lanjut yang berjajar sepanjang jalan kembali ke Teheran.

Revolusi Iran yang juga disebut Revolusi Islam merupakan revolusi yang mengubah Iran dari Monarki di bawah Shah menuju Republik Islam yang dipimpin Imam Khomeini. Pada 1978 telah berlangsung demonstari besar menentang kekuasaan Shah Mohammad Reza Pahlevi. Pada Januari 1979 setelah diasingkan, Khomeini kembali ke Teheran dan disambut oleh jutaan rakyat Iran yang menghendaki revolusi.

Di saat bersamaan angkatan bersenjata Iran menyatakan pihaknya netral setelah gerilyawan dan pemberontak mengalahkan pasukan militer itu. Angkaran bersenjata Iran sebelumnya sangat loyal terhadap Shah Reza Pahlevi. Revolusi pun tak terelakkan lagi pada Februari 1979 yang mengakibatkan diasingkannya Reza Pahlevi ke Mesir hingga ia meninggal dan dimakamkan di Kairo.

Tidak seperti Revolusi di beberapa negara, yang terjadi karena pemberontakan petani, krisis moneter, atau pun ketidakpuasan militer, revolusi di Iran disebabkan gerakan keislaman yang dibimbing oleh seorang ulama besar yang berumur 80 tahun yang telah diusir dari Qom (kota suci di Iran) oleh sang penguasa Shah pada saat itu.

Shah Reza Pahlevi yang saat itu memimpin Iran dikenal boros dan korupsi terhadap kekayaan negara. Kebijakan ekonominya yang tidak menentu mengakibatkan inflasi tinggi. Selain itu, Reza Pahlevi juga dikenal dekat Amerika Serikat. Kedekatannya dengan pihak barat itu terlihat dari kebijakannya dalam melakukan westernisasi dan sekulerisasi di negeri Persia itu. Bangsa Iran yang mayoritas muslim menganggap Reza Pahlevi sebagai boneka Amerika Serikat.

32 tahun setelah revolusi di Iran pemerintahannya menerapkan hukum sesuai syariah Islam. Sampai saat ini di Iran tidak terdapat Kedutaan Besar Amerika Serikat. Dalam perjalanan kami selama di Iran, di berbagai tempat di Iran kami selalu menjumpai para perempuan menggunakan kerudung. Kebijakan penggunaan kerudung ini tidak hanya berlaku untuk warga Iran yang beragama Islam, melainkan juga bagi warga Iran yang non muslim. Bahkan, para turis perempuan yang berkunjung dari belahan dunia lainnya juga diwajibkan mengenakan kerudung.

Selain mengenakan kerudung, para wanita di Iran juga kebanyakan mengenakan pakaian serba hitam. Hal ini guna mengurangi kejahatan terhadap perempuan. Yang paling menarik adalah, saat kami menggunakan alat transportasi di Iran, baik bus maupun kereta bawah tanah atau metro. Bus kota di Iran dibagi menjadi dua bagian, bagian depan untuk penumpang laki-laki sementara bagian belakang untuk perempuan.

Meski demikian, perempuan masih bisa menggunakan tempat di bagian depan yang digunakan laki-laki yang telah menikah atau beristri, sementara penumpang laki-laki hanya diperbolehkan di bagian depan saja. Begitu juga kereta bawah tanah, pihak pengelola metro memberikan gerbong khusus perempuan yang tidak boleh digunakan penumpang laki-laki. Sementara bagi perempuan yang memiliki suami diperbolehkan menggunakan gerbong untuk penumpang laki-laki.

Dapat juga diakses di: http://koran.republika.co.id/koran/153/134213/MENENGOK_Makam_Imam_Khomeini