Kang Deden

Tidak ada awal, akhir ataupun pertengahan, sebab yang ada hanyalah perjalanan.

Kang Deden

Orang besar ialah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri.

Kang Deden

Berlarilah mengejar impian. Disana terdapat indahnya kehidupan.

Kang Deden

Berjalanlah, engkau akan mendapatkan banyak pelajaran.

Kang Deden

Tenangkan hatimu, karena itu sumber kebahagiaan.

Rabu, 29 Oktober 2014

Satu-Satunya Media yang Konsisten, Pengamat: TVRI Harus Perbaiki Kemasannya



KBRN, Jakarta: Pengamat Media dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Deden Mauli Darajat menilai hanya ada satu media penyiaran televisi yang tetap konsisten memberikan pendidikan atau edukasi kepada generus bangsa di tanah air. Dikatakan oleh Deden, Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan saluran televisi yang masih setia membimbing dan memberi pendidikan secara luas kepada penonton. 

"Menurut saya hanya TVRI satu-satunya media penyiaran yang konsisten terhadap tayangan-tayangan yang diberikan. Masih ada pendidikannya, Kebudayaannya, Kesenian, Berita Nasionalnya, dan itu semua menurut saya sangat mendidik," kata Deden saat dialog "Peran Media Televisi bagi Kecerdasan Bangsa" di Radio Republik Indonesia, Selasa (26/8/2014). 

Namun, disayangkan kata Deden, tayangan di TVRI tidak banyak yang menonton, khususnya para muda mudi Indonesia. Menurut Deden kemasan TVRI yang kurang menarik menjadikan tayangan- tayangan TVRI terabaikan begitu saja. 

Deden pun menyarankan, TVRI harus merubah kemasan penyiarannya dengan mengikuti perkembangan zaman, namun tetap tidak menghilangkan konten konten positif yang telah di miliki TVRI.

"Kemasan itu nomor satu, baru setelah itu konten. Mau diisi apa tayangannya nanti. Tapi TVRI harus merubah kemasannya dulu misal dengan merubah kemasan menjadi modern. Itu saran saya," tutur Deden. (LS/AKS)

Sumber: klik

Pengamat Media: Media Massa Terbelah Jelang Pilpres, Masyarakat Diminta Semakin Cerdas



KBRN, Jakarta: Pengamat Media Deden Mauli Darajat menyayangkan keberpihakan beberapa media di tanah air tidak berimbang menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli mendatang. Deden mengamati ada media yang mendukung salah satu capres dan ada media lainnya mendukung capres yang lain dengan terang-terangan. 

Dalam wawancara bersama Radio Republik Indonesia, Selasa (3/6/2014), Deden mengatakan, mendekati pilpres, kedudukan media sebagai informasi publik yang netral, kini telah berubah menjadi keberpihakan yang tidak seimbang. 

“Dalam Pilpres ini nampaknya media massa sudah terbelah, ada kedudukan media satu ke capres satunya, itu kental sekali, terlihat sekali. Seharusnya media itu netral karena sebagai informasi publik jangan malah dijadikan ajang kampanye salah satu capres secara terus-terusan,” ujar Deden, yang baru saja memberikan pendapatnya di Turki tentang pemilihan presiden beberapa hari lalu. Deden menghimbau masyarakat semakin cerdas dalam mengikuti pesta demokrasi 9 Juli nanti. 

“Saya yakin masyarakat telah mengetahui betul, pemilik modal di media telah mendukung capres mana saja. Semoga saja masyarakat dapat cerdas dalam mengikuti pemilihan presiden nanti, dan semoga saja media di tanah air dapat menjadi milik publik, kepentingan publik, dan dapat memerdekakan kebebasan pers yang ada,” cetusnya. (LS/AKS)

Sumber berita: klik

Selasa, 07 Oktober 2014

Khutbah Idul Adha; Membudayakan Kurban



Membudayakan Kurban
Khutbah Idul Adha 1435 H/2014 M
 MASJID ALWASILAH
Oleh H. Deden Mauli Darajat


اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً،
 لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحَّدَنَا بِعِيْدِهِ كَأُمَّةٍ وَاحِدَةٍ، وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.
أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ، اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ.
الَلَّهُمَّ صَلِّ وَاُسَلِّمُ عَلَى حَبِيْبِناَ المُصْطَفَى، الَّذِّي بَلَّغَ الرِّسَالَةْ، وَأَدَّى الأَمَانَةْ، وَنَصَحَ الأُمَّةْ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ، وَجاَهَدَ فِيْ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ 
اَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ!

Ma’ashiral muslimin rahimakumullah,

Alhamdulillâhi Rabbi al-âlamîn, segala puji marilah kita panjatkan ke hadhirat Allah Swt, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada sayyidu al-anbiyâ wa al-mursalîn, Rasulullah Muhammad Saw, beserta keluarga, para shahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa menaati risalahnya, serta berjuang tak kenal lelah untuk menerapkan dan menyebarluaskannya ke seluruh pelosok dunia hingga akhir zaman.

Jemaah Shalat Ied Rahimakumullah

4.000 tahun silam, di sebuah gurun, seorang ayah menginginkan kehadiran seorang anak yang shaleh. Maka ia berdoa kepada Allah SWT di setiap waktu. Doa itu pun kemudian dikabulkan oleh Allah. Maka lahirlah seorang anak yang sabar dan penyantun. Anak itu menjadi anak yang shaleh yang dapat membanggakan kedua orang tuanya.

Suatu malam sang ayah bermimpi menyembelih anak kesayangannya. Si ayah itu bertanya tentang mimpi itu kepada anaknya. Dan sang anak menjawab, wahai ayahku, lakukanlah perintah menyembelih itu, insya Allah kita adalah termasuk ke dalam orang-orang yang shaleh dan patuh.

Maka di suatu pagi sang ayah sudah siap dengan di tangan sebelah kanan sebuah golok tajam dan di tangan sebelah kiri leher anaknya yang sangat ia cintai. Ia membaca bismillah, maka disembelihlah anak itu. Namun sebelum golok itu sampai di leher anaknya, anak kesayangan itu diganti dengan sebuah kambing yang besar.

Inilah awal cerita dari perayaan kurban. Sang ayah adalah Nabi Ibrahim dan sang anak adalah Nabi Ismail. Kecintaan Ibrahim kepada Ismail, anaknya, tidak melebihi cintanya kepada Allah. Nabi Ibrahim lebih mencintai Allah ketimbang manusia, bahkan anaknya sendiri yang ia cintai yang lama ia dambakan kehadirannya.

Hadirin jamaah shalat Ied yang dirahmati Allah

Banyak pesan yang terkandung di dalam cerita yang tertulis dalam surat Ashshafaat (37) ayat 100-111 tersebut di atas. Bahwa berkurban adalah perintah Allah kepada umat Islam. Ini merupakan cobaan yang paling dahsyat. Yaitu dengan merelakan berkurban anaknya demi keutuhan keimanan kepada Allah semata. Demi hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena keimanan seseorang pasti diuji oleh Allah SWT.

Sebab Allah berfirman dalam surat Alankabut ayat 2:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَ هُمْ لا يُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?

Allahuakbar 3x  walillahilhamd..

Sejarah berkurban sebenarnya sudah dilakukan sejak Nabi Adam yang tertulis dalam Alquran dalam surat Almaidah ayat 27:

وَ اتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبا قُرْباناً فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِما وَ لَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قالَ إِنَّما يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقينَ

“Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, lalu diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil) berkata, “Aku pasti membunuhmu!” Habil berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.

Sebab Habil memberikan kurban yang terbaik, seekor domba yang besar dan bagus, sementara Qabil berkurban dengan domba yang kurus ditambah dengan perasaan dengki. Dan Allah hanya menerima kurban yang biak-baik, yaitu dalam kisah ini adalah kurbannya Habil.

Baginda Nabi Besar Muhammad SAW memberikan tauladan dan contoh yang nyata yaitu berkurban dengan 100 ekor unta yang besar-besar dan bagus-bagus. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa;

“Sampai di tengah lembah Muhassir, dipercepatnya untanya melalui jalan tengah yang langsung menembus ke Jumratul Kubra. Sampai di Jumrah yang dekat dengan sebatang pohon, beliau melempar dengan tujuh buah batu kerikil sambil membaca takbir pada setiap lemparan. Kemudian beliau terus ke tempat penyembelihan kurban. Di sana beliau menyembelih 63 hewan kurban dengan tangannya dan sisanya diserahkannya kepada Ali untuk menyembelihnya, dan Rasulullah menyertakannya dalam kurbannya tersebut, Kemudian beliau suruh ambil dari setiap hewan kurban itu sepotong kecil, lalu disuruhnya masak dan kemudian beliau makan dagingnya serta beliau minum kuahnya.. (HR. Muslim)

Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkurban badanah (unta) yang disembelih berjumlah 100 unta, beliau melakukannya (memotong) sendiri 63 dan 'Ali sisanya. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh agar untuk setiap satu badanah untuk beberapa orang lalu dimasukkan ke dalam ke periuk lalu mereka berdua meminum kuahnya. (HR. Ahmad)

Jamaah shalat ied yang dimuliakan Allah

Berkurban pada hakikatnya adalah sarana mendekatkan diri kepada Allah. Sarana untuk melakukan yang terbaik untuk Allah. Karena kita diciptakan di dunia ini hanya untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah, berkurban adalah salah satu jalan terbaik. Dan sesungguhnya Allah tidak menerima daging dan darah hewan kurban itu tetapi Allah menerima takwa dari si pekurban.

Kesadaran berkurban harus kita tanam sejak dini. Jika tahun ini kita mampu untuk berkurban dengan satu ekor kambing, maka sebaiknya kita berkurban, karena waktu berkuban adalah empat hari, yaitu, dimulai hari ahad ini hingga rabu lusa, dar tanggal 10 sampai dengan 13 dzulhijjah 1435 H, atau tanggal 5 sampai dengan 8 oktober 2014.

Jika kita tidak mampu berkurban pada tahun ini, setidaknya kita berniat berkurban dan berdoa kepada Allah agar di tahun-tahun selanjutnya Allah memberikan kita rejeki untuk berkurban. Dengan niat berkurban itu kita bisa menyisihkan uang kita setiap bulannya untuk berkurban pada Idul Adha mendatang. Mari kita budayakan untuk berkurban, karena berkurban selain sarana mendekatkan diri kepada Allah juga mendekatkan kita kepada persaudaraan sesama muslim.

Hasbunal-Lâh wa ni’mal wakil nikmal maula wa ni’kman nashiir, laa haula wala quuwata illa billah. Aquulu qauli hadza wa astaghfirullahal azhiim lii walakum!


الخطبة الثانية:

 اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ،
لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
أَشْهَدُ ألاَّ إِلَهَ إِلاًّ الله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَه وأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُه وَرَسُوْلُه لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا (رَبَيَانَا) صِغَارًا، وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَائَنَا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ أَوْ اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ 
اَللَّهُمَّ  اجْعَلْنا واجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ
تقبل الله منّا ومنكم
كلّ عام وانتم بخير

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته