Kang Deden

Tidak ada awal, akhir ataupun pertengahan, sebab yang ada hanyalah perjalanan.

Kang Deden

Orang besar ialah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri.

Kang Deden

Berlarilah mengejar impian. Disana terdapat indahnya kehidupan.

Kang Deden

Berjalanlah, engkau akan mendapatkan banyak pelajaran.

Kang Deden

Tenangkan hatimu, karena itu sumber kebahagiaan.

Selasa, 31 Desember 2013

Aku Belajar Rindu



awalnya kupikir rindu
dapat lenyap dalam kalbu
menjadi penghangat
untuk bersemangat

rupanya rindu hanya berubah wujud
rindu pada ibu bapak dan keluarga
berubah menjadi rindu pada sahabat
ketika rindu keluarga telah berlabuh

itulah hakikat kehidupan
yang tak abadi
dan yang kupaham bahwa cintalah
yang melahirkan rindu

dan ketika cinta kita
terpencar dimana-mana
maka rindu pun 
meker kemana-mana

Rangkasbitung, 31 Desember 2013

Kamis, 12 Desember 2013

Perahu Kehidupan

sumber photo: klik disini



Aku ingin bercerita tentang perahu. Perahu yang membawa seseorang menuju pulau impiannya. Sebuah pulau dimana ia mendapatkan apa yang diinginkannya.

Dulu seingatku aku pernah menulis tentang perahu pada akun twitterku: Sebab pada waktunya perahu mesti berlayar. Tak perlu risau dengan yang ada. Dan akulah nakhodanya.

Tapi ini bukan tentangku. Ini tentang sebuah perahu. Pengibaratan perahu memang banyak yang menggunakannya. Lihatlah judul novel Perahu Kertas, dan lihat pula cover novel Rantau 1 Muara.

Ini juga bukan tentang novel-novel itu. Perahu penting digunakan untuk menyeberangi antar pulau. Terlebih di sebuah negara yang terdiri atas puluhan ribu pulau.

Bahkan aku masih ingat bahwa 70 persen bumi ini adalau lautan dan hanya 30 persen daratan. Pun begitu Indonesia. Lebih banyak lautan tinimbang daratan.

Jika sudah waktunya seseorang akan mencari penumpang yang akan bersama-sama mengayuh perahu itu menuju tujuan yang sama. Seseorang yang bukan hanya seorang penumpang.

Seseorang yang akan menghiasi kehidupan perahu. Menemani perjalanan perahu yang penuh petualangan. Sebab di tengah samudera tidak setenang di atas sungai yang dangkal.

Bahkan seseorang itu akan menggantikan untuk sementara nakhoda jika suatu saat sakit atau kepingin istirahat. Atau kedua penghuni perahu itu secara berkala bergantian dalam kemudikan perahu.

Jika ada penumpang baru hasil dari ikhtiar kedua pasangan, mungkin saja setelah dewasa bisa mengemudikan itu perahu.

Mungkin pertanyaannya adalah bagaimana mendapatkan seorang penumpang yang ingin diajak untuk berjalan bersama-sama mengarungi samudera dengan perahu keluarga.

Tidak gampang. Juga tidak susah. Hanya butuh keberanian untuk menyeleksi dan menentukan pilihan. Juga butuh bumbu kesabaran, jika masih belum mendapatkannya.

Jalan yang paling mudah untuk mendapatkan itu adalah mendekati sang pencipta perahu, samudera dan manusia. Meminta padanya, pasti akan diberinya.

Karena hanya Ia yang bisa menenangkan kedalaman hati dan gejolak jiwa. Hanya Dia juga yang mampu menaklukan hati semua manusia. Hati seorang wanita.

Ohya aku pun ingat tentang film Lif of Pi. Tokoh utama dalam film itu adalah penakluk samudera lautan. Ia bertahan melawan harimau. Ia bertahan menaklukkan badai.

Hakikatnya si tokoh itu telah menaklukkan dirinya sendiri. Egonya sendiri. Bahwa harimau yang ada adalah ego jahat yang ada dalam dirinya. Jika ia mampu bertahan, ia akan selamat.

Atau kisah nyata tentang seorang utusan Tuhan yang selamat atau diselamatkan oleh seekor ikan paus. Dimana ia dilemparkan dari perahu, karena perahu akan oleng jika kelebihan satu orang.

Dan utusan Tuhan itu akhirnya dilemparkan dan dimakan ikan. Disana ia berdoa kepada Tuhannya, dan melakukan penyesalan dan bertaubat. Maka selamatlah ia.

Begitulah gambaran samudera, penuh dengan dunia hitam. Jika malam tiba sangat pekat gelap. Di daratan mungkin masih menjumpai lampu dengan listrik atau minyak tanah. Di lautan mana ada.

Kecuali jika bulan purnama tiba. Atau bintang-bintang bercahaya tanpa awan yang menutupinya. Maka laut seakan terang dengan sinar-sinarnya.

Perahu adalah alat untuk menuju sebuah tujuan. Sebuah keluarga juga sebagai alat menuju kebahagiaan.

Lihatlah para pemudik yang pulang kampung sebelum lebaran tiba. Puncak rindu itu dapat menghapus kelelahan di jalan selama berjam-jam. Kelelahan setibanya di kampung seakan menguap.

Orang yang mudik lupa akan letihnya perjalanan. Tidak ingat akan banyaknya biaya yang dikeluarkan. Bahkan dengan sengaja berbagi kesenangan hidup dengan memberi angpau.

Pemudik paham bahwa berbagi kebahagiaan adalah sumber kebahagiaan yang paling utama. Begitulah cinta bermuara. Dengan tujuan bahagia bersama.

Kebahagiaan akan terasa janggal jika hanya dirasakan tunggal. Bahkan kesedihan terasa ringan jika dibagikan. Sebab ia tidak merasa kesepian.

Bagi pemula, cukuplah perahu yang terbuat dari kayu. Sebab perjalanan masih di pinggir lautan. Kelak jika sudah mapan mungkin bisa membeli perahu layar, atau perahu yang tangguh.

Tangguh menerjang badai. Menerjang ombak setinggi puluhan meter. Menerjang cuaca yang tak jelas. Mampu tetap berdiri dengan kokoh meski selalu tergoyang ombak.

Jika engkau merasa sudah waktunya. Carilah dengan serius. Sertakan Tuhan di dalamnya. Jika kau sudah yakin akannya. Jangan ragu dan jangan takut.

Melajulah dengan perahu yang kau idamkan. Bacalah dengan nama Tuhanmu agar Ia selalu menjadi Penunjuk jalan kehidupan yang sering tidak terduga.



Ankara, 13 Agustus 2013