Kang Deden

Tidak ada awal, akhir ataupun pertengahan, sebab yang ada hanyalah perjalanan.

Kang Deden

Orang besar ialah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri.

Kang Deden

Berlarilah mengejar impian. Disana terdapat indahnya kehidupan.

Kang Deden

Berjalanlah, engkau akan mendapatkan banyak pelajaran.

Kang Deden

Tenangkan hatimu, karena itu sumber kebahagiaan.

Minggu, 03 Oktober 2010

Menengok Masjid Pendiri Mazhab Syafii

(Dimuat di Republika, Jumat, 24 September 2010)


Oleh: Deden Mauli Darajat (Mahasiswa Pascasarjana Universitas Ankara, Turki)


''Menjelajahlah, niscaya kamu akan mendapatkan pengganti dari yang kamu cintai. Dan bersungguh-sungguhlah, karena hanya dengan kesungguhan semuanya akan tercapai dan dapat menikmatinya…'' (Imam Syafii)


Mesir tersohor dengan para ulamanya dalam pelbagai ranah kajian keilmuannya. Di antara ulama yang terkenal adalah Imam Syafii. Pendiri mazhab Syafii ini terkenal di kalangan sarjana keislaman dan para santri di pelosok Nusantara. Sebab para santri mempelajari keilmuannya. Bahkan, di beberapa pesantren modern di Indonesia, kata mutiara dari Imam Syafii begitu melekat di benak para santri.


Saat berkunjung ke Mesir untuk menghadiri Simposium Internasional Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4), saya sempat berkunjung ke Masjid Imam Syafii. Masjid yang berada di ibu kota Mesir, Kairo itu, berdekatan dengan makam-makam para ulama terkemuka.


Karena waktu itu musim panas mencapai 40 derajat selsius, saya berangkat ke masjid itu sore hari. Di halaman masjid, saya melihat banyak orang yang berjualan makanan dan barang-barang dagangan lainnya. Rupanya, beberapa hari itu ada acara besar keagamaan yang akan diadakan di masjid tersebut.


Saya pun menyempatkan shalat Ashar berjamaah di masjid yang kaya akan sejarah itu. Makam Imam Syafii terletak di sebelah kanan bagian dalam masjid. Makam sang imam terjaga rapi. Banyak di antara para peziarah berdoa dan melafalkan zikir di sekitar makam.


Saya juga melihat beberapa maha siswa Indonesia yang sedang membaca Alquran di dekat makam Imam Syafii. Di samping makam itu terdapat catatan riwayat hidup Imam Syafii yang ditulis dalam bahasa Arab yang dibingkai besar dan dipajang di dinding masjid.


Para peziarah itu berdatangan dari berbagai daerah di Mesir dan juga mancanegara, baik laki-laki maupun perempuan. Ada yang sekadar berziarah, ada juga yang dibarengi dengan shalat berjamaah, bahkan ada juga yang sembari membaca Alquran dan mendoakan ulama Fikih terkemuka itu.


Selain itu, ada rombongan jamaah pengajian yang sengaja membawa kitab untuk mengaji bersama di dalam masjid. Selain itu, juga terdapat jamaah yang beriktikaf di dalam masjid tersebut. Di bagian luar masjid itu terdapat tempat berwudlu yang dilengkapi dengan air siap minum. Yang unik dari masjid ini adalah lambang yang terletak di atas kubah masjid.


Biasanya masjid di Indonesia lambangnya adalah bulan dan bintang, sementara di Mesir lambangnya kebanyakan hanya bulan sabit yang melingkar, sementara lambang di masjid Imam Syafii ini berbentuk perahu yang dilengkapi atasnya dengan bulan sabit. Saya tak tahu apa arti lambang tersebut, yang pasti lambang inilah yang membedakan masjid Imam Syafii dan masjid lainnya di Mesir.


Sejatinya nama Imam Syafii adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris Alsyafii atau Muhammad bin Idris asy Syafii. Ia lahir di Gaza, Palestina tahun 150 Hijriyah atau 767 M dan meninggal di Fusthat, Mesir tahun 204 H / 819 M. Imam Syafii adalah seorang mufti besar Islam dan juga pendiri Mazhab Syafii. Imam Syafii juga tergolong kerabat dari Rasulullah SAW, ia termasuk dalam Bani Muthalib, yaitu keturunan dari al-Muthalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Nabi Muhammad SAW.


Setelah ayah Imam Syafii meninggal dua tahun setelah kelahirannya, sang ibu membawanya ke Makkah, tanah air nenek moyang. Ia tumbuh besar di sana dalam keadaan yatim. Sejak kecil Syafii cepat menghafal syair, pandai bahasa Arab dan sastra.


Sampai-sampai Al-Ashma'i berkata, "Saya mentashih syair-syair bani Hudzail dari seorang pemuda dari Quraisy yang disebut Muhammad bin Idris." Imam Syafii adalah imam bahasa Arab. Saat usia 20 tahun, Imam Syafii hijrah ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar saat itu, yakni Imam Malik.


Dua tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru pada muridmurid Imam Hanafi di sana. Imam Syafii merupakan orang yang gemar belajar dari berbagai guru di kawasan Timur Tengah. Ia pun banyak menulis kitab. Salah satu karangannya berjudul "Ar Risalah", buku pertama tentang usul fikih dan kitab "Al Umm" yang berisi mazhab fikihnya yang baru. Imam Syafii adalah seorang mujtahid mutlak, imam fikih, ahli hadis, dan usul. Ia mampu memadukan fikih ahli Irak dan fikih ahli Hijaz.


Imam Ahmad berkata tentang Imam Syafi'i, "Beliau adalah orang yang paling fakih dalam Alquran dan As-Sunnah." "Tidak seorang pun yang pernah memegang pena dan tinta (ilmu) melainkan Allah memberinya di 'leher' Syafii."


Thasy Kubri menggambarkan Imam Syafii di Miftahus Sa'adah dengan ungkapan seperti ini, "Ia adalah Ulama ahli fikih, usul, hadis, bahasa, nahwu, dan disiplin ilmu lainnya sepakat bahwa Syafii memiliki sifat amanah (dipercaya), 'adaalah (kredibilitas agama dan moral), zuhud, wara', takwa, dermawan, tingkah lakunya yang baik, derajatnya yang tinggi." Imam Syafii adalah sosok ulama terpandang yang cinta akan ilmu pengetahuan.