Kang Deden

Tidak ada awal, akhir ataupun pertengahan, sebab yang ada hanyalah perjalanan.

Kang Deden

Orang besar ialah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri.

Kang Deden

Berlarilah mengejar impian. Disana terdapat indahnya kehidupan.

Kang Deden

Berjalanlah, engkau akan mendapatkan banyak pelajaran.

Kang Deden

Tenangkan hatimu, karena itu sumber kebahagiaan.

Jumat, 11 Februari 2011

CINTA SENJA

Oleh Deden Mauli Darajat
(Ditulis saat perjalanan kembali ke Ankara, Turki [Iran, Selasa, 8 Februari 2011])


Senja merah kekuningan
Di balik bukit itu manis sekali
Ia tersenyum pada kami
Yang sedang dalam perjalanan

Bukit-bikut yang separuhnya
Masih tertutup salju itu
Selalu mendampingi
Perjalanan kami

Ah, senja yang manis
Mengapa aku terpaut dengan mu
Dalam senja engkau hadirkan
Perpisahan dan pertemuan

Bahkan,
Tuhan pun menghargai masa itu
Dengan menentukan maghrib
Pada insan untuk bersujud kepada-Nya

Dalam senja kau ajari kami
Akan keihklasan meninggalkan matahari
Untuk digantikan bulan
Ajaran itu sering kami tak pahami

Karena sebenarnya engkau hadir tiap hari
Dan selalu tak dihiraukan
Padahal alam adalah
Petunjuk agar kami terus belajar

Senja, aku cinta padamu..

(Sesekali nulis catatan seperti puisi ini bolehkan..)

Minggu, 06 Februari 2011

Denyut Keislaman di Oxford

(Dimuat di Republika, Ahad, 6/2/2011)


Deden Mauli Darajat (Mahasiswa Pascasarjana Universitas Ankara, Turki)


Pusat Kajian Islam Oxford memberikan pembelajaran akan titik temu antara dunia Islam dan Barat.




Oxford, Inggris terkenal dengan universitasnya yang bergengsi. Mahasiswa dari berbagai negara di dunia menimba ilmu pada universitas tertua di negeri Ratu Elizabeth itu. Universitas terkemuka itu terletak di ujung Kota Oxford.


Tak susah mencari kampus yang memiliki banyak gedung tua itu karena dekat dengan Terminal Oxford. Yang menarik, di Oxford terdapat Pusat Kajian Islam Oxford atau Oxford Centre for Islamic Studies.


Saat berkunjung ke Inggris beberapa waktu lalu, saya bersama rekan-rekan sempat berkunjung ke Oxford. Dengan arahan mahasiswa Indonesia di Oxford, kami menggunakan bus dari London dan tiba di Oxford sore hari. Perjalanan yang memakan waktu dua jam itu kami gunakan untuk menikmati pemandangan di sepanjang jalan dengan hamparan rumput hijaunya.


Saat tiba di Oxford, kami langsung mencari penginapan untuk bermalam. Saat pencarian penginapan itu, kami melihat gedung Pusat Kajian Islam Oxford. Kami berpikir bahwa di pusat pengkajian Islam biasanya terdapat masjid atau paling tidak mushala.


Ternyata dugaan kami benar. Di lantai dua gedung Pusat Kajian Islam Oxford terdapat masjid, dan kami pun langsung melaksanakan shalat Ashar. Letak masjid itu di Pusat Studi Islam Oxford, dan Terminal Oxford tersebut sekitar 500 meter.


Usai shalat Ashar, kami berkenalan dengan warga Pakistan yang sedang melakukan riset selama tiga bulan di Oxford. Juga kami berkenalan dengan petugas dan staf administrasi Pusat Kajian Islam Oxford yang berasal dari Turki dan Inggris. Dari merekalah kami mengetahui tentang kegiatan di pusat pengkajian Islam, di antaranya pengajaran bahasa Arab dan pengkajian keislaman lainnya.


Tidak lama kemudian, kami bertemu mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi S3 di Universitas Oxford, yaitu Rahmat Wibowo. Rahmat yang juga dosen di Universitas Indonesia itu memperkenalkan kami pada masyarakat dan mahasiswa Indonesia lainnya yang sedang belajar di Oxford. Juga kami diperkenalkan dengan Oman Fathurrahman yang sedang melakukan riset di Pusat Studi Islam Oxford.


Suasana hangat masyarakat dan mahasiwa Indonesia yang menerima kami di Kota Oxford membuat kami sangat senang. Wilayah Oxford terbilang wilayah ramah lingkungan, sebab para mahasiswa dan dosen, bahkan profesor di Universitas Oxford kebanyakan menggunakan sepeda menuju kampusnya.


Pusat Kajian Islam Oxford


Pusat Kajian Islam Oxford adalah pusat independen dari Universitas Oxford yang didirikan pada 1985. Tujuannya untuk mendorong studi ilmiah Islam dan dunia keislaman. The Prince of Wales merupakan pelindung pusat kajian tersebut. Hal ini diatur oleh dewan pembina yang terdiri dari para cendekiawan dan negarawan dari berbagai belahan dunia bersama wakil-wakil dari Universitas Oxford.


The Prince of Wales mengatakan, Pusat Kajian Islam Oxford telah melakukan banyak hal untuk mempromosikan dan meningkatkan pemahaman tentang dunia Islam. Misi itu telah sangat penting dalam dunia yang semakin saling bergantung. "Hubungan antara Islam dan Barat saat ini lebih penting daripada sebelumnya," ungkap Pangeran Charles.


Pusat kajian memberikan titik pertemuan bagi dunia Barat dan Islam. Di Oxford memberikan kontribusi untuk studi multidisiplin dan lintas disiplin dari dunia Islam. Selain itu, Pusat Kajian Islam Oxford perannya diperkuat oleh jaringan internasional yang mengembangkan kontak akademik.


Pusat Kajian Islam Oxford memberikan pembelajaran akan titik temu antara dunia Islam dan Barat. Pusat Kajian Islam Oxford berkomitmen untuk kemajuan keunggulan akademik dalam pengajaran, penelitian, dan publikasi. Kegiatan //outreach mempertahankan dialog dan mempromosikan saling pengertian di tingkat nasional dan internasional. Pusat kajian ini juga memberikan beasiswa bagi mahasiswa asing.


Para pengajar di pusat kajian itu adalah dosen Universitas Oxford dari berbagai bidang studi. Selain mengajar, para dosen juga melakukan pengawasan dan pemeriksaan akademik bagi mahasiswa sarjana, master, dan program doktor di pusat kajian tersebut.


Pusat kajian juga melakukan dan mendukung penelitian lanjutan, baik secara langsung maupun yang bekerja sama dengan para ulama dan institusi akademik. Di antaranya adalah Proyek Atlas. Proyek ini merupakan proyek penelitian besar internasional yang peduli dengan akar intelektual peradaban Muslim dan gerakan sosial di dunia Islam.


Selain penelitian, pusat kajian juga menerbitkan jurnal-jurnal studi Islam. Jurnal Studi Islam diterbitkan tiga kali dalam setahun untuk pusat kajian oleh Oxford University Press. Ini adalah publikasi multidisiplin mencakup semua aspek Islam dan dunia Islam di bidang studi sejarah, geografi, ilmu politik, ekonomi, antropologi, sosiologi, hukum, sastra, agama, filsafat, hubungan internasional, isu lingkungan dan pembangunan, serta pertanyaan etika yang berhubungan dengan penelitian ilmiah.


Hal itu bertujuan untuk mendorong interaksi antara akademisi dari beragam tradisi pembelajaran dan untuk mengaktifkan difusi-pertukaran dan diskusi tentang penelitian dan refleksi.


Kajian Islam Masyarakat Indonesia


Masyarakat dan mahasiswa Indonesia setiap bulannya melakukan silaturahim. Acara silaturahim bulanan ini diisi dengan pengkajian keislaman oleh para mahasiswa. Koordinator pengkajian bulanan, Rahmat Wibowo, mengatakan, acara pengkajian itu dilakukan agar tali silaturahim antara masyarakat dan mahasiswa Indonesia tidak terputus, khususnya di Kota Oxford.


Menurut Rahmat, pengisi atau pengkaji kajian keislaman bulanan itu adalah mahasiswa sendiri. Para mahasiswa Indonesia di Oxford menjadi pengkaji secara bergantian. Menurutnya, dia juga dibantu oleh Oman Fathurahman yang mendapatkan beasiswa untuk melakukan riset di Oxford Centre for Islamic Studies.


Oman merupakan dosen di Univeritas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang sangat paham tentang keislaman. Rahmat menambahkan, pengkajian keislaman dilakukan agar masyarakat Indonesia yang beragama Islam masih bisa mendapatkan siraman rohani.


"Terkhusus bagi warga Indonesia yang sudah menetap lama di Oxford," ungkapnya. Menurut dia, suasana di Oxford sangat tidak kondusif untuk melakukan ibadah seperti halnya di Indonesia.


Namun dari data yang dihimpun, selain masjid yang berada di Pusat Kajian Islam Oxford, masih ada tiga masjid lainnya di Kota Oxford, yaitu Masjid Bangladesh yang terletak di 57 Cowley Road, Oxford OX4 1HR; Masjid Madinah yang berada di 2 Stanley Road (Off the Iffley Road), Oxford OX4 1QY; dan Masjid Pusat Oxford atau Oxford Central Mosque, yang terletak di Manzil Way, Cowley, Oxford OX4 1DJ. ed: heri ruslan


Dapat juga diakses di: http://koran.republika.co.id/koran/153/128652/Denyut_Keisalaman_di_Oxford