Kang Deden

Tidak ada awal, akhir ataupun pertengahan, sebab yang ada hanyalah perjalanan.

Kang Deden

Orang besar ialah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri.

Kang Deden

Berlarilah mengejar impian. Disana terdapat indahnya kehidupan.

Kang Deden

Berjalanlah, engkau akan mendapatkan banyak pelajaran.

Kang Deden

Tenangkan hatimu, karena itu sumber kebahagiaan.

Rabu, 12 Februari 2014

Pulpen, Sikat Gigi dan Sandal



Tiga barang ini sangat berguna bagi para pelajar yang berasrama. Dulu ketika saya belajar di Gontor, saya punya banyak pulpen. Bahkan, saya membeli satu  lusin pulpen di Rangkasbitung sebelum berangkat ke Gontor. Satu lusin pulpen itu digunakan untuk satu semester.

Seharusnya selusin pulpen itu tidak habis digunakan untuk satu semester. Tetapi permasalahannya tidak sesimpel itu. Pulpen habis bukan hanya digunakan untuk menulis. Yang paling tragis adalah pulpen itu ketinggalan atau hilang atau dijadikan pengaduk minuman.

Menurut survey kecil-kecilan yang saya lakukan ketika menjadi ketua koperasi pelajar di Gontor, saya melihat ada beberapa hal yang paling dicari para santri. Yang pertama adalah pulpen, kedua sikat gigi dan ketiga sandal. Bahkan di koperasi satu pekan saja biasanya terjual hingga tiga karung sandal jepit.

Entah berapa sikat gigi yang saya punya ketika menjadi pelajar di Gontor. Apalagi ketika menjadi santri lama. Kebutuhan pokok untuk mandi adalah sikat gigi, odol dan sabun, sesekali sampo. Ada fungsi yang lebih dari sikat gigi yaitu berfungsi sebagai alat antre santri untuk mandi. Jadi cukup menyimpan sikat gigi yang dikaitkan ke pintu kamar mandi itu menjadi alat untuk mengantre.

Ini tidak begitu berlaku bagi santri baru. Biasanya santri baru menggunakan alat untuk mengantre dengan menyimpan gayung di depan pintu kamar mandi yang berjejeran. Menjadi santri lama adalah menjadi santri yang simpel. Jika tidak punya pasta gigi cukup membawa sikat gigi dan meminta odol ke santri lain di sekitaran kamar mandi.

Fungsi lain dari sikat gigi di pesantren adalah sebagai alat untuk menabuh gendang ketika perlombaan folksong antar asrama. Bisa juga itu sikat gigi digunakan untuk mengaduk kopi atau mie instan disebabkan ketidakadaan atau kelangkaan sendok. Penggunaan sikat gigi sebagai alat pengaduk minuman dan makanan itu tetap saja tidak berpengaruh pada kesehatan kami para santri. Bahkan semuanya terasa nikmat.

Lain lagi dengan sandal. Sandal adalah barang yang sangat berharga bagi para santri. Entah berapa banyak saya membeli sandal ketika menjadi santri di Gontor. Sebab sandal ini mudah hilang atau terpakai orang. Untuk menyiasati untuk tidak kehilangan sandal ketika kami beribadah di masjid adalah dengan menggembok sandal kami. Ajaibnya terkadang harga gembok lebih mahal dari harga sandal sendiri.

Ini sangat berbeda ketika saya menjadi pelajar pascasarjana di Ankara Turki. Selama saya kuliah di Turki saya hanya punya satu sandal. Dan sandal itu hanya digunakan selama di dalam asrama atau di apartemen. Selebihnya saya menggunakan sepatu. Pergi kemana saja menggunakan sepatu.

Karena di Turki cuacanya lebih banyak dinginnya tinimbang panas, hanya tiga bulan saya musim panas. Musim semi dan musim gugur bagi saya masih terasa dingin. Menurut teman saya orang Turki, penyakit datang dari bawah kaki yang tidak tertutup. Makanya banyak orang Turki pakai sepatu walau di musim panas.

Di atas semua itu, pulpen, sikat gigi dan sandal adalah salah satu syarat, menurut Imam Syafii, yang harus dipenuhi oleh pelajar. Syarat mendapatkan ilmu itu ada enam, kata Imam Syafii, pertama, dzaka’ (kecerdasan), hirs (kemauan keras), ijtihad (sungguh-sungguh), dirham (harta), suhbah asatid (bimbingan guru) dan tul alzaman (masa yang panjang). Ketiga barang yang disebut di atas itu termasuk dalam harta atau dirham.

sumber photo: abrussiana.wordpress.com