Oleh Deden Mauli Darajat
(Ditulis saat perjalanan kembali ke Ankara, Turki [Iran, Selasa, 8 Februari 2011])
Senja merah kekuningan
Di balik bukit itu manis sekali
Ia tersenyum pada kami
Yang sedang dalam perjalanan
Bukit-bikut yang separuhnya
Masih tertutup salju itu
Selalu mendampingi
Perjalanan kami
Ah, senja yang manis
Mengapa aku terpaut dengan mu
Dalam senja engkau hadirkan
Perpisahan dan pertemuan
Bahkan,
Tuhan pun menghargai masa itu
Dengan menentukan maghrib
Pada insan untuk bersujud kepada-Nya
Dalam senja kau ajari kami
Akan keihklasan meninggalkan matahari
Untuk digantikan bulan
Ajaran itu sering kami tak pahami
Karena sebenarnya engkau hadir tiap hari
Dan selalu tak dihiraukan
Padahal alam adalah
Petunjuk agar kami terus belajar
Senja, aku cinta padamu..
(Sesekali nulis catatan seperti puisi ini bolehkan..)
(Ditulis saat perjalanan kembali ke Ankara, Turki [Iran, Selasa, 8 Februari 2011])
Senja merah kekuningan
Di balik bukit itu manis sekali
Ia tersenyum pada kami
Yang sedang dalam perjalanan
Bukit-bikut yang separuhnya
Masih tertutup salju itu
Selalu mendampingi
Perjalanan kami
Ah, senja yang manis
Mengapa aku terpaut dengan mu
Dalam senja engkau hadirkan
Perpisahan dan pertemuan
Bahkan,
Tuhan pun menghargai masa itu
Dengan menentukan maghrib
Pada insan untuk bersujud kepada-Nya
Dalam senja kau ajari kami
Akan keihklasan meninggalkan matahari
Untuk digantikan bulan
Ajaran itu sering kami tak pahami
Karena sebenarnya engkau hadir tiap hari
Dan selalu tak dihiraukan
Padahal alam adalah
Petunjuk agar kami terus belajar
Senja, aku cinta padamu..
(Sesekali nulis catatan seperti puisi ini bolehkan..)
0 komentar:
Posting Komentar