Suatu malam ayah saya mengatakan, “Jangan sesekali
meremehkan doa, apalagi doa orang tua.” Saya kemudian berpikir apa yang telah
diucapkan ayah saya itu. Bahkan hingga menjelang tidur, kata-kata itu
selalu hinggap di kepala saya. Doa, ya, doa. Permintaan manusia kepada
Tuhannya, Allah SWT.
Beberapa hari lalu, teman saya mengabari bahwa dirinya akan
maju sidang skripsi. Ia pun meminta untuk mendoakannya untuk kelancaran dan
kesuksesan ujian skripsinya. Saya pun berdoa untuknya. Ia juga memohon doanya
di grup whatsapp alumni sekolah kami. Banyak yang merespon positif dan
mendoakaanya. Dan ia sukses melewati sidang skripsinya. “Legaa. Alhamdulillah,”
katanya.
Saya teringat setahun lalu ketika saya harus menghadapi
sidang tesis di kampus Universitas Ankara, Turki. Sahabat saya, Faris BQ, meminta
doa untuk saya di grup whatsapp (WA) Gema
Ilmiah Ankara (GIA). Grup ini biasanya mendiskusikan rencana diskusi dua
mingguan. Tapi selebihnya grup ini banyak humornya, humor tentang anak muda
perantauan yang mudah terkena virus galau.
Tapi tidak dengan permintaan doa untuk saya. Bang Faris,
sapaan kami, saat itu serius dalam meminta doa ini. Ia mengatakan bahwa doa ini
sangat penting untuk Kang Deden (KD), begitu ia menulis pesan di grup WA. Ia menambahkan,
mungkin soal isi dan tulisan tesis, KD sudah menguasainya, tetapi grogi dan
ketenangan hati belum tentu, maka doa inilah yang dibutuhkannya.
Respon positif dari teman-teman GIA begitu hebat. Yang biasanya
suka jail dan iseng kali ini berhenti sesaat. Serius. Bahkan tidak hanya di
grup WA yang tertutup itu. Mereka, teman-teman saya yang baik hati, itu
menuliskan twitnya untuk memintakan doa untuk saya di akun Twitternya. Saya terharu. Sungguh,
sangat terharu. Beginilah kami bersahabat. Memperkuat tali persaudaraan dengan
sama-sama mendoakan satu sama lain.
Dan Alhmadulillah, berkat doa banyak orang, dan tentu orang
tua dan keluarga, saya masuk ruang ujian tesis yang terkenal angker itu dengan
tenang. Saya juga mempresentasikan tesis dengan percaya diri dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan di ruang sidang dengan jawaban yang jelas. Di luar
pertanyaan tesis, para penguji dan pembimbing bertanya soal masa depan saya. Sidang
saat itu berjalan hangat dan tidak mencekam.
Inilah berkat kekuatan doa.
Tabik.
Like it! Saya juga percaya dengan kekuatan doa.
BalasHapusSukses ya KD.