Minggu, 24 November 2013

Punk Rock Jalanan

sumber photo: dari sini

Saya mengambil gitar dan memetiknya sembari menyanyikan lagi Punk Rock Jalanan. Iya, ini lagu sering saya dengar di kereta-kereta atau di angkot-angkot atau di bus umum. Jadi, ceritanya saya teringat lagu ini dan cari di youtube ternyata ada. Dan nyanyilah saya.

Dulu hampir setiap sore saat menulis berita di sebuah warnet di Kota Tangerang, para pengamen cilik menyanyikan lagu ini, lagu Punk Rock Jalanan. Mereka latihan nyanyi dengan gitar kecil untuk diperagakan di angkot-angkot Kota Tangerang. Diam-diam saya memerhatikan mereka.

Lagu ini juga sering saya temukan dinyanyikan oleh para pengamen yang tergabung dalam Kelompok Pengamen Jalanan (KPJ). KPJ ini ada perkumpulan resminya, biasanya mereka berkumpul di Bulungan dekat Blok M, Jakarta Selatan.

Kalau saya pulang dari Jakarta ke Rangkasbitung menggunakan kereta api, lagu yang dinyanyikan KPJ ini cukup menghibur. Kalau saya punya uang receh, saya kasih pengamen itu, kalau tidak ada cukup senyum saja.

Menurut saya banyak tipe pengamen jalanan. Ada yang mengamen karena mencari uang untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Ada yang menyanyi di bus-bus untuk sekedar iseng mengisi waktu luang sebelum mendapat pekerjaan yang layak.

Ada juga yang mengamen untuk menyalurkan hobinya menyanyi. Ada juga yang mengamen karena ia mengetes mentalnya, iseng-iseng dapat uang juga. Ada juga yang memperaktekkan ilmu tentang menyanyi dan mengamenlah ia. Ada juga yang menjadikan mengamen sebagai modus untuk memeras.

Nah, yang terakhir ini pernah saya alami ketika perjalanan naik kereta api dari Jakarta menuju Madiun. Saat kereta malam itu melintasi daerah Jawa Tengah sekitaran Solo, dan saya tertidur. Tiba-tiba pengamen membangunkan saya dan meminta uang.

“Uangnya mas, saya pengamen,” ujar seorang pengamen yang lengannya penuh dengan tato seraya memaksa. Saya berikan uang receh dengan tanpa ekspresi. Iya kan baru bangun tidur dan masih belum 100 persen sadar.

Pengamen yang enak itu, kalau suaranya merdu, pakai alat musiknya dilengkapi dengan biola atau harmonica. Si pengamen kayak gini ini yang menghanyutkan pendengarnya. Bahkan para penumpang tak segan memberikan uang receh bahkan lembaran ribuan kepada si pengamen.

Pengamen yang sedikit ekslusif juga adanya di bus Damri tujuan Bandara Soekarno Hatta. Selain membawakan lagunya dengan merdu, lagu-lagunya juga lagu barat.

Di Turki ini saya belum pernah menemukan pengamen jalanan yang menyanyi di bus, kereta atau angkot. Para pengamen jalanan ini menyanyi di trotoar-trotoar. Atau pengamen ini menendangkan lagunya di pojok stasiun yang berhadapan dengan tangga jalan.

Sebenarnya kalau saja pengamen jalanan itu serius mendalami musik dan menemukan keberuntungan, ia akan mendapatkan keuntungan lebih dari sekadar mengekpresikan hobinya dalam bermusik, lihat saja semisal Iwan Fals. 

0 komentar:

Posting Komentar