sumber photo: dari sini |
Saya mengambil gitar dan memetiknya sembari
menyanyikan lagi Punk Rock Jalanan. Iya, ini lagu sering saya dengar di
kereta-kereta atau di angkot-angkot atau di bus umum. Jadi, ceritanya saya
teringat lagu ini dan cari di youtube ternyata ada. Dan nyanyilah saya.
Dulu hampir setiap sore saat menulis berita di
sebuah warnet di Kota Tangerang, para pengamen cilik menyanyikan lagu ini, lagu
Punk Rock Jalanan. Mereka latihan nyanyi dengan gitar kecil untuk diperagakan
di angkot-angkot Kota Tangerang. Diam-diam saya memerhatikan mereka.
Lagu ini juga sering saya temukan dinyanyikan oleh
para pengamen yang tergabung dalam Kelompok Pengamen Jalanan (KPJ). KPJ ini ada perkumpulan resminya, biasanya mereka berkumpul di Bulungan dekat Blok M, Jakarta Selatan.
Kalau saya
pulang dari Jakarta ke Rangkasbitung menggunakan kereta api, lagu yang dinyanyikan KPJ ini cukup
menghibur. Kalau saya punya uang receh, saya kasih pengamen itu, kalau tidak
ada cukup senyum saja.
Menurut saya banyak tipe pengamen jalanan. Ada yang
mengamen karena mencari uang untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Ada yang
menyanyi di bus-bus untuk sekedar iseng mengisi waktu luang sebelum mendapat
pekerjaan yang layak.
Ada juga yang mengamen untuk menyalurkan hobinya
menyanyi. Ada juga yang mengamen karena ia mengetes mentalnya, iseng-iseng
dapat uang juga. Ada juga yang memperaktekkan ilmu tentang menyanyi dan
mengamenlah ia. Ada juga yang menjadikan mengamen sebagai modus untuk memeras.
Nah, yang terakhir ini pernah saya alami ketika
perjalanan naik kereta api dari Jakarta menuju Madiun. Saat kereta malam itu
melintasi daerah Jawa Tengah sekitaran Solo, dan saya tertidur. Tiba-tiba
pengamen membangunkan saya dan meminta uang.
“Uangnya mas, saya pengamen,” ujar seorang pengamen
yang lengannya penuh dengan tato seraya memaksa. Saya berikan uang receh dengan
tanpa ekspresi. Iya kan baru bangun tidur dan masih belum 100 persen sadar.
Pengamen yang enak itu, kalau suaranya merdu, pakai
alat musiknya dilengkapi dengan biola atau harmonica. Si pengamen kayak gini
ini yang menghanyutkan pendengarnya. Bahkan para penumpang tak segan memberikan
uang receh bahkan lembaran ribuan kepada si pengamen.
Pengamen yang sedikit ekslusif juga adanya di bus Damri
tujuan Bandara Soekarno Hatta. Selain membawakan lagunya dengan merdu,
lagu-lagunya juga lagu barat.
Di Turki ini saya belum pernah menemukan pengamen
jalanan yang menyanyi di bus, kereta atau angkot. Para pengamen jalanan ini
menyanyi di trotoar-trotoar. Atau pengamen ini menendangkan lagunya di pojok
stasiun yang berhadapan dengan tangga jalan.
Sebenarnya kalau saja pengamen jalanan itu serius mendalami
musik dan menemukan keberuntungan, ia akan mendapatkan keuntungan lebih dari
sekadar mengekpresikan hobinya dalam bermusik, lihat saja semisal Iwan Fals.
0 komentar:
Posting Komentar