Minggu, 16 Maret 2014

Selamat Jalan Sahabat

Dari kanan, saya, Wahab (mengangkat dua jari), Andi, Mumu dan Muin, pada saat syukuran sebuah acara BEM di tahun 2007, dan yang mengabil gambarnya adalah Moko.

Saya dikejutkan dengan BBM dan BC yang masuk bertubi-tubi kemarin pagi. Kebiasaan saya mematikan hape sebelum tidur dan menghidupkannya lagi setelah bangun tidur, membuat pagi itu hati dan pikiran terlibat syok dan seakan tidak percaya.

Penyebabnya adalah kabar tentang meninggalnya sahabat saya, Ahmad Fathul Wahab, Jumat malam 14 Maret 2014. Dan kabar kematiannya setelah ia mengalami kecelekaan lalu lintas di Pondok Ranji-Ciputat yang terjadi di malam itu.

Sejak saya kembali ke Indonesia akhir tahun 2013 lalu, saya belum berjumpa dengannya. Terakhir kali berkomunikasi dengannya adalah ketika 2012 di bulan April. Saat itu saya sedang melalukan riset untuk tesis saya

Kami mantan aktivis BEM Fidkom berkumpul di rumah Andi di daerah Pondok Gede, hanya Wahab yang tak hadir. Kami menelepon Wahab mengabarkan tentang pertemuan itu. Kami ingin berkumpul bersama waktu itu, sayang Wahab sibuk dengan pekerjaannya. Sementara waktu saya singkat di Jakarta karena harus kembali ke Ankara Turki.

Ia pada 2004 memperkenalkan dirinya kepada saya dengan panggilan Wahab. Wahab satu angkatan bersama saya di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta. Cuma kami berbeda jurusan, saya di Komunikasi Penyiaran Islam dan ia di konsentrasi Jurnalistik, angkatan pertama.

Kami aktif bersama di beberapa organisasi, terlebih di HMI Komfakda. Kami terlibat berdiskusi, berdebat, hingga tertawa bersama-sama. Puncak kedekatan kami adalah ketika saya menjadi Sekjen BEM Fidkom, ia berada di Divisi Komunikasi dan Informasi.

Hampir setiap kegiatan Wahab selalu aktif. Pernah kami mengadakan acara BEM Fidkom bekerja sama dengan Masjid Banten di Serang lama. Wahab, Andi, Muin, Moko  dan saya beberapa kali bulak-balik Ciputat-Serang untuk mempersiapakan acara itu. Saya sempat diajak mampir ke rumahnya di Serang yang berdekatan dengan Tangerang, usai kami mengadakan acara di Banten itu.

Entah berapa kali kita begadang bersama untuk diskusi dan mempersiapkan acara BEM. Ia yang mahir mendisain poster selalu bekerja dengan baik. Bahkan di kepengurusan kami BEM Fidkom membuat kalender khusus 2007 yang didisain oleh Wahab.

Yang paling berkesan adalah ketika kami berbincang di suatu sore di sekretariat BEM Fidkom. Saya sedang merebahkan badan di atas karpet dan ia datang ikut rebahan. Ia bertanya pada saya apakah saya tertarik untuk menjadi ketua umum (ketum) HMI Komfakda, saya bilang tidak. Saya hanya ingin menyelesaikan studi saya dengan cepat, dan tidak lagi tertarik dengan menjabat di organisasi intra maupun ekstra kampus.

Wahab menyatakan, jika saya maju untuk menjadi ketum HMI Komfakda, ia akan mendukung sepenuhnya dan semacam menjadi semacam ketua timses. Ia merasa cukup menjadi Sekum saja jika saya jadi Ketumnya. Tapi jika saya tidak maju ia akan maju sendirian dengan meminta dukungan saya. Saya dukung waktu itu. Namun ia gagal menjadi ketum HMI Komfakda.

Usai saya lulus dari UIN Jakarta pada Maret 2008, saya sudah jarang bertemu dengan teman-teman se-almamater. Apalagi sejak menjadi wartawan di Republika yang menyita waktu. Hanya sesekali saja menyambangi kampus dan tempat kumpul teman-teman di Ciputat. Terlebih ketika saya berangkat ke Turki, hanya melalui dunia maya kami bersapa.

Semasih saya belajar di Turki ia menikah dengan teman seangkatan kami di jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) bernama Dewi Novita Sari. Mereka dikarunia oleh Allah seorang putri yang baru lahir. Dewi harus kuat, insyaAllah Allah memberi kekuatan dan ketabahan untuk Dewi dan putrinya.

Dan ini doa saya untuk Wahab, Allahumma ighfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu. Ya Allah maafkanlah dosa-dosanya, terimalah semua amal baiknya, luaskanlah kuburnya, dan masukkanlah ia ke dalam surgaMu, serta semoga istri dan anaknya diberi ketabahan olehMu ya Allah. Amin ya Rabbaalamin.

Akhirnya adalah yang paling dekat memang kematian. Sesiapa pun dari kita akan menemukan itu kematian. Selamat jalan, sahabat. Semoga engkau tenang disana.

1 komentar: