Dari kanan, saya, Wahab (mengangkat dua jari), Andi, Mumu dan Muin, pada saat syukuran sebuah acara BEM di tahun 2007, dan yang mengabil gambarnya adalah Moko. |
Saya dikejutkan dengan BBM dan BC yang masuk bertubi-tubi
kemarin pagi. Kebiasaan saya mematikan hape sebelum tidur dan menghidupkannya
lagi setelah bangun tidur, membuat pagi itu hati dan pikiran terlibat syok dan
seakan tidak percaya.
Penyebabnya adalah kabar tentang meninggalnya sahabat saya,
Ahmad Fathul Wahab, Jumat malam 14 Maret 2014. Dan kabar kematiannya setelah ia mengalami kecelekaan lalu lintas di Pondok Ranji-Ciputat yang terjadi di malam
itu.
Sejak saya kembali ke Indonesia akhir tahun 2013 lalu, saya
belum berjumpa dengannya. Terakhir kali berkomunikasi dengannya adalah ketika
2012 di bulan April. Saat itu saya sedang melalukan riset untuk tesis saya
Kami mantan aktivis BEM Fidkom berkumpul di rumah Andi di daerah Pondok Gede, hanya Wahab
yang tak hadir. Kami menelepon Wahab mengabarkan tentang pertemuan itu. Kami ingin
berkumpul bersama waktu itu, sayang Wahab sibuk dengan pekerjaannya. Sementara waktu
saya singkat di Jakarta karena harus kembali ke Ankara Turki.
Ia pada 2004 memperkenalkan dirinya kepada saya dengan
panggilan Wahab. Wahab satu angkatan bersama saya di Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Jakarta. Cuma kami berbeda jurusan, saya di Komunikasi Penyiaran
Islam dan ia di konsentrasi Jurnalistik, angkatan pertama.
Kami aktif bersama di beberapa organisasi, terlebih di HMI Komfakda.
Kami terlibat berdiskusi, berdebat, hingga tertawa bersama-sama. Puncak kedekatan
kami adalah ketika saya menjadi Sekjen BEM Fidkom, ia berada di Divisi Komunikasi dan Informasi.
Hampir setiap kegiatan Wahab selalu aktif. Pernah kami mengadakan
acara BEM Fidkom bekerja sama dengan Masjid Banten di Serang lama. Wahab, Andi,
Muin, Moko dan saya beberapa kali
bulak-balik Ciputat-Serang untuk mempersiapakan acara itu. Saya sempat diajak mampir ke rumahnya di Serang yang
berdekatan dengan Tangerang, usai kami mengadakan acara di Banten itu.
Entah berapa kali kita begadang bersama untuk diskusi dan
mempersiapkan acara BEM. Ia yang mahir mendisain poster selalu bekerja dengan
baik. Bahkan di kepengurusan kami BEM Fidkom membuat kalender khusus 2007 yang didisain oleh Wahab.
Yang paling berkesan adalah ketika kami berbincang di suatu
sore di sekretariat BEM Fidkom. Saya sedang merebahkan badan di atas karpet dan
ia datang ikut rebahan. Ia bertanya pada saya apakah saya tertarik untuk
menjadi ketua umum (ketum) HMI Komfakda, saya bilang tidak. Saya hanya ingin menyelesaikan
studi saya dengan cepat, dan tidak lagi tertarik dengan menjabat di organisasi
intra maupun ekstra kampus.
Wahab menyatakan, jika saya maju untuk menjadi ketum HMI
Komfakda, ia akan mendukung sepenuhnya dan semacam menjadi semacam ketua timses. Ia merasa
cukup menjadi Sekum saja jika saya jadi Ketumnya. Tapi jika saya tidak maju ia
akan maju sendirian dengan meminta dukungan saya. Saya dukung waktu itu. Namun ia
gagal menjadi ketum HMI Komfakda.
Usai saya lulus dari UIN Jakarta pada Maret 2008, saya sudah jarang bertemu dengan teman-teman se-almamater. Apalagi sejak menjadi wartawan di Republika yang menyita waktu. Hanya sesekali saja menyambangi kampus dan tempat kumpul teman-teman di Ciputat. Terlebih ketika saya berangkat ke Turki, hanya melalui dunia maya kami bersapa.
Semasih saya belajar di Turki ia menikah dengan teman
seangkatan kami di jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) bernama Dewi Novita Sari. Mereka dikarunia
oleh Allah seorang putri yang baru lahir. Dewi harus kuat, insyaAllah Allah memberi
kekuatan dan ketabahan untuk Dewi dan putrinya.
Dan ini doa saya untuk Wahab, Allahumma ighfirlahu warhamhu wa’afihi
wa’fu ‘anhu. Ya Allah maafkanlah dosa-dosanya, terimalah semua amal baiknya,
luaskanlah kuburnya, dan masukkanlah ia ke dalam surgaMu, serta semoga istri
dan anaknya diberi ketabahan olehMu ya Allah. Amin ya Rabbaalamin.
Akhirnya adalah yang paling dekat memang kematian. Sesiapa pun
dari kita akan menemukan itu kematian. Selamat jalan, sahabat. Semoga engkau
tenang disana.
Allah rahmet eylesin. :(
BalasHapus