Minggu, 17 Maret 2013

Cerita Suatu Sore


Lagu Sevgili milik Mustafa Ceceli berdendang dari ponsel saya saat menulis ini cerita. Sore tadi usai shalat Ashar saya melihat anak-anak kecil berlarian di dalam masjid terbesar di Ankara. 

Muhammet (5tahun) dan Ikra (1tahun) adalah dua orang kakak dan adik yang bermain diantara banyak anak-anak di pertengahan masjid. Kakek mereka, Omer, memberikan isyarat kepada mereka berdua untuk tidak berbuat gaduh.

Sabtu sore ini memang pengunjung Masjid Kocatepe terlihat lebih ramai dari biasanya. Saya memperhatikan mereka dari jauh. Kemudian saya berjalan ke arah mereka. Dan saya menyapa mereka. Sebelumnya saya bertanya siapa nama anak kecil ini, ibu dari anak itu menjawab Ikra, satunya lagi kakaknya adalah Muhammet.

Omer, kakek sekaligus ketua rombongan keluarga besar itu mendekati saya. Kemudian kami berbincang-bincang. Omer mengaku sudah berkeliling Turki sekitar 15 hari bersama keluarga besarnya, ke Istanbul, Izmit dan kemudian Ankara. Omer berasal dari Erzurum, wilayah timur Turki. Sekitar 12 jam perjalanan melalui darat antara Ankara dan Erzurum.

Omer yang memiliki dua putera, lima puteri dan beberapa cucu itu memang menyukai jalan-jalan, terlebih mengunjungi situs sejarah Islam di Turki. Misalnya saat berkunjung ke Ankara keluarga Omer mengunjungi masjid-masjid yang megah dan bersejarah. Dalam agenda jalan-jalannya ia selalu membawa anak dan cucu-cucunya. Ia berpikir kalau anak dan cucunya harus mengenal sejarah nenek moyangnya.

Di tengah pembicaraan saya dan Omer, salah satu keponakan Omer yang puteri yang sudah menikah dengan orang Ankara menanyakan kepada saya, apakah saya masih sendiri? Saya jawab sembari tersenyum, ya. Dalam hati saya berkata penting gitu pertanyaan gini. Hahaha. Namun kemudian ia mengatakan, siapa tahu kamu tertarik dengan wanita Turki. Ia menambahkan, bahwa kita tidak tahu akan nasib kita, akan jodoh kita bukan? Hmm, saya mengamini yang terakhir dengan mengangguknya.

Lalu Omer kembali bertanya pada saya, apakah dari masjid Kocatepe ini menuju masjid Haji Bayram itu jauh? Saya menjawab, tidak begitu jauh, tetapi tidak juga memungkinkan untuk jalan kaki karena banyak anak kecil yang ikut dalam rombongan Omer. Sebaiknya, ujar saya, rombongan Omer menggunakan mobil saja. Masjid Haji Bayram adalah salah satu masjid tertua di Ankara, berdiri sejak tahun 1.500-an masehi.

Di akhir pembicaraan itu Omer mengajak saya untuk berphoto bersama-sama keluarganya sebelum kami berpisah. Dan, Eyub, anak Omer mencatat nomor hape saya. Eyub mengatakan, siapa tahu anda bepergian ke Erzurum, dan keluarganya siap menampung saya. "Cok Tesekkur Ederim," kata saya.

Usai Omer dan keluarganya keluar dari masjid Kocatepe, anak-anak kecil lainnya masih asik bermain di masjid yang berdiri pada abad ke-20 namun bercorak arsitek kesultanan Turki Usmani itu. Anak-anak kecil itu meski bermain saat ini, suatu saat mereka akan mengingatnya di saat dewasa bahwa masjid itu bagian dari diri mereka. Meski terkadang membuat gaduh, namun permainan anak kecil di dalam masjid itu menjadi semacam hiburan.

Masjid dengan kubah besar dan menara empat tiang yang menjulang ke angkasa ini setiap hari selalu dikunjungi oleh banyak wisatawan yang ingin melaksanakan shalat berjamaah atau hanya sekadar berphoto dan melihat-lihat saja. Dan saya selalu terperangah dengan kecantikan masjid ini. 

0 komentar:

Posting Komentar