Lagu Sevgili
milik Mustafa Ceceli berdendang dari ponsel saya saat menulis ini cerita. Sore
tadi usai shalat Ashar saya melihat anak-anak kecil berlarian di dalam masjid
terbesar di Ankara.
Muhammet (5tahun) dan Ikra (1tahun) adalah dua orang kakak dan adik yang bermain diantara banyak anak-anak di pertengahan masjid. Kakek mereka, Omer, memberikan isyarat kepada mereka berdua untuk tidak berbuat gaduh.
Muhammet (5tahun) dan Ikra (1tahun) adalah dua orang kakak dan adik yang bermain diantara banyak anak-anak di pertengahan masjid. Kakek mereka, Omer, memberikan isyarat kepada mereka berdua untuk tidak berbuat gaduh.
Sabtu
sore ini memang pengunjung Masjid Kocatepe terlihat lebih ramai dari biasanya. Saya
memperhatikan mereka dari jauh. Kemudian saya berjalan ke arah mereka. Dan saya
menyapa mereka. Sebelumnya saya bertanya siapa nama anak kecil ini, ibu dari
anak itu menjawab Ikra, satunya lagi kakaknya adalah Muhammet.
Omer,
kakek sekaligus ketua rombongan keluarga besar itu mendekati saya. Kemudian kami
berbincang-bincang. Omer mengaku sudah berkeliling Turki sekitar 15 hari
bersama keluarga besarnya, ke Istanbul, Izmit dan kemudian Ankara. Omer berasal
dari Erzurum, wilayah timur Turki. Sekitar 12 jam perjalanan melalui darat antara
Ankara dan Erzurum.
Omer
yang memiliki dua putera, lima puteri dan beberapa cucu itu memang menyukai
jalan-jalan, terlebih mengunjungi situs sejarah Islam di Turki. Misalnya saat
berkunjung ke Ankara keluarga Omer mengunjungi masjid-masjid yang megah dan
bersejarah. Dalam agenda jalan-jalannya ia selalu membawa anak dan
cucu-cucunya. Ia berpikir kalau anak dan cucunya harus mengenal sejarah nenek
moyangnya.
Di tengah
pembicaraan saya dan Omer, salah satu keponakan Omer yang puteri yang sudah
menikah dengan orang Ankara menanyakan kepada saya, apakah saya masih sendiri?
Saya jawab sembari tersenyum, ya. Dalam hati saya berkata penting gitu pertanyaan gini. Hahaha. Namun kemudian ia mengatakan, siapa tahu kamu tertarik dengan wanita Turki. Ia menambahkan, bahwa kita tidak tahu akan
nasib kita, akan jodoh kita bukan? Hmm, saya mengamini yang terakhir dengan mengangguknya.
Lalu
Omer kembali bertanya pada saya, apakah dari masjid Kocatepe ini menuju masjid
Haji Bayram itu jauh? Saya menjawab, tidak begitu jauh, tetapi tidak juga
memungkinkan untuk jalan kaki karena banyak anak kecil yang ikut dalam
rombongan Omer. Sebaiknya, ujar saya, rombongan Omer menggunakan mobil saja. Masjid
Haji Bayram adalah salah satu masjid tertua di Ankara, berdiri sejak tahun 1.500-an
masehi.
Di akhir
pembicaraan itu Omer mengajak saya untuk berphoto bersama-sama keluarganya
sebelum kami berpisah. Dan, Eyub, anak Omer mencatat nomor hape saya. Eyub
mengatakan, siapa tahu anda bepergian ke Erzurum, dan keluarganya siap
menampung saya. "Cok Tesekkur Ederim," kata saya.
Usai Omer
dan keluarganya keluar dari masjid Kocatepe, anak-anak kecil lainnya masih asik
bermain di masjid yang berdiri pada abad ke-20 namun bercorak arsitek kesultanan Turki Usmani itu. Anak-anak
kecil itu meski bermain saat ini, suatu saat mereka akan mengingatnya di saat dewasa bahwa masjid itu
bagian dari diri mereka. Meski terkadang membuat gaduh, namun permainan anak
kecil di dalam masjid itu menjadi semacam hiburan.
0 komentar:
Posting Komentar