Sesampainya di penginapan Assam, kami berempat,
saya, Faris, Oky dan Mitra bersepakat untuk menelusuri kota New Delhi minimal untuk
mencicipi kuliner India. Penginapan kami yang dekat kampus Universitas
Jawaharlal Nehru itu memang memudahkan kami untuk bepergian kemana saja karena
tidak susah mencari alamat kembali karena dekat kampus.
Setelah berjalan-jalan di depan pintu timur gerbang
kampus kami memutuskan untuk mencari trasnportasi umum dan terpilihlah bajaj. Setelah
tawar-menawar kami langsung menaik bajaj tersebut. Karena pertama kali naik
bajaj, kami ditumpuk berempat di bajaj tersebut. Maksain, hahaha.
Ada yang spesial pada bajaj tersebut. Rupanya bajaj
di India dilengkapi dengan argo atau penghitung tarif. Meski begitu, banyak
dari sopir bajaj yang menentukan tarif setelah tawar menawar hagra. Dari Assam
ke pasar Yashwant Place yang jaraknya
sekitar lima kilometer itu kami mengeluarkan uang 140 Rupee alias sekitar Rp.
28 ribu.
Bagi saya naik bajaj ini bukan hal
pertama kalinya. Sebab di Jakarta, bajaj juga menjadi kendaraan alternatif jika
tidak ada trayek bus, selain taksi dan ojek. Misalnya, saat saya dan teman saya
Tyas menjadi wartawan kampus dan akan mewawancarai Helvy Tiana Rosa di kantor
Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki (TIM) sekitar tahun 2004, kami
menggunakan bajaj.
Pasalnya bus dari Lebak Bulus atau Ciputat (kampus UIN Jakarta) tidak ada yang langsung ke TIM dan yang ada hanya jurusan Pasar Senen. Akhirnya setelah menggunakan bus P20 jurusan Lebak Bulus-Pasar Senen kami menyambungnya lagi dengan bajaj ke TIM.
Pasalnya bus dari Lebak Bulus atau Ciputat (kampus UIN Jakarta) tidak ada yang langsung ke TIM dan yang ada hanya jurusan Pasar Senen. Akhirnya setelah menggunakan bus P20 jurusan Lebak Bulus-Pasar Senen kami menyambungnya lagi dengan bajaj ke TIM.
Bajaj ini juga hanya berlaku di
Jakarta saja. Sementara di Ciputat yang wilayahnya masuk Kota Tangerang Selatan,
becak menjadi pilihan alternatif. Atau di kota-kota penyangga Jakarta seperti
Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, bajaj tidak digunakan.
Bajaj diketahui berasal dari India.
Nama bajaj sendiri sebenarnya merupakan merek salah satu perusahaan otomotif di
India, Bajaj Auto. Bajaj menjadi lebih dikenal lagi setelah adanya Bajaj
Bajuri, serial komedi yang bercerita tentang seorang sopir bajaj. Belakangan,
karena diketahui sebagai sumber polusi, bajaj di Jakarta akan segera diganti
dengan kendaraan mini lainnya, Kancil.
Bajaj beroda tiga, satu di depan
dan dua di belakang, dengan bentuk kemudi mirip seperti kemudi sepeda motor
daripada kemudi mobil. Untuk di Jakarta, warna bajaj ada dua, yaitu biru dan
oranye. Di pintu depan bajaj, biasanya tertulis daerah operasi bajaj, yang
biasanya terbatas pada satu kotamadya saja.
Kapasitas penumpang bajaj adalah
dua, atau ditambah satu anak kecil, yang semuanya akan duduk di belakang sopir
bajaj. Suara mesin 2 langkah bajaj sangatlah memekakkan telinga. Namun, karena
fisiknya yang relatif kecil, bajaj dapat diandalkan untuk menerobos kemacetan
ibu kota.
Bajaj (auto rickshaw) di India berwarna kuning hijau. Jika anda menyempatkan
jalan-jalan ke India tidak ada salahnya untuk mencoba bajaj ini. Sebab, India
adalah negeri bajaj.
(bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar