Kamis, 10 Januari 2013

Bajaj Berargo (India-5)




Sesampainya di penginapan Assam, kami berempat, saya, Faris, Oky dan Mitra bersepakat untuk menelusuri kota New Delhi minimal untuk mencicipi kuliner India. Penginapan kami yang dekat kampus Universitas Jawaharlal Nehru itu memang memudahkan kami untuk bepergian kemana saja karena tidak susah mencari alamat kembali karena dekat kampus.

Setelah berjalan-jalan di depan pintu timur gerbang kampus kami memutuskan untuk mencari trasnportasi umum dan terpilihlah bajaj. Setelah tawar-menawar kami langsung menaik bajaj tersebut. Karena pertama kali naik bajaj, kami ditumpuk berempat di bajaj tersebut. Maksain, hahaha.

Ada yang spesial pada bajaj tersebut. Rupanya bajaj di India dilengkapi dengan argo atau penghitung tarif. Meski begitu, banyak dari sopir bajaj yang menentukan tarif setelah tawar menawar hagra. Dari Assam ke pasar Yashwant Place yang jaraknya sekitar lima kilometer itu kami mengeluarkan uang 140 Rupee alias sekitar Rp. 28 ribu.

Bagi saya naik bajaj ini bukan hal pertama kalinya. Sebab di Jakarta, bajaj juga menjadi kendaraan alternatif jika tidak ada trayek bus, selain taksi dan ojek. Misalnya, saat saya dan teman saya Tyas menjadi wartawan kampus dan akan mewawancarai Helvy Tiana Rosa di kantor Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki (TIM) sekitar tahun 2004, kami menggunakan bajaj. 

Pasalnya bus dari Lebak Bulus atau Ciputat (kampus UIN Jakarta) tidak ada yang langsung ke TIM dan yang ada hanya jurusan Pasar Senen. Akhirnya setelah menggunakan bus P20 jurusan Lebak Bulus-Pasar Senen kami menyambungnya lagi dengan bajaj ke TIM.

Bajaj ini juga hanya berlaku di Jakarta saja. Sementara di Ciputat yang wilayahnya masuk Kota Tangerang Selatan, becak menjadi pilihan alternatif. Atau di kota-kota penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, bajaj tidak digunakan. 




Bajaj diketahui berasal dari India. Nama bajaj sendiri sebenarnya merupakan merek salah satu perusahaan otomotif di India, Bajaj Auto. Bajaj menjadi lebih dikenal lagi setelah adanya Bajaj Bajuri, serial komedi yang bercerita tentang seorang sopir bajaj. Belakangan, karena diketahui sebagai sumber polusi, bajaj di Jakarta akan segera diganti dengan kendaraan mini lainnya, Kancil.

Bajaj beroda tiga, satu di depan dan dua di belakang, dengan bentuk kemudi mirip seperti kemudi sepeda motor daripada kemudi mobil. Untuk di Jakarta, warna bajaj ada dua, yaitu biru dan oranye. Di pintu depan bajaj, biasanya tertulis daerah operasi bajaj, yang biasanya terbatas pada satu kotamadya saja.

Kapasitas penumpang bajaj adalah dua, atau ditambah satu anak kecil, yang semuanya akan duduk di belakang sopir bajaj. Suara mesin 2 langkah bajaj sangatlah memekakkan telinga. Namun, karena fisiknya yang relatif kecil, bajaj dapat diandalkan untuk menerobos kemacetan ibu kota.

Bajaj (auto rickshaw) di India berwarna kuning hijau. Jika anda menyempatkan jalan-jalan ke India tidak ada salahnya untuk mencoba bajaj ini. Sebab, India adalah negeri bajaj.

(bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar