Minggu, 22 Juni 2025

Belajar pada Yunus Emre (Sebuah Puisi)

Di tanah Anatolia yang bersahaja,

terdengar nyanyian jiwa merdeka.

Yunus Emre, sang fakir mulia,

membawa cinta dalam tiap kata.


Ia tak menuntut mahkota dunia,

tak haus pujian, tak gila tahta.

Hanya seutas doa di dada,

dan kasih bagi sesama manusia.


“Tak perlu tinggi engkau bicara,

jika hatimu masih gersang tiada rasa.

Lebih mulia satu kasih yang nyata,

daripada sejuta teori tak bermakna.”


Ia menulis bukan untuk dipuja,

tapi agar manusia tak saling mencela.

“Siapa mencintai tanpa pamrih dunia,

itulah hamba sejati Sang Esa.”


Yunus tak mengenal kasta dan golongan,

baginya semua manusia bersaudara sepadan.

Ia peluk kafir dan mukmin dalam kedamaian,

karena Tuhan tak memandang perbedaan.


Ilmu bukanlah bekal semata,

jika tak menyentuh laku dan rasa.

"Adab dan kasih lebih utama,

daripada gelar dan pujian semu belaka."


“Jangan kau cari Tuhan di langit tinggi,

jika tetanggamu masih kau abaikan hati.

Karena Sang Cinta hadir di sini,

di wajah fakir, di tangan yang memberi.”


Ia ajarkan kita menjadi manusia,

bukan hanya pandai bercerita.

Tapi rendah hati seperti semesta,

yang memberi tanpa ingin disanjung jua.


O Yunus, namamu harum abadi,

meski ragamu telah lama pergi.

Kata-katamu menembus sunyi,

menggugah nurani kami yang sepi.


Kami belajar pada puisi sucimu,

pada tangis rindu dalam doamu.

Bahwa jalan menuju Yang Satu,

adalah cinta, sabar, dan hati yang bersatu.




Yunus Emre Enstitusu, Bintaro, 22 Juni 2024

0 komentar:

Posting Komentar