Kamis, 27 Desember 2012

Namaste India





Salju turun lebat di Ankara di hari pemberangkatan kami menuju New Delhi, India. Setelah mendapat tiket pada Ahad (16/12/2012). Keesokan harinya kami terbang ke negara dengan penduduk kedua terbesar di dunia mengunakan pesawat Air Arabia. Sekitar delapan jam penerbangan dari Istanbul menuju New Delhi. Kami transit di Sarjah, salah satu kota di Uni Emirat Arab.

Memang mendadak. Baru Jumat (14/12/2012) siang keputusan PPI Turki untuk mengirim siapa delegasi dari Turki. Saya dan Ahmad Faris terpilih menjadi utusan PPI Turki untuk menghadiri Simposium Internasional PPI Dunia di New Delhi 18-22 Desember 2012. Dengan persiapan yang mendadak kami tetap berangkat membawa misi untuk Indonesia.

Beruntung hujan salju berhenti di sore hari, sementara penerbangan kami berlangsung malam hari. Ada keraguan dalam pikiran Faris, apakah kami bisa terbang dengan kondisi alam sedang bersalju. Saya katakan insya Allah kita akan tetap berangkat dan tidak terjadi apa-apa.

Kami terbang dari Bandara Esenboga, Ankara menuju Bandara Sabiha Gokcen, Istanbul. Dari Sabiha Gokcen kami terbang lagi menuju Sarjah, Uni Emirat Arab, baru kemudian kami tiba di Bandara Indira Gandhi, New Delhi, India.

Selasa siang kami tiba di Bandara Indira Gandhi dan mengurus visa on arrival. Setengah jam lebih kami habiskan waktu untuk mengurus visa ini. Maklum pengurusan visa oleh imigrasi India masih menggunakan cara manual. Mengisi formulir, menempelkan photo, membuat kwitansi pembayaran,  dan menyetempel visa di paspor kami. Untuk pembayaran visa India ini terbilang mahal yaitu sebesar 60 USD, sebab visa on arrival di Turki hanya 25 USD.



Keluar bandara kami langsung ditemui oleh panitia SI PPI Dunia 2012. Winter nama panitia penjemput delegasi ini. Ia baru enam bulan tinggal di India. Namun ia tak canggung mengurus kedatangan kami. Sebab di India hampir sebagian besar menggunakan bahasa Inggris.

Winter artinya musim dingin. Betul, kami datang pas musim dingin. Dan musim dingin di India tidak lebih dingin dibanding di Turki. Saat kami berangkat suhu di Turki mencapai 0 derajat selsius, sementara di India berkisar 9 derajat selsius.

Kami bertemu dengan delegasi lain saat mengurus visa on arrival yaitu Oky dan Mitra, delegasi BEM Universitas Sumatera Utara. Winter menawar harga taksi untuk kami berempat. Setelah harga disepakati Winter memberikan alamat tujuan kepada sopir taksi. Kami pun berempat meluncur ke tempat penginapan yang sudah disediakan panitia.

Penginapan Assam, begitu kami memanggilnya. Di Assam ini panitia sudah menunggu. Adhitya, panitia SI PPI Dunia, mengurus kami untuk mendaftar di penginapan sejenis asrama ini. Adhitya baru enam bulan tinggal di Hyderabad, selatan India. Ia jarang datang ke New Delhi. Untuk mencapai New Delhi dengan jarak sekitar 1650 KM dari Hyderabad, Adhitya menggunakan kereta dengan memakan waktu sekitar 24 jam. Kedatangannya ke New Delhi hanya untuk menyukseskan acara SI PPI Dunia 2012.

Di penginapan Assam ini kami bertemu dengan pelajar Indonesia yang menjadi delegasi dari berbagai PPI di seluruh dunia, seperti PPI Inggris, PPI Australia, PPI Malaysia, PPI Belanda, PPI Pakistan, PPI Mesir, PPI Jerman, PPI Thailand, dan PPI-PPI lainnya. Selain itu, di penginapan ini juga ada delegasi dari BEM di Indonesia dan delegasi Pemburu Beasiswa dari Indonesia. Penginapan Assam tidak jauh dari kampus.

Malam hari kami para delegasi berjalan kaki menuju Auditorium Universitas Jawaharlal Nehru. Semestinya panitia menyediakan kami bus untuk perjalanan menuju ke kampus itu. Namun, karena kami tidak mau menunggu akhirnya kami berjalan menuju Auditorium itu yang jaraknya sekitar tiga kilometer.



Di pekarangan gedung auditorium Universitas Jawaharlal Nehru kami memperkenalkan diri satu dan yang lainnya. Kami pun memberikan kesan pertama ketika datang ke India. Dalam sambutannya, panitia SI PPI Dunia melaporkan berapa peserta yang datang dan berapa hal teknis mengenai acara SI PPI Dunia. Tidak lupa ketua panitia SI PPI Dunia, Didi Rahmadi mengucapkan “Namaste India”.

Di Dalam kehidupan sehari-hari, penerapan namaste dapat dipadankan dengan “salam sejahtera”, dan dapat bermakna “semoga [dalam keadaan] baik”. Berbeda dengan berjabat tangan, berciuman, atau berpelukan dalam budaya lain, namaste adalah bentuk penghormatan tanpa kontak fisik dan dapat digunakan secara universal saat bertemu dengan orang lain dengan jenis kelamin, usia, maupun status sosial yang berbeda.

Sikap namaste melambangkan keyakinan bahwa terdapat pijaran ilahi dalam tubuh setiap orang yang terletak di dalam cakra hati. Dalam bahasa Sanskerta, namaste terdiri dari kata namah + te = namaste (Dewanagari/Hindi: नमः + ते = नमस्ते) yang berarti “hormat [saya] kepadamu” - salam, takzim, atau sujud [saya] kepadamu. Ya, Namaste India!

(bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar