Salju
turun lebat di Ankara di hari pemberangkatan kami menuju New Delhi, India. Setelah
mendapat tiket pada Ahad (16/12/2012). Keesokan harinya kami terbang ke negara
dengan penduduk kedua terbesar di dunia mengunakan pesawat Air Arabia. Sekitar delapan
jam penerbangan dari Istanbul menuju New Delhi. Kami transit di Sarjah, salah
satu kota di Uni Emirat Arab.
Memang
mendadak. Baru Jumat (14/12/2012) siang keputusan PPI Turki untuk mengirim siapa
delegasi dari Turki. Saya dan Ahmad Faris terpilih menjadi utusan PPI Turki
untuk menghadiri Simposium Internasional PPI Dunia di New Delhi 18-22 Desember
2012. Dengan persiapan yang mendadak kami tetap berangkat membawa misi untuk
Indonesia.
Beruntung
hujan salju berhenti di sore hari, sementara penerbangan kami berlangsung malam
hari. Ada keraguan dalam pikiran Faris, apakah kami bisa terbang dengan kondisi
alam sedang bersalju. Saya katakan insya Allah kita akan tetap berangkat dan
tidak terjadi apa-apa.
Kami
terbang dari Bandara Esenboga, Ankara menuju Bandara Sabiha Gokcen, Istanbul. Dari
Sabiha Gokcen kami terbang lagi menuju Sarjah, Uni Emirat Arab, baru kemudian kami
tiba di Bandara Indira Gandhi, New Delhi, India.
Selasa
siang kami tiba di Bandara Indira Gandhi dan mengurus visa on arrival. Setengah
jam lebih kami habiskan waktu untuk mengurus visa ini. Maklum pengurusan visa
oleh imigrasi India masih menggunakan cara manual. Mengisi formulir,
menempelkan photo, membuat kwitansi pembayaran, dan menyetempel visa di paspor kami. Untuk pembayaran
visa India ini terbilang mahal yaitu sebesar 60 USD, sebab visa on arrival di
Turki hanya 25 USD.
Keluar
bandara kami langsung ditemui oleh panitia SI PPI Dunia 2012. Winter nama
panitia penjemput delegasi ini. Ia baru enam bulan tinggal di India. Namun ia
tak canggung mengurus kedatangan kami. Sebab di India hampir sebagian besar
menggunakan bahasa Inggris.
Winter
artinya musim dingin. Betul, kami datang pas musim dingin. Dan musim dingin di
India tidak lebih dingin dibanding di Turki. Saat kami berangkat suhu di Turki
mencapai 0 derajat selsius, sementara di India berkisar 9 derajat selsius.
Kami
bertemu dengan delegasi lain saat mengurus visa on arrival yaitu Oky dan Mitra,
delegasi BEM Universitas Sumatera Utara. Winter menawar harga taksi untuk kami
berempat. Setelah harga disepakati Winter memberikan alamat tujuan kepada sopir
taksi. Kami pun berempat meluncur ke tempat penginapan yang sudah disediakan
panitia.
Penginapan
Assam, begitu kami memanggilnya. Di Assam ini panitia sudah menunggu. Adhitya,
panitia SI PPI Dunia, mengurus kami untuk mendaftar di penginapan sejenis
asrama ini. Adhitya baru enam bulan tinggal di Hyderabad, selatan India. Ia jarang
datang ke New Delhi. Untuk mencapai New Delhi dengan jarak sekitar 1650 KM dari Hyderabad,
Adhitya menggunakan kereta dengan memakan waktu sekitar 24 jam. Kedatangannya ke
New Delhi hanya untuk menyukseskan acara SI PPI Dunia 2012.
Di
penginapan Assam ini kami bertemu dengan pelajar Indonesia yang menjadi
delegasi dari berbagai PPI di seluruh dunia, seperti PPI Inggris, PPI
Australia, PPI Malaysia, PPI Belanda, PPI Pakistan, PPI Mesir, PPI Jerman, PPI
Thailand, dan PPI-PPI lainnya. Selain itu, di penginapan ini juga ada delegasi
dari BEM di Indonesia dan delegasi Pemburu Beasiswa dari Indonesia. Penginapan Assam
tidak jauh dari kampus.
Malam
hari kami para delegasi berjalan kaki menuju Auditorium Universitas Jawaharlal
Nehru. Semestinya panitia menyediakan kami bus untuk perjalanan menuju ke
kampus itu. Namun, karena kami tidak mau menunggu akhirnya kami berjalan menuju
Auditorium itu yang jaraknya sekitar tiga kilometer.
Di
pekarangan gedung auditorium Universitas Jawaharlal Nehru kami memperkenalkan
diri satu dan yang lainnya. Kami pun memberikan kesan pertama ketika datang ke
India. Dalam sambutannya, panitia SI PPI Dunia melaporkan berapa peserta yang
datang dan berapa hal teknis mengenai acara SI PPI Dunia. Tidak lupa ketua panitia SI PPI Dunia, Didi Rahmadi mengucapkan “Namaste India”.
Di
Dalam kehidupan sehari-hari, penerapan namaste dapat dipadankan dengan “salam
sejahtera”, dan dapat bermakna “semoga [dalam keadaan] baik”. Berbeda dengan
berjabat tangan, berciuman, atau berpelukan dalam budaya lain, namaste adalah
bentuk penghormatan tanpa kontak fisik dan dapat digunakan secara universal
saat bertemu dengan orang lain dengan jenis kelamin, usia, maupun status sosial
yang berbeda.
Sikap
namaste melambangkan keyakinan bahwa terdapat pijaran ilahi dalam tubuh setiap
orang yang terletak di dalam cakra hati. Dalam bahasa Sanskerta, namaste
terdiri dari kata namah + te = namaste (Dewanagari/Hindi: नमः
+ ते
= नमस्ते)
yang berarti “hormat [saya] kepadamu” - salam, takzim, atau sujud [saya]
kepadamu. Ya, Namaste India!
(bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar