Sabtu, 29 Desember 2012

Kuliner Keblenger (India-2)



Setelah kami menyelesaikan administrasi tempat penginapan di New Delhi yang kami buru pertama kali adalah kuliner India yang menggoda. Sebab, teman saya, Ahmad Faris mengatakan ada tiga hal yang penting dalam sebuah perjalanan  yaitu, manusia, alam dan kuliner. Dan catatan ini tentang kuliner.

Ada beberapa kendaraan umum yang bisa kita tumpangi di negara padat penduduk ini. Tapi saat itu kami memilih kendaraan umum yang merakyat yaitu bajaj. Saya katakan kepada sopir bajaj berapa ongkos yang harus kami bayar menuju pasar Yashwant Place. Si sopir menjawab perorang ongkosnya 35 rupe alias Rp. 7 ribu. Dan kami pun meluncur ke pusat perbelanjaan itu.

Jangan dibayangkan pusat perbelanjaan ini seperti mall besar. Pasar Yashwant yang jika diucapkan ‘jaswan’ ini adalah pasar tradisional seperti pasar-pasar tradisional di Jakarta yang dikelola oleh PD Jaya. Selain dikenal dengan tempat kuliner, Yashwant ini juga dikenal dengan pasar tas dan jaket kulit. Setiba di Yashwant kami langsung berburu satu nama yaitu; restoran Al-Kuresh.  

Yashwant dan Al-Kuresh adalah dua nama yang direkomendasikan warga Indonesia yang pernah tinggal di India selama enam tahun. Sebelum saya berangkat ke India saya bersilaturahim dengan orang itu yang biasa kami panggil Bi Kori. Dia yang kini tinggal di Ankara memberikan arahan tempat makan mana yang mesti saya singgahi.


Tidak susah mencari nama Al-Kuresh. Di restoran itu kami disodori sejumlah menu yang dilengkapi dengan harganya. Saya memesan Tandoori Chiken sejenis ayam bakar dan sepiring nasi putih. Tiga teman saya lainnya memilih menu yang berbeda-beda, ada yang memesan Mutton Biryani dan Chicken Biryani. Perbedaan pemesanan makanan ini agar kami bisa mencicipi semua masakan.

Mutton Biryani ini sejenis nasi goreng yang dicampur dengan daging kambing. Sedangkan Chicken Biryani nasi goreng yang dicampur dengan daging ayam. Daging-daging yang dicampur di nasi biryani ini biasanya besar dan bertulang. Tidak lupa kami juga memesan salad sebagai penyeimbang makanan berlemak.

Tidak semua orang India memakan biryani yang dicampur dengan daging. Sebagian mereka lebih memilih nasi biryani yang dicampur dengan sayuran alias vegetable biryani. Dalam pesawat yang saya tumpangi dari New Delhi, penumpang di samping saya memilih nasi biryani jenis ini. Sebab kuliner tidak bisa dipisahkan dengan budaya dan agama setempat. India adalah negara dengan kultur Hindu yang kental.


Hampir setiap hari kami makan nasi biryani di kampus Universitas Jawaharlal Nehru, tempat kami bersimposium internasional PPI Dunia 2012. Tidak siang, tidak malam. Menunya hampir sama. Bedanya, setiap hari ada perbedaan menu, semisal hari pertama ada telur balado besoknya ada menu lain, namun menu utamanya tetap nasi biryani dengan daging. Selian itu, panitia juga melengkapi menu makanan dengan roti India.

Biasanya roti India ini disajikan untuk sarapan pagi. Saya dan beberapa teman di satu pagi mampir ke tempat makanan penjaja sarapan. Kami memesan dua roti yang ditumpuk yang di tengahnya disisipi telur goreng dadar. Menurut Firman, mahasiswa Indonesia di Pakistan, menu sarapan ini juga serupa dengan di negara dimana ia belajar.

Saya begitu menikmati kuliner di negara dengan penduduk 1,2 milar orang ini. Sebab, rasa dan bumbu yang disajikan dalam makanan ini hampir sama dengan masakan Indonesia. Jadi lidah ini tidak terlalu asing lagi. Berbeda dengan masakan khas Turki yang tidak ramai rempah. Dan kami serasa pulang kampung.

Bahkan oleh-oleh yang kami bawa untuk ibu-ibu di Ankara adalah bahan masakan seperti daun jeruk, serai, kunyit, lengkuas dan cabe merah yang pedas. Sebab kami pikir ini lebih berarti dan sangat dibutuhkan untuk memasak masakan Indonesia yang sangat susah ditemui di pasar-pasar di Ankara.

Saking ramainya rasa kuliner India ini saya keblenger. Dan ada satu minuman yang paling saya suka yaitu chai India alias teh India. Yang membedakan antara teh biasa dengan chai India adalah tehnya dicampur dengan susu. Jadi, chai India adalah teh susu. Apalagi jika dicampur dengan es batu. Slurup..

(bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar