Sabtu, 29 Desember 2012

Kakak Presiden SBY (India-4)


Kamis pagi, 20 Desember 2012, kami peserta simposium internasional PPI Dunia diundang sarapan pagi bersama Presiden Republik Indonesia di KBRI New Delhi, India. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY bersama beberapa menteri datang ke India untuk acara ASEAN-India Summit 2012. Sebelum menghadiri acara tersebut Presiden meluangkan waktunya untuk para delegasi PPI Dunia.

Sambutan yang pertama kali disebutkan bahwa presiden SBY sebagai kakak dari adik-adik pimpinan PPI se-dunia. Sebagai kakak, Presiden menyampaikan keinginannya agar para pelajar mempersiapkan diri menyongsong era globalisasi. Hanya ada dua pilihan yaitu apakah jadi pemenang atau menjadi pecundang. “Tidak bijak jika melihat globalisasi sebagai ancaman,” katanya.

Belajar dari sejarah bangsa-bangsa yang mampu bangkit dan berhasil, menurut SBY ada tiga kunci keberhasilan, yaitu pertama ekonomi yang kuat, kedua politik atau demokrasi yang stabil, dan ketiga peradaban yang maju dan unggul. Peradaban yang maju itu mampu dicapai jika masyarakatnya hidup rukun dan sumber dayanya unggul.

“Jemput dan bangun,” tegas SBY dalam menyongsong masa depan Indonesia yang lebih baik. Sebab, abad ini adalah abad Asia, dimana sudah terjadi krisis di Eropa dan Amerika. Sementara Asia menuju kebangkitannya. Indonesia saat ini sedang bergerak. Untuk itu dibutuhkan berpikir positif dan terarah. Meski masa jabatan tinggal dua tahun lagi, SBY berjanji melakukan yang terbaik untuk Indonesia.

SBY bercerita saat pembentukan PPI Dunia tahun 2007 di Australia ada yang bertanya dari PPI, apakah setelah selesai belajar di luar negeri harus kembali ke Indonesia atau menetap di luar negeri? SBY kala itu menjawab sepanjang bisa berkontribusi untuk negara lebih baik, sebaiknya kembali ke tanah air. Tetapi kalau menurut adik-adik menetap di luar negeri itu lebih baik, tidak ada paksaan untuk itu.

Kalau misalnya, lanjut SBY, negara memanggil adik-adik atau ada proyek tertentu di dalam negeri, barangkali pahalanya akan lebih tinggi. SBY mengaku baru-baru ini menonton film Habibie-Ainun yang bercerita tentang Habibie pulang ke Indonesia untuk membangun bangsa. “Sekali lagi, pilihan ada di tangan adik-adik,” tutur SBY.

Selagi di luar negeri, SBY berharap para pelajar Indonesia menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Dengan ilmu dan pengetahuan yang banyak dapat bersaing di luar negeri dengan berbagai macam orang.

Dalam kesempatan itu juga SBY menyinggung soal dana pendidikan. Dari APBN tahun ini yang mencapai 1600 triliun, 20 persen adalah untuk dana pendidikan. Hadir dalam jamuan sarapan pagi itu tiga anggota DPR, satu anggota DPD, Menko Polkam, Menlu, Mendiknas, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri Perikanan dan Kelautan, Seskab, Kepala BKPM dan Kepala Kadin.

Demokrasi kita, menurut SBY, mau kemana dan harus apa? Urusan demokrasi adalah urusan rakyat, urusan mahasiswa dan lain-lain. Orang yang suka dan yang tidak suka dengan demokrasi haru tetap didengarkan suaranya. Karena itulah demokrasi.

Menurut Presiden, masyarakat yang baik dapat dicirikan dengan lima hal, pertama adalah masyarakat yang reliji, kedua masyarakat yang rukun dan toleran, ketiga masyarakat yang kuat akan pengetahuan dan wasasan, keempat masyarakat yang menghormati kesetaraan gender, dan kelima melakukan kebaikan untuk negaranya.

Usai sarapan kami berphoto bersama di halaman KBRI New Delhi. Setelah itu rombongan Presiden menuju tempat kegiatan ASEAN-India Summit 2012. Sementara kami para peserta SI PPI Dunia juga bergerak menuju kampus Universitas Jawaharlal Nehru untuk melanjutkan kegiatan kami. Di tengah jalan, saya berbisik kepada salah satu peserta simposium, “Ingat pesan Kakak Presiden.”

(bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar