Kamis pagi, 20 Desember 2012, kami peserta simposium
internasional PPI Dunia diundang sarapan pagi bersama Presiden Republik
Indonesia di KBRI New Delhi, India. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY
bersama beberapa menteri datang ke India untuk acara ASEAN-India Summit 2012. Sebelum
menghadiri acara tersebut Presiden meluangkan waktunya untuk para delegasi PPI Dunia.
Sambutan yang pertama kali disebutkan bahwa presiden
SBY sebagai kakak dari adik-adik pimpinan PPI se-dunia. Sebagai kakak, Presiden
menyampaikan keinginannya agar para pelajar mempersiapkan diri menyongsong era
globalisasi. Hanya ada dua pilihan yaitu apakah jadi pemenang atau menjadi
pecundang. “Tidak bijak jika melihat globalisasi sebagai ancaman,” katanya.
Belajar dari sejarah bangsa-bangsa yang mampu
bangkit dan berhasil, menurut SBY ada tiga kunci keberhasilan, yaitu pertama
ekonomi yang kuat, kedua politik atau demokrasi yang stabil, dan ketiga
peradaban yang maju dan unggul. Peradaban yang maju itu mampu dicapai jika
masyarakatnya hidup rukun dan sumber dayanya unggul.
“Jemput dan bangun,” tegas SBY dalam menyongsong
masa depan Indonesia yang lebih baik. Sebab, abad ini adalah abad Asia, dimana
sudah terjadi krisis di Eropa dan Amerika. Sementara Asia menuju
kebangkitannya. Indonesia saat ini sedang bergerak. Untuk itu dibutuhkan
berpikir positif dan terarah. Meski masa jabatan tinggal dua tahun lagi, SBY
berjanji melakukan yang terbaik untuk Indonesia.
SBY bercerita saat pembentukan PPI Dunia tahun 2007 di
Australia ada yang bertanya dari PPI, apakah setelah selesai belajar di luar
negeri harus kembali ke Indonesia atau menetap di luar negeri? SBY kala itu
menjawab sepanjang bisa berkontribusi untuk negara lebih baik, sebaiknya kembali
ke tanah air. Tetapi kalau menurut adik-adik menetap di luar negeri itu lebih
baik, tidak ada paksaan untuk itu.
Kalau misalnya, lanjut SBY, negara memanggil
adik-adik atau ada proyek tertentu di dalam negeri, barangkali pahalanya akan
lebih tinggi. SBY mengaku baru-baru ini menonton film Habibie-Ainun yang
bercerita tentang Habibie pulang ke Indonesia untuk membangun bangsa. “Sekali
lagi, pilihan ada di tangan adik-adik,” tutur SBY.
Selagi di luar negeri, SBY berharap para pelajar
Indonesia menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Dengan ilmu dan pengetahuan yang
banyak dapat bersaing di luar negeri dengan berbagai macam orang.
Dalam kesempatan itu juga SBY menyinggung soal dana
pendidikan. Dari APBN tahun ini yang mencapai 1600 triliun, 20 persen adalah
untuk dana pendidikan. Hadir dalam jamuan sarapan pagi itu tiga anggota DPR, satu
anggota DPD, Menko Polkam, Menlu, Mendiknas, Menteri Perindustrian, Menteri
Perdagangan, Menteri Perikanan dan Kelautan, Seskab, Kepala BKPM dan Kepala
Kadin.
Demokrasi kita, menurut SBY, mau kemana dan harus
apa? Urusan demokrasi adalah urusan rakyat, urusan mahasiswa dan lain-lain. Orang
yang suka dan yang tidak suka dengan demokrasi haru tetap didengarkan suaranya.
Karena itulah demokrasi.
Menurut Presiden, masyarakat yang baik dapat
dicirikan dengan lima hal, pertama adalah masyarakat yang reliji, kedua masyarakat
yang rukun dan toleran, ketiga masyarakat yang kuat akan pengetahuan dan
wasasan, keempat masyarakat yang menghormati kesetaraan gender, dan kelima
melakukan kebaikan untuk negaranya.
Usai sarapan kami berphoto bersama di halaman KBRI
New Delhi. Setelah itu rombongan Presiden menuju tempat kegiatan ASEAN-India
Summit 2012. Sementara kami para peserta SI PPI Dunia juga bergerak menuju
kampus Universitas Jawaharlal Nehru untuk melanjutkan kegiatan kami. Di tengah
jalan, saya berbisik kepada salah satu peserta simposium, “Ingat pesan Kakak
Presiden.”
(bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar