Sebelum lupa, saya ingin cerita tentang akhir pekan lalu.
Belum tuntas istirahat saya Ahad (9/9/2012) pagi itu, sepulang dari Kayseri
untuk tugas negara pada Sabtu sore, tiba-tiba teman saya mengirim pesan di BBM,
“Den, bangun, ada tamu yang ingin ditemani ke Istanbul, udah nggak ada orang
lagi, nih.” Begitu kira-kira isi pesannya.
Mata saya masih tertutup satu saat membaca BBM jam delapan pagi itu. Rasa kantuk masih menguasai alam bawah sadar. Dan tidak lama kemudian hape berdering. Dan diujung telepon suara itu menanyakan kesanggupan saya. Saya jawab singkat, baiklah. Usai mandi saya langsung meluncur ke hotel tempat para tamu itu menginap.
Saya hanya menggunanakan baju kotak-kotak, celana panjang
dan sepatu kets, dengan membawa dompet dan dua hape. Satu hape batereinya sudah
mau habis, satunya lagi full baterei. Jaga-jaga kalau hape yang belum sempat
di-charge itu mati di tengah jalan. Tidak lupa saya bawa paspor. Paspor sebenarnya
jarang saya bawa karena sudah punya ikamet sebentuk KTP. Paspor jaga-jaga kalau
jadi ke Istanbul menggunakan pesawat.
Mata saya masih tertutup satu saat membaca BBM jam delapan pagi itu. Rasa kantuk masih menguasai alam bawah sadar. Dan tidak lama kemudian hape berdering. Dan diujung telepon suara itu menanyakan kesanggupan saya. Saya jawab singkat, baiklah. Usai mandi saya langsung meluncur ke hotel tempat para tamu itu menginap.
Tiket pesawat PP Ankara-Istanbul dalam sehari. |
Setiba di hotel saya langsung menuju restoran. Sarapan pagi.
Karena lapar dan takut masuk angin jika langsung jalan, apalagi ini perjalanan
jauh. Perjalanan antara dua kota besar di Turki, Ankara-Istanbul yang berjarak
sekitar 400 kilometer. Jika ditempuh dengan bus bisa mencapai 6 jam perjalanan.
Sementara pesawat hanya 45 menitan.
Beres sarapan, empat orang menghampiri saya. Keempat orang
inilah yang akan melakukan perjalanan ke Istanbul. Mereka bertanya soal
perjalanan Ankara-Istanbul pulang pergi (PP) selama satu hari. Saya bilang sama
mereka, bahwa saya belum pernah melakukan perjalanan sesingkat itu. Tapi saya
bisa mengaturnya.
Tanpa tiket di tangan dan tanpa perencanaan yang memadai
sebelumnya, akhirnya kami berlima pagi jam 9.15 kami berangkat ke bandara. Jarak
tempuh hotel – bandara mencapai 40 menitan. Tiba di bandara pukul 9.55. Di
papan pengumuman jadwal penerbangan ke Istanbul ada yang pukul 10.00 dan 11.00.
Hampir setiap jam ada penerbangan ke Istanbul dari Ankara.
Kami datangi loket penjualan tiket. Penjual tiket bilang,
kami bisa membeli tiket jam 11.00 karena tidak mungkin mengejar pesawat jam
10.00. Yang ini oke. Masalahnya adalah tiket kembali dari Istanbul ke Ankara
sudah penuh semua kecuali jam 23.00. Sementara para tamu ini harus kembali ke
Ankara pukul 19.00 karena ada acara penting.
Si penjual tiket bilang, kalau dari Bandata Ataturk di
Istanbul semaunya sudah penuh. Dia menyarankan untuk membeli tiket pesawat yang
dari Bandara Sabiha Gokcen Istanbul. Memang ini bandara lebih jauh ketimbang
Bandara Ataturk. Sebab pesawat dari Sabiha Gokcek ada yang kosong penerbangan
jam 17.50. Tanpa pikir panjang kami langsung membeli tiket PP Ankara-Istanbul.
Tiba di Istanbul jam 11.50. Sebelum pintu keluar banyak
agen travel yang menjajakan jasanya untuk para wisatawan. Kami mendatangi salah
satu agen perjalana itu. Usai kesepakatan diambil kami menuju mobil yang sudah
disediakan. Saya dan si sopir travel menyamakan persepsi dan jadwal perjalanan
kami selama di Istanbul.
Agak susah menyamakan jadwal ini. Karena di hari Ahad
Istanbul cukup padat. Jalan-jalan pun macet. Paling tidak dengan jadwal
penerbangan kami yang pukul 17.50 itu kami harus berangkat dari tempat wisata
pukul 15.30. Sementara banyak tempat yang mesti kami datangi.
Akhirnya saya dan para tamu berembuk untuk menyisihkan tempat yang tidak terlelu penting untuk didatangi. Dan kesepakatan pun dicapai. Pak sopir hanya menunggu saja di parkir sampai hapenya berdering tanda panggilan saya.
Akhirnya saya dan para tamu berembuk untuk menyisihkan tempat yang tidak terlelu penting untuk didatangi. Dan kesepakatan pun dicapai. Pak sopir hanya menunggu saja di parkir sampai hapenya berdering tanda panggilan saya.
Jam 13.00 kami tiba di pusat wisata Istanbul, yaitu di
kawasan Masjid Biru, Aya Sofia dan Istana Topkapi. Pertama yang kami kunjungi
adalah Aya Sofia, gedung yang pada zaman Byzantium digunakan sebagai gereja. Setelah
penaklukkan Konstantinopel dan diubah menjadi Istanbul oleh Sultan Mehmet II
atau Sultan Fatih pada 1453 M, Aya Sofia diubah menjadi masjid dengan ditambah
empat menara.
Namun pada tahun tahun 1934 di bawah naungan Presiden
pertama Republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk, Aya Sofia berubah fungsi menjadi
museum, hingga saat ini. Karena akhir pekan antrean masuk ke gedung yang
berumur ribuan tahun ini sangat panjang, maka kami harus bersabar menunggu
masuk. Tidak lama kami menikmati suasana di gedung yang dipenuhi simbol dua
agama, Kristen dan Islam.
Selanjutnya, pukul 13.40 kami menuju Istana Topkapi. Istana
ini cukup luas yaitu sekitar 700 ribu meter persegi. Sama dengan Aya Sofia,
untuk masuk ke Istana ini juga harus mengantre. Karena waktu kami hanya sedikit
kami hanya melihat yang paling penting saja yaitu museum kejayaan Islam.
Di museum ini kita bisa melihat janggut, ubin bekas telapak
kaki dan pedang Rasulullah SAW. Selain itu ada juga tongkat Nabi Musa, pedang
para sabahat seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan para sahabat lainnya. Yang
unik adalah museum ini selama 24 jam / 7 hari ada yang mengaji Alqur'an tidak pernah
putus. Ya, pastinya bergantian petugasnya.
Di museum bekas tempat tinggal para Sultan Kesultanan Turki
Usmani ini kami singgah lumayan lama dari sebelumnya. Saat masuk ke istana yang dipenuhi
dengan pohon tua ini kami melihat sekelompok orang yang menggunakan pakaian
tradisi Usmani. Mereka berjejer kemudian berjalan menuju gerbang istana. Di depan
gerbang itu mereka memainkan alat musik. Kami tidak begitu lama menikmati
sajian ini.
Pukul 14.50 kami keluar gerbang Istana Topkapi dan
berjalan menuju Masjid Biru. Sejatinya nama Masjid Biru adalah Masjid Sultan
Ahmet. Namun para wisatawan dari Eropa menyebutnya sebagai Blue Mosque alias
Masjid Biru karena hiasan dalam masjid ini banyak bercorak birunya. Pukul 15.10
kami tiba di masjid dengan pinggiran selat Bosporus ini. Tidak lama juga kami di sini. Dan
sama seperti sebelumnya, kami harus mengantre untuk masuk masjid yang memiliki enam menara ini.
Setelah rangkaian jalan-jalan ini saya menelepon si sopir
untuk menjemput kami dan membawa kami ke bandara Sabiha Gokcen. Dan benar jalan
dari kawasan Masjid Biru menuju bandara ini cukup padat dan sesekali macet. Kami
tiba di bandara pukul 17.00 dan langsung check in. Tapi sebelum boarding kami
menyempatkan untuk makan. Akhirnya pesawat kami take off tepat pukul 17.50 dan
tiba di Ankara pukul 18.40. Alhamdulillah selamat.
Ini perjalanan dadakan dan rekor bagi saya. Dadakan karena
tanpa perencanaan dan tidak ada di benak saya sedikit pun bahwa hari itu saya
harus mengantar jalan-jalan. Dan rekor pertama adalah, dalam satu hari perjalanan
menggunakan pesawat PP. Kalau kata senior saya, “Anda ini sudah seperti
eksekutif muda saja, pakai pesawat PP dalam sehari.”
Rekor kedua adalah, baru kali ini saya menggunakan
pesawat tanpa membawa barang apapun selain yang ada di saku baju atau celana
saya. Biasanya, kalau naik pesawat, ya, bawa koper, atau tas gendong minimal. Ini
mah, nggak bawa apa-apa. Rekor ketiga,
dalam perjalanan ini saya tidak mengeluarkan uang sedikitpun, malah dapat uang,
hehehe.
0 komentar:
Posting Komentar