Senin, 22 April 2013

Industri Musik



Saya bukan penyuka jenis musik tertentu. Dan saya bisa juga menyukai berbagai jenis musik. Yang penting bagi saya adalah musik itu enak didengar dan lirik lagunya bagus. Maka, dari pada saya mendengar lagu dari mp3 tapi tidak nyaman di kuping lebih baik mendengar radio yang lagunya diputar dan dipilih sama operator radio.

Berbeda jika ada konser musik. Karena saat konser kita dapat mendengar dan menyanyi langsung bareng si artis. Tapi itu pun dilihat dulu siapa yang hadir di konser, selain berapa tiketnya, atau apakah itu konser gratis? Hahaha tetep mahasiswa.  Akhir pekan lalu, Maher Zain konser di Ankara Arena, alias GOR baru yang dimiliki Ankara. konser ini gratis karena disponsori oleh Kementerian Agama Turki.

Usai diskusi rutin dua mingguan GIA di kantor KBRI, kami bersama-sama berkunjung ke Ankara Arena. Tapi sebelumnya kami bertandang ke pameran pelajar internasional di Genclik Park atau taman pemuda yang tidak jauh dari Ankara Arena. Karena waktu konser pukul 21.30 maka kami jalan-jalan lagi ke Luna Park yang masih satu komplek dengan Genclik Park.

Luna Park ini sejenis Dunia Fantasi (Dufan) di Jakarta. Tapi Dufan lebih besar dan lebih luas ketimbang Luna Park. Jenis mainannya pun di Luna Park lebih sedikit. Masuk ke Luna Park ini murah, cuma 25 Kurus TL atau sekitar, 1.250 IDR.  Setiap mainan dikenakan biaya 4 TL atau sekitar 20 ribu rupiah. Yang paling saya suka kalau masuk ke tempat hiburan sejenis ini adalah bombomkar alias permainan mobil yang bebas untuk ditabrakan.

Setelah itu kami juga mencoba adrenalin yang membuat badan diputar-putar. Meski tidak sedahsyat  Tornado di Dufan, tapi mirip dikitlah. Bedanya pas naik adrenalin di Luna Park itu hawa dingin yang menghantam tubuh ini. Karena masih musim semi. Lanjut kemudian bermain bilyard di lokasi yang sama.

Akhirnya kami pun datang ke Ankara Arena, tentunya di sana sudah penuh dengan penonton. Mereka datang dari sore. Sementara kami datang pas konser Maher Zain sahaja. Sebab, acara sebenarnya dibuka dari pukul 20.00 dengan berbagai macam kegiatan yang menunjangnya. Setelah mencari tempat yang kosong karena Ankara Arena sudah dipenuhi sekitar 15 ribu penonton, akhirnya kami mendapat tempat kosong di sebelah kanan panggung yang hampir membelakangi panggung itu.

Sebenarnya saya tidak begitu hafal lagu-lagu milik Maher Zain ini. Hanya ada beberapa yang saya ingat, yaitu lagu Insyallah dan Barakallah. Yang membuat saya senang adalah kebersamaan menonton ini bersama teman-teman. Tidak terbayang kalau saya harus menonton sendiri. Kecuali kalau yang mengisi konser adalah lagu-lagu favorit saya seperti Iwan Fals. Sendiri pun saya akan datangi.

Saya teringat ketika hadir di konser GIGI di kampus saya di UIN Jakarta. Konser itu adalah penutup prosesi propesa alias opspek tahun 2004. Dengan antusias yang tinggi para penonton ada yang menonton di atap gedung student center. Setelah beberapa lagu Arman Maulana menyapa penonton dari berbagai sudut, terakhir ia menyapa sudut student center dan tiba-tiba dua orang jatuh dari lantai tiga atap gedung itu.

Setelah diselidiki, rupanya orang-orang yang menonton dari atap gedung student center itu bukan mahasiswa kampus UIN, melainkan warga sekitar kampus. Dan malam itu konser yang harusnya suka menjadi duka. Akibatnya  pihak rektorat mempertimbang-ulang tentang kebijakan konser di dalam kampus. Beberapa tahun kemudian, tetap berlangsung beberapa konser musik di dalam kampus, seperti jazz dll.

Yang hadir di Ankara Arena ini kebanyakan adalah perempuan yang mayoritas berkerudung. Teman saya berujar, dengan menutup mata saja, kita dapat memilih dan mendapat wanita cantik. Saking banyaknya wanita cantik malam itu. Hahaha.  Mereka bukan hanya datang dari Ankara tapi ada juga yang datang dari beragai daerah di Turki dengan menyewa bus yang diparkir di sekitar Ankara Arena.

Musik, apapun jenisnya, saat ini menjadi industri yang menjanjikan. Asal jeli melihat pangsa pasar dan kondisi sosial. Maher Zain, termasuk yang cerdas dalam hal ini. Mayoritas lagunya berbahasa Inggris, tapi ada beberapa lagunya yang berbahasa Arab, Turki dan bahkan Indonesia. Ia tahu bahwa pangsa pasarnya adalah negara yang mayoritas penduduknya muslim.

Bahkan ada kabar bahwa Indonesia adalah sasaran pasar utama untuk para pemusik dunia untuk melakukan konser di Jakarta. Karena hadir dalam konser itu, bagi kelas menengah adalah bagian dari gaya hidup metropolitan, setelah berjuang melawan hiruk pikuk ibukota.

Begitu juga jika Ramadhan tiba, para artis di Indonesia berbondong-bondong membuat lagu atau menyanyikan lagu reliji. Kita memang tidak bisa menerka apa niat para pembuat lagu reliji. Yang pasti secara bisnis ini tetap menguntungkan. Inilah industri musik. Selain keuntungan dari penjualan CD musik dan iTunes, yang paling menggiurkan adalah konser. Karena sekali konser si pemusik dapat puluhan juta rupiah.

0 komentar:

Posting Komentar