Pekan lalu saya berkunjung ke pameran seni kaligrafi di
Ankara Congresium bersama teman saya, Jurjani. Kami memang sengaja datang ke
sana untuk melihat ukiran seni yang diukir oleh tangan-tangan penuh bakat
dengan rapih dan detail. Dari dulu saya dan saudara kembar saya memang penyuka
seni kaligrafi. Meski tulisan Arab saya tidak sebagus saudara saya itu, Dadan.
Dulu, ketika tahun pertama di Gontor tahun 1997, saya dan Dadan
ditunjuk oleh pengurus asrama untuk menghias atau mendekorasi asrama gedung
baru shighor, gedung Alighar lantai satu. Waktu mengerjakan dekorasi itu kami
berdua merasakan takhsis alias dispensasi untuk tidak berangkat ke masjid saat
shalat maghrib. Dan ada beberapa dispensasi lainnya saat kami menghias asrama.
Ketika saya berkunjung ke Kairo, Mesir pertengahan tahun
2010 lalu, saya bertemu dengan banyak teman saya yang satu almamater di Gontor.
Pertemuan itu menjadi nostalgia tentang sekolah yang berada di kampung damai
dengan pemikiran yang mendunia. Selain silaturahim dan kongkow saya juga berkunjung ke tempat-tempat bersejarah di
tanah para nabi itu.
Masjid-masjid bersejarah juga tak luput saya tengok. Di sela
perbincangan itu, teman saya berkata ingin bertandang ke Istanbul, Turki. Mengapa,
saya tanya padanya. Ia menjawab bahwa Istanbul itu pusat seni kaligrafi atau
khat, yaitu seni tulisan Arab. Saya tercenung, mengapa harus Istanbul? Padahal
Turki bukanlah negara Arab atau negara yang berbahasa Arab.
Turki yang berada di tengah dua benua besar, Asia dan Eropa
adalah negara yang berbahasa Turki dan tulisannya berjenis alphabet latin
seperti Inggris. Walaupun ada beberapa huruf tambahan seperti huruf ‘i’ tanpa
titik, dsb, yang jumlah keseluruhannya sebanyak 29 huruf, berbeda dengan
alphabet bahasa Inggris dan Indonesia yang berjumlah 26 huruf.
Saya lupa waktu itu, kalau Istanbul adalah ibukota
Kesultanan Turki Usmani yang berjaya sekitar 500 tahun. Sejak 1453 masehi,
Konstantinopel berubah nama menjadi Istanbul setelah ditaklukkan oleh Sultan
Fatih. Dan peradaban besar dimulai dari sini. Saat itu bahasa Turki
ber-alphabet tulisan Arab. Seperti tulisan bahasa jawa dan melayu kuno. Tulisannya
Arab tapi bacaannya bahasa melayu atau jawa.
Juga kekuasaan wilayah Kesultanan Turki Usmani ini terentang
di wilayah Timur Tengah dan sebagian Eropa. Termasuk di dalamnya Arab Saudi dan
Mesir. Setelah peradaban Islam maju di Baghdad selama lima abad, kemudian
berpindah ke Istanbul dengan waktu yang nyaris sama. Begitu juga dengan pusat keilmuan
dan kesenian yang juga berpindah dari Baghdad ke Istanbul.
Seni kaligrafi di dinding Taj Mahal, India |
Dispensasi ini sangat spesial, karena disiplin di Gontor
sangat ketat. Jika melanggar aturan paling tidak dihukum dengan hafalan hingga
botak bahkan bisa lebih, tergantung dari aturan apa yang dilanggar. Dan karena
dispensasi ini juga kami berdua jadi lumayan dikenal orang-orang se-asrama yang
dihuni anak baru itu. Kami mendekorasi asrama dengan tulisan kata-kata mutiara
yang kami buat dari kertas karton.
Setiap semester bagian kesenian di Gontor mengadakan
perlombaan mendekorasi asrama. Dan setiap pengurus asrama mengadakan perlombaan
serupa bagi setiap kamarnya. Ini dilakukan agar asrama dan kamar yang kita huni
indah dipandang mata.
Setiap saya berkunjung ke beberapa negara, seperti Mesir,
Iran, Arab Saudi, India bahkan Inggris, saya berusaha berkunjung ke tempat
sejarahnya. Juga ke masjid-masjidnya yang memiliki dekorasi seni kaligrafi yang
bagus dan unik, hanya untuk shalat dan untuk mengambil gambarnya. Sebab Allah
itu Mahaindah dan menyukai keindahan.
Di setiap masjid di Turki juga dipenuhi dengan dekorasi seni
kaligrafi yang indah. Dan di Istanbul beberapa abad lalu sudah ada sekolah seni
kaligrafi. Ini yang menjadikan seni kaligrafi di Turki tetap terjaga
kualitasnya hingga saat ini. Meski setelah pengalihan kekuasaan dari Kesultanan
Turki Usmani ke Republik Turki yang sekuler di tahun 1923, yang mengubah tulisan
Arab menjadi Latin, seni kaligrafi rupanya masih tetap terjaga.
Dari hasil kunjungan itu saya bisa mengambil kesimpulan
bahwa bangunan tua dan bersejarah yang terawat dan masih kokoh di dunia ini adalah
bangunan yang didekorasi dengan indah, apik dan detail oleh sang arsitek dan
dekoratornya. Seni kaligrafi yang ditulis di dinding di Taj Mahal adalah salah satu
contohnya. Dan kami bermimpi suatu saat nanti punya sekolah yang gedung-gedungnya
dan masjidnya dihiasi dengan seni kaligrafi yang indah, seperti bangunan dan
masjid yang bersejarah di dunia, amiin.
0 komentar:
Posting Komentar