Selasa, 23 April 2013

Seni Kaligrafi

Pekan lalu saya berkunjung ke pameran seni kaligrafi di Ankara Congresium bersama teman saya, Jurjani. Kami memang sengaja datang ke sana untuk melihat ukiran seni yang diukir oleh tangan-tangan penuh bakat dengan rapih dan detail. Dari dulu saya dan saudara kembar saya memang penyuka seni kaligrafi. Meski tulisan Arab saya tidak sebagus saudara saya itu, Dadan.

Ketika saya berkunjung ke Kairo, Mesir pertengahan tahun 2010 lalu, saya bertemu dengan banyak teman saya yang satu almamater di Gontor. Pertemuan itu menjadi nostalgia tentang sekolah yang berada di kampung damai dengan pemikiran yang mendunia. Selain silaturahim dan kongkow saya juga  berkunjung ke tempat-tempat bersejarah di tanah para nabi itu.

Masjid-masjid bersejarah juga tak luput saya tengok. Di sela perbincangan itu, teman saya berkata ingin bertandang ke Istanbul, Turki. Mengapa, saya tanya padanya. Ia menjawab bahwa Istanbul itu pusat seni kaligrafi atau khat, yaitu seni tulisan Arab. Saya tercenung, mengapa harus Istanbul? Padahal Turki bukanlah negara Arab atau negara yang berbahasa Arab.

Turki yang berada di tengah dua benua besar, Asia dan Eropa adalah negara yang berbahasa Turki dan tulisannya berjenis alphabet latin seperti Inggris. Walaupun ada beberapa huruf tambahan seperti huruf   ‘i’ tanpa titik, dsb, yang jumlah keseluruhannya sebanyak 29 huruf, berbeda dengan alphabet bahasa Inggris dan Indonesia yang berjumlah 26 huruf.

Saya lupa waktu itu, kalau Istanbul adalah ibukota Kesultanan Turki Usmani yang berjaya sekitar 500 tahun. Sejak 1453 masehi, Konstantinopel berubah nama menjadi Istanbul setelah ditaklukkan oleh Sultan Fatih. Dan peradaban besar dimulai dari sini. Saat itu bahasa Turki ber-alphabet tulisan Arab. Seperti tulisan bahasa jawa dan melayu kuno. Tulisannya Arab tapi bacaannya bahasa melayu atau jawa.

Juga kekuasaan wilayah Kesultanan Turki Usmani ini terentang di wilayah Timur Tengah dan sebagian Eropa. Termasuk di dalamnya Arab Saudi dan Mesir. Setelah peradaban Islam maju di Baghdad selama lima abad, kemudian berpindah ke Istanbul dengan waktu yang nyaris sama. Begitu juga dengan pusat keilmuan dan kesenian yang juga berpindah dari Baghdad ke Istanbul.
Seni kaligrafi di dinding Taj Mahal, India
Dulu, ketika tahun pertama di Gontor tahun 1997, saya dan Dadan ditunjuk oleh pengurus asrama untuk menghias atau mendekorasi asrama gedung baru shighor, gedung Alighar lantai satu. Waktu mengerjakan dekorasi itu kami berdua merasakan takhsis alias dispensasi untuk tidak berangkat ke masjid saat shalat maghrib. Dan ada beberapa dispensasi lainnya saat kami menghias asrama.

Dispensasi ini sangat spesial, karena disiplin di Gontor sangat ketat. Jika melanggar aturan paling tidak dihukum dengan hafalan hingga botak bahkan bisa lebih, tergantung dari aturan apa yang dilanggar. Dan karena dispensasi ini juga kami berdua jadi lumayan dikenal orang-orang se-asrama yang dihuni anak baru itu. Kami mendekorasi asrama dengan tulisan kata-kata mutiara yang kami buat dari kertas karton.

Setiap semester bagian kesenian di Gontor mengadakan perlombaan mendekorasi asrama. Dan setiap pengurus asrama mengadakan perlombaan serupa bagi setiap kamarnya. Ini dilakukan agar asrama dan kamar yang kita huni indah dipandang mata. 

Setiap saya berkunjung ke beberapa negara, seperti Mesir, Iran, Arab Saudi, India bahkan Inggris, saya berusaha berkunjung ke tempat sejarahnya. Juga ke masjid-masjidnya yang memiliki dekorasi seni kaligrafi yang bagus dan unik, hanya untuk shalat dan untuk mengambil gambarnya. Sebab Allah itu Mahaindah dan menyukai keindahan.

Di setiap masjid di Turki juga dipenuhi dengan dekorasi seni kaligrafi yang indah. Dan di Istanbul beberapa abad lalu sudah ada sekolah seni kaligrafi. Ini yang menjadikan seni kaligrafi di Turki tetap terjaga kualitasnya hingga saat ini. Meski setelah pengalihan kekuasaan dari Kesultanan Turki Usmani ke Republik Turki yang sekuler di tahun 1923, yang mengubah tulisan Arab menjadi Latin, seni kaligrafi rupanya masih tetap terjaga.

Dari hasil kunjungan itu saya bisa mengambil kesimpulan bahwa bangunan tua dan bersejarah yang terawat dan masih kokoh di dunia ini adalah bangunan yang didekorasi dengan indah, apik dan detail oleh sang arsitek dan dekoratornya. Seni kaligrafi yang ditulis di dinding di Taj Mahal adalah salah satu contohnya. Dan kami bermimpi suatu saat nanti punya sekolah yang gedung-gedungnya dan masjidnya dihiasi dengan seni kaligrafi yang indah, seperti bangunan dan masjid yang bersejarah di dunia, amiin.

0 komentar:

Posting Komentar