Kamis, 16 Agustus 2012

Memaknai Idul Fitri


(Disampaikan pada Kajian Keislaman Ibu-Ibu DWP KBRI Ankara, Rabu, 15 Agustus 2012)

Alhamdulillah washshalatu ‘ala Rasulillah. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat iman dan Islam sehingga kita dapat melaksanakan pengajian dan kajian serta kita dapat berpuasa Ramadhan yang ke-27. Shalawat serta salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena dengan cahayanya kita dapat mengimani dan mempelajari Islam saat ini.

Photo: azamku.com
Beberapa waktu lalu saya diminta untuk mengisi tentang Idul Fitri, namun semalam diminta tambahan membahas tentang lailatulqadar. Dan Idul Fitri tidak terlepas dari zakat fitrah. Maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas tiga tema sekaligus yaitu, lailatulqadar, zakat fitrah dan Idul Fitri.

Apa itu lailatulqadar? Secara bahasa lailah artinya malam, sementara qadar adalah ketetapan. Jadi lailatulqadar adalah malam ketetapan. Namun secara syariat arti lailatulqadar kita dapat memahamainya dari surat Alqadar (97) ayat 1-5.

Terjemahannya surat Alqadar adalah: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhan-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar”.

Lailatulqadar adalah malam kemuliaan, sebab di malam itu diturunkan Alquran kepada Nabi Muhammad SAW. Alquran adalah mukjizat atau keajaiban yang paling agung bagi Muhammad dan umatnya.

Beberapa hadits Rasulullah SAW banyak yang menerangkan tentang lailatulqadar. Namun dari berbagai hadits tidak ada yang menunjukkan kapan tepatnya datang lailatulqadar. Apakah datang di malam 27 Ramadhan atau di malam Ramadhan lainnya.

Ada memang sebuah hadits yang menerangkan turunnya lailatulqadar di 10 hari terakhir Ramadhan, dimana Nabi Muhammad lebih banyak beritikaf di masjid. Itu pun sama tidak ada waktu yang menunjukkan kapan tepatnya lailatulqadar turun ke bumi.

Mungkin hikmah dari tidak diketahuinya tentang kapan turunnya lailatulqadar ialah agar umat Muslim di dunia berbondong-bondong beribadah pada setiap malam di bulan Ramadhan. Logikanya, jika mendapat lailatulqadar adalah bagai seribu bulan, berarti sama dengan pahala selama 83 tahun 3 bulan. Usia normal manusia yang hidup 60 tahun tidak dapat menandingi keajaiban lailatulqadar ini.

Maka, mengapa tidur bagi orang yang berpuasa itu ibadah? Jawabannya mungkin begini, pada malam hari orang itu mencari lailatulqadar dengan banyak beribadah sehingga semalaman ia tidak tertidur. Setelah subuh dan terangnya matahari barulah ia tidur. Tidur seperti inilah yang bisa disebut dengan tidurnya orang berpuasa itu ibadah.

Sekarang beralih kepada zakat fitrah. Zakat secara bahasa berarti menyucikan. Secara maknawi, zakat berarti menyucikan jiwa kita dari perbuatan keji dan munkar. Secara syariat Zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya menurut ketentuan yang telah ditetapkan. Jadi semua umat Muslim wajib membayar zakat mulai dari balita hingga lansia.

Zakat merupakan rukun ketiga dari Rukun Islam. Sementara zakat fitrah adalah zakat yang dibayarkan pada bulan Ramadhan hingga sebelum shalat Ied. Sebab sabda Rasulullah SAW, jika zakat dibayarkan sebelum shalat ied itu berarti zakat fitrah sementara zakat yang dibayarkan sesudah shalat ied berarti itu adalah shadaqah biasa.

Siapa saja yang berhak menerima zakat? Ada delapan asnaf atau golongan yaitu: Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, yakni: (1) Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup. (2) Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup. (3) Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.

(4) Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya atau kaum kafir yang merupakan pendukung kaum Muslim. (5) Hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya. (6) Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya (7) Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang dsb) (8) Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.

Ada sebuah pertanyaan, kita ini tinggal di luar negeri, maka dimanakah kita harus membayar zakat, di tempat kita tinggal saat ini atau di Indonesia? Guru Besar Syariah UIN Jakarta, Prof Dr KH M. Amin Suma, mengatakan kita yang berada di luar negeri boleh membayarkan zakatnya di Indonesia. Selain itu kita juga boleh membayar zakat di tempat kita menetap.

Dan kita selanjutnya membahas tentang Idul Fitri. Idul secara bahasa adalah kembali. Sementara Fitri berarti makan, membangun dan mendirikan. Jadi secara bahasa Idul Fitri adalah kembali makan sesudah kita berpuasa. Ada hadits Nabi yang mengatakan dua kesenangan bagi orang yang berpuasa yaitu pertama saat fitri atau iftar (berbuka puasa dan atau lebaran) kesenangan kedua adalah ketika bertemu dengan Allah SWT.

Secara maknawi, Idul Fitri adalah kembalinya umat Muslim yang sudah melaksanakan kewajiban berpuasa Ramadhan selama satu bulan penuh dan juga melaksanakan kewajiban berzakat maka ia kembali suci.

Saat idul fitri kita diperbolehkan untuk bersenang-senang. Sebab ada dua hari yang diberikan Allah kepada umat Muslim untuk bersenang-senang yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Arti dari senang-senang di sini adalah saat lebaran kita dilarang untuk melaksanakan ibadah puasa dan diperbolehkan untuk menikmati hidangan.

Bahkan kesenangan itu bukan hanya milik orang kaya, namun juga milik orang fakir miskin. Dengan apa mereka bisa merasakan kesenangan? Pada Idul Fitri fakir miskin bisa senang karena mereka mendapatkan zakat fitrah, sementara pada Idul Adha mereka mendapatkan daging kurban kambing maupun sapi.

Apa hikmah yang bisa kita ambil selama satu bulan penuh beribadah dan ditutup dengan berlebaran, hikmahnya antara lain, adalah hikmah ketauhidan dan keimanan, karena dengan berpuasa kita sadar bahwa hanya Allah yang memberikan kekuatan kepada kita untuk berpuasa atau beribadah lainnya. Bayangkan jika kita diberikan sakit oleh Allah, maka kita tidak akan bisa berpuasa.

Kedua hikmahnya adalah, hikmah ketakwaan. Orang berpuasa seperti firman Allah dalam surat Albaqarah (2) ayat 183, tujuan akhirnya orang berpuasa adalah takwa. Jadi kalau kita belajar di sekolah ujung-ujungnya adalah wisuda kelulusan, maka ibadah puasa Ramadhan berujung dengan wisuda ketakwaan.

Hikmah ketiga adalah hikmah fitrah atau hikmah kembali kepada kesucian. Mengapa demikian, karena dengan ibadah puasa dan menunaikan zakat fitrah yang bisa menyucikan kita dari perbuatan keji dan munkar itu maka kita kembali kepada kesucian yang hakiki. Fitrah ini bisa didapat jika kita melaksanakan semua kewajiban dan sunah Rasulullah di bulan suci hanya karena Allah semata.

Hikmah keempat adalah hikmah ukhuwah atau kebersamaan dan persatuan. Jika Ramadhan tiba, maka kita biasa melaksanakan buka puasa bersama, baik dengan keluarga, teman lama yang tidak pernah bertemu, atau dengan siapa saja. Dari sini kita menghadirkan silaturrahim antar sesama manusia. Dan silaturrahim pangkal persatuan.

Atau juga bisa merasakan kebersamaan untuk sama-sama saling merasa lapar dan haus bagi orang kaya saat berpuasa dan sebaliknya bagi orang miskin bisa merasakan nikmatnya puasa dan berbuka juga berlebaran serta dapat menikmati pemberian zakat fitrah.

Lantas bagaimana jika Ramadhan telah pergi, apa yang bisa kita lakukan. Allah memberikan nikmat lainnya yaitu puasa enam hari di bulan Syawwal. Sabda Rasulullah, barang siapa yang melakukan puasa bulan Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka ia seperti puasa selama satu tahun.

Dan akhirnya Ramadhan merupakan latihan untuk kita agar selalu beribadah hanya kepada Allah. Ibadah-ibadah yang kita lakukan di bulan Ramadhan harus kita lanjutkan di 11 bulan berikutnya. Agar kita tetap istiqamah di jalan Allah.

Demikian kajian kali ini. Mohon maaf jika banyak kesalahan karena itu datangnya dari saya pribadi. Dan jika terdapat banyak kebenaran itu adalah mutlak milik Allah SWT. Wallahu a’lam bishshawab.

0 komentar:

Posting Komentar