Minggu, 19 Agustus 2012

Gemblong Lebaran dan Kupat Puasa


Saya menulis catatan ini sembari mendengar lantunan takbiran dari youtube. Tak ada yang istimewa bermalam takbiran pada tahun 2012 di Ankara, Turki ini. Meski sudah pulang ke kampung halaman beberapa bulan lalu, ya, tetap merindukan suasana takbiran di sana.

Tapi, tak usahlah bersedih, sebab masih banyak orang yang tak bisa merasakan nikmatnya malam takbiran dan berlebaran. Tulisan ini soal tradisi berlebaran di kampung kami, di Rangkasbitung sana.

Gemblong
Gemblong. Satu kata ini yang membedakan lebaran di Turki dan di Rangkasbitung. Karena gemblong tak ada di Turki. Setiap tahun, saban satu hari sebelum lebaran, ibu kami memasak beras ketan yang dicampur dengan parutan kelapa dan sedikit garam. Setelah matang dan masih panas langsung ditumbuk sampai halus.

Nasi ketan yang sudah hancur dan menyatu itu kemudian dibentuk sesuai keinginan. Gemblong yang sudah matang itu dipotong kecil-kecil dan digoreng di pagi lebaran dan disajikan untuk sarapan. Sebenarnya langsung dimakan begitu saja juga enak.

Namun, agar lebih sedap dan nikmat gemlong disajikan dengan semur daging. Kuah semur itulah yang menambah sedap rasa gemblong. Gemblong dicocol dan dimakan hangat-hangat. Maknyus, tiada duanya. Hehehe.

Tidak ada tradisi ketupat saat lebaran di kampung kami. Yang kami tunggu pas lebaran yaitu, gemlong tadi. Sebab, selain rasanya yang sedap dan nikmat, gemblong juga menyisihkan nasi dan lauk pauknya yang biasa kami makan.

Ketupat. Photo: lapar.com
Kupat alias ketupat dalam bahasa kami, adalah makanan yang disajikan pada pertengahan Ramadhan. Kupat ini hanya tersedia beberapa hari di pertengahan Ramadhan. Ada tradisi ngeriung di masjid kami, dimana orang-orang membawa kupatnya ke masjid. Setelah tahlilan ba’da shalat tarawih, kupat itu dibagikan kepada para Jemaah.

Ini tentu berbeda dengan kebanyakan daerah lain di Indonesia. Dimana kebanyakan menyiapkan lebaran dengan ketupat dan opor ayam. Tidak ketinggalan di Ankara juga, kami bisa memakan opor ayam meski tidak dengan ketupat melainkan dengan lontong. Sebab, biasanya Wisma KBRI maupun diplomat mengundang mahasiswa dan masyarakat di hari lebaran untuk menyantap ketupat dan opor ayam.

Bagaimana dengan lebaran di Turki? Bagi saya ini sangat sepi. Tak ada takbiran. Apalagi takbir keliling. Belum lagi kota Ankara yang ditinggal mudik oleh penduduknya ke kota-kota kelahiran mereka. Di sini, sehabis sholat Ied, mereka membagikan seker atau permen, pertanda lebaran. Itu saja.

Gemlong dan ketupat memang sebuah makanan yang dibuat dengan istimewa. Seistimewa hari lebaran. Mari kita menikmati hari istimewa yang diberikan Tuhan untuk hamba-Nya. Agar kita selalu bersyukur dimanapun berada.


Saya mengucapkan, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H. Mohon dimaafkan lahir maupun batin. Taqabbalallahu minna waminkum. Shiyamana wa shiyamakum. Kullu ‘am wa antum bikhair.

0 komentar:

Posting Komentar