Senin, 26 Agustus 2024

Jangan Jadi Kambing



Salah satu pesan yang masih kita ingat di Gontor adalah "Jangan jadi kambing," kata Kyai Kami, Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA.

Jangan jadi kambing. Kambing mungkin memiliki kehidupan yang tampaknya nyaman: mereka memiliki kandang untuk berlindung, makanan yang cukup untuk dimakan, dan kemampuan untuk berkembang biak. Dari sudut pandang ini, hidup mereka tampak mirip dengan manusia. Mereka memenuhi kebutuhan dasar mereka, memiliki tempat tinggal, makanan, dan meneruskan keturunan. Namun, di sinilah letak perbedaannya—manusia tidak boleh menjalani hidup seperti kambing.

Sebagai manusia, kita memiliki kapasitas untuk berpikir, bermimpi, dan meraih sesuatu yang lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan dasar. Manusia dilahirkan dengan potensi yang jauh lebih besar daripada sekadar makan, tidur, dan berkembang biak. Kita memiliki akal budi yang memungkinkan kita untuk merenung, berinovasi, menciptakan, dan membangun sesuatu yang memiliki dampak jauh melampaui kehidupan kita sendiri. Kita memiliki hati nurani yang memandu kita untuk bertindak dengan moral dan etika, untuk peduli terhadap sesama, dan untuk menjalani hidup dengan tujuan yang lebih tinggi.

Menjadi manusia berarti mengambil tanggung jawab atas hidup kita, untuk tidak sekadar mengikuti naluri dasar atau rutinitas yang monoton. Kita diajak untuk hidup dengan kesadaran penuh, untuk menemukan makna dan tujuan di balik tindakan kita, dan untuk berkontribusi kepada dunia di sekitar kita. Kehidupan yang hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisik tanpa memikirkan tujuan yang lebih besar adalah kehidupan yang terbuang sia-sia.

Kambing hidup dengan mengikuti naluri, tanpa visi, tanpa impian, dan tanpa ambisi. Mereka menerima hidup apa adanya, terikat pada siklus dasar kelangsungan hidup. Tetapi manusia diberi kemampuan untuk memilih jalan hidupnya, untuk menentukan takdirnya sendiri, dan untuk berusaha mencapai sesuatu yang lebih dari sekadar eksistensi. Kita dipanggil untuk hidup dengan semangat, untuk mengejar mimpi, dan untuk meninggalkan jejak yang bermakna di dunia ini.

Maka dari itu, jangan biarkan diri kita terjebak dalam kehidupan yang serba monoton dan terbatas seperti kambing. Jangan hanya puas dengan kenyamanan atau rutinitas sehari-hari. Manusia tidak boleh hidup hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makan dan tidur. Kita harus terus mencari, belajar, dan berkembang. Kita harus menjalani hidup dengan semangat yang membara, selalu mencari cara untuk membuat dunia ini lebih baik, untuk menciptakan sesuatu yang akan dikenang, dan untuk menjalani hidup dengan penuh makna.

Menjadi manusia berarti lebih dari sekadar bertahan hidup—ini tentang mencapai potensi penuh kita, tentang menjalani hidup dengan integritas, semangat, dan tekad untuk membuat perbedaan. Jangan jadi kambing; jadilah manusia yang seutuhnya, yang hidup dengan tujuan dan makna, yang berjuang untuk sesuatu yang lebih besar daripada diri kita sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar