Minggu, 02 Mei 2010

Aya Sofia, Saksi Kejayaan Islam

Oleh: Deden Mauli Darajat (Mahasiswa Pascasarjana Ankara University, Turki)

Kaligrafi dan hiasan yang terukir di dinding Aya Sofia menjadi saksi dan potret kerukunan beragama.

Hagia Sophia yang biasa disebut Aya Sofia merupakan museum yang sangat artistik dan bersejarah di kota Istanbul, Turki. Dengan kubah besar yang menjulang tinggi berbentuk bangunan masjid dan empat buah menara mengelilinginya, Aya Sofia sungguh begitu megah dan indah.

Dari pantai Istanbul, bangunan megah itu begitu tampak jelas. Musium Aya Sofia berhadapan dengan Masjid Sultan Ahmet atau yang biasa dikenal dengan Masjid Biru. Yang menarik, interior Aya Sofia dihiasi berbagai jenis ornamen yang begitu menawan.

Tulisan kaligrafi asma Allah SWT, Rasululullah SAW bersama keempat khulafaurrasyidin, dan dua cucu Rasulullah, Hasan dan Husain bin Ali sejajar dengan lukisan bunda Maria dan Isa Almasih serta lukisan dan hiasan gereja lainnya. Kaligrafi dan hiasan yang terukir di dinding Aya Sofia seakan menjadi saksi dan potret kerukunan beragama.

Setiap harinya, ratusan hingga ribuan orang mengunjungi museum yang sangat bersejarah dalam sejarah peradaban manusia itu, khususnya kehidupan beragama. Mereka berdatangan dari penjuru dunia untuk menyaksikan sejarah nenek moyang manusia. Hampir semua pengunjung yang datang ke tempat itu membawa kamera untuk mengabadikan gambar yang berlatarbelakang musium Aya Sofia. Bahkan, tak sedikit pula yang merekam dengan kamera video.

Museum Aya Sofia terdiri dari dua lantai. Di lantai satu bagian depan tampak tempat imam dilengkapi dengan mimbar yang cukup tinggi. Di atas tempat imam itulah tulisan kaligrafi Asma Allah dan Rasulullah mengapit gambar bunda Maria yang sedang memangku Nabi Isa. Kaligrafi-kaligrafi Islami itu berwarna kuning keemasan mengikuti warna corak hiasan awal bangunan museum yang awalnya berfungsi sebagai gereja.

Di lantai dua, terdapat tempat-tempat para kaisar Byzantium beribadah. Namun, lantai dua museum itu tidak seluas lantai satu. Awalnya, museum Aya Sofia merupakan gereja yang dibangun pada 532-537 M, zaman Kekaisaran Byzantium. Saat itu Turki masih bernama Konstantiopel. Hagia Sophia merupakan gereja termegah umat Kristen Ortodoks Timur.

Pada 1453 M, kekaisaran Byzantium jatuh ke tangan Kesultanan Turki Usmani. Sejak saat itulah semua yang berada di Konstantinopel menjadi milik Kekhalifan Turki Usmani, termasuk gereja Hagia Sophia. Adalah Sultan Muhammad II yang juga dikenal dengan Sultan Muhammad al-Fatih yang berjasa menaklukan kekaisaran Byzantium.

Dengan kegigihan Sultan al-Fatih bersama pasukannya yang tangguh, Kekaisaran Bizantium yang dikenal sebagai yang terkuat di wilayah Asia dan Eropa itu, akhirnya berhasil ditaklukkan. Bahkan, Rasulullah SAW bersabda bahwa suatu ketika kerajaan Konstantinopel akan ditaklukkan, pemimpin yang dapat menaklukkan itu adalah sebaik-baiknya pemimpin dan tentara yang dapat menakukan adalah sebaik-baiknya tentara. Kaligrafi hadis Rasulullah itu dipajang di bagian pintu keluar museum itu.

Di zaman Turki Usmani, fungsi Aya Sofia berganti dari gereja menjadi masjid. Seusai menaklukan kerajaan Byzantium, Sultan al-Fatih melakukan sujud syukur di gereja tersebut. Di waktu sore setelah penaklukan, dimulailah shalat Ashar perdana di Masjid Aya Sofia. Dan pada Jumat pertama, gereja itu langsung digunakan untuk shalat Jumat bagi umat Islam di Konstantinopel.

Hebatnya, Sultan al-Fatih tidak menghancurkan bangunan yang berdiri sejak seribuan tahun itu. Bahkan saat menjadi masjid, hiasan gereja tidak dimusnahkannya, hanya sebagian saja hiasan gereja yang diganti dengan kalighrafi dan hiasan Islami. Renovasi besar-besaran juga dilakukan agar tak terkena gempa di awal abad ke-14 M.

Pasalnya, gempa sering terjadi di kawasan itu. Keistimewaan bangunan ini terletak pada bentuk kubahnya yang besar dan tinggi. Ukuran tengahnya sekitar 30 meter dengan tinggi sekitar 54 meter. Interiornya dihiasi mosaik dan fresko, tiang-tiangnya terbuat dari pualam warna-warni, dan dindingnya dihiasi ukiran.

Saat berubah menjadi masjid, Aya Sofia itu dilengkapi dengan empat menara. Awalnya, Aya Sofia hanyalah gedung dengan kubah yang besar. Berbagai modifikasi terhadap bangunan dilakukan agar sesuai dengan corak dan gaya bangunan masjid. Pada masa Mehmed II (1444-1446 dan 1451-1481) dibuat menara di bagian selatan.

Selim II (1566-1574) membangun dua menara dan mengubah bagian bangunan bercirikan gereja. Termasuk mengganti tanda salib yang terpampang pada puncak kubah dengan hiasan bulan sabit. Ratusan tahun kemudian, tepatnya pada 1937, pemimpin Turki Modern, Mustafa Kemal Ataturk mengubah fungsi masjid itu menjadi museum.

Hiasan-hiasan gereja yang tidak tampak saat menjadi masjid kembali ditampakkan. Karena menjadi museum, maka untuk masuk ke dalam bangunan Aya Sofia setiap pengunjung dikenakan biaya sebesar 20 Turki Lira (TL) atau setara dengan Rp 140 ribu dengan kurs 1 TL sama dengan Rp. 7 ribu.

Beberapa waktu yang lalu, saat penulis mengunjunginya, beberapa orang pekerja sedang memperbaiki dan merenovasi gedung museum itu. Hal ini dilakukan untuk menyambut pusat kebudayaan Eropa yang berpusat di Istanbul pada 2010. Meski dalam perbaikan, museum itu masih dibuka untuk para pengunjung.

Ed: heri ruslan

dapat juga dibaca di:
http://koran.republika.co.id/koran/52/100774/Aya_Sofia_Saksi_Kejayaan_Islam

0 komentar:

Posting Komentar