Minggu, 02 Mei 2010

Masjid Sultan Ahmet, Tak Pernah Sepi Pengunjung

(Republika, 17 Desember 2009)
oleh: Deden Mauli Darajat, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Ankara , Turki

Masjid itu memang begitu indah dan megah, sehingga menarik penunjung dari berbagai negara di dunia.

Masjid Sultan Ahmet yang lebih dikenal dengan Masjid Biru tak pernah sepi oleh pengunjung. Masjid yang sangat masyhur ini ke seantero dunia itu tak hanya digunakan untuk beribadah oleh umat Muslim, namun juga menjadi salas satu obyek kunjungan wisata sejarah para wisatawan. Masjid yang berdiri megah di kota Istanbul, Turki itu, setiap hari dikunjungi ratusan hingga ribuan wisatawan dari berbagai negara di dunia.

Seakan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, para pengunjung yang memasukinya mengabadikan setiap sudut di Masjid Biru. Betapa tidak. Masjid itu memang begitu indah dan megah. Hiasan yang berada di dalam masjid itu begitu indah. Kaligrafi Arab yang bertuliskan asma Allah SWT, Nabi Muhammad SAW serta para Khulafaurrasyidin dipadu dengan ornament-ornamen islami menghiasi sekeliling interior masjid itu.

Para pengungjung wanita yang non-Muslimah diberikan kain kerudung untuk digunakan saat memasuki masjid itu. Yang menarik dari Masjid Sultan Ahmet, pengurus masjid bekerja sama dengan pemerintah kota Istanbul menyediakan kantong plastik untuk digunakan menyimpan sandal atau sepatunya. Sandal dan sepatu yang dimasukan ke dalam plastik kemudian dibawa ke dalam masjid tersebut.

Setelah digunakan, kain kerudung yang digunakan para pengunjung wanita non-Muslimah harus dikembalikan kepada pengurus masjid, plastik yang telah digunakan juga dikembalikan ke tempat penyimpanan yang telah disediakan di depan pintu keluar.

Saat azan berkumandang dan waktu shalat tiba, para pengunjung Masjid Sultan Ahmet dipersilahkan untuk keluar masjid itu. Namun bagi pengunjung Muslim bisa melaksanakan shalat fardu itu. Selain itu, para pengunjung yang akan berkunjung dan memasusuki masjid yang berada di bibir pantai itu harus menunggu beberapa waktu hingga shalat berjamaah usai.

Selain sebagai tempat kunjungan yang tak pernah sepi, masjid itu pun selalu penuh oleh kaum Muslimin yang menunaikan shalat. Sebelum atau sesudah melaksanakan shalat fardu, hampir semua jamaah melaksanakan shalat sunat.

Masjid Sultan Ahmet yang terletak di Istanbul merupakan ibukota Kesultanan Utsmaniyah sejak 1453 sampai 1923 M. Ibukota Turki berpindah ke Ankara sejak 13 Oktober 1923 M. Masjid ini dikenal dengan juga dengan nama Masjid Biru karena di masa lalu interiornya berwarna biru.

Masjid ini dibangun antara 1609 dan 1616 M atas perintah Sultan Ahmed I, yang kemudian menjadi nama masjid tersebut. Ia dimakamkan di halaman masjid. Masjid ini terletak di kawasan tertua di Istanbul. Sebelum 1453 M, kawasan itu merupakan pusat Konstantinopel, ibukota Kekaisaran Bizantium.

Letak masjid itu berdekatan dengan situs kuno Hippodrome, serta berdekatan juga dengan apa yang dulunya bernama Gereja Kristen Kebijaksanaan Suci (Hagia Sophia) yang sekarang dirubah fungsinya menjadi museum.

Masjid itu juga dekat dengan Istana Topkapi, tempat kediaman para Sultan Utsmaniyah sampai 1853 dan tidak jauh dari pantai Bosporus. Dilihat dari laut, kubah dan menaranya mendominasi cakrawala kota Istanbul.

Masjid itu dikenal dengan nama Masjid Biru karena warna cat interiornya didominasi warna biru. Akan tetapi cat biru tersebut bukan merupakan bagian dari dekor asli masjid, maka cat tersebut dihilangkan. Sekarang, interior masjid ini tidak terlihat berwarna biru.

Saat mendirikan masjid itu, arsitek Masjid Sultan Ahmed, Sedefhar Mehmet Aga, diberi mandat untuk tidak perlu berhemat biaya dalam penciptaan tempat ibadah umat Islam yang besar dan indah ini.

Struktur dasar bangunan ini hampir berbentuk kubus, berukuran 53 x 51 meter. Masjid ini diarahkan sedemikian rupa, sehingga orang yang melakukan shalat menghadap ke Makkah, dengan mihrab berada di depan.
http://republika.co.id/koran/0/96645/Masjid_Sultan_Ahmet_tak_Pernah_Sepi_Pengunjung

0 komentar:

Posting Komentar