Minggu, 02 Mei 2010

Maulana Jalaluddin Rumi, Pusara Pecinta Cinta yang Terjaga

(Telah dimuat di Republika, Jumat, 09/04/2010)
Oleh: Deden Mauli Darajat, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Ankara, Turki
Sejumlah wisatawan melafalkan zikir saat melihat pusara Maulana Jalaluddin Rumi.

Seorang kawan yang kuliah di Universitas Ankara, Turki, mengajak saya berlibur ke rumahnya di kota Konya, Turki, beberapa waktu lalu. Tawaran itu tidak saya sia-siakan. Kami pun berangkat ke kota itu menggunakan bus antarkota. Memasuki kota Konya, hampir semua hiasan kota itu berlambang atau bergambar penari sema atau seorang sufi yang sedak duduk berzikir.

Ya, tarian sema merupakan tarian yang diajarkan oleh seorang sufi yang terkenal, Maulana Jalaluddin Rumi. Kota Konya memang tidaklah besar, luasnya sekitar seperempat luas DKI Jakarta. Kami berangkat dari Ankara sore hari dan sampi di Konya, malam hari. Perjalanan menuju kota itu hanya memakan waktu tiga setengah jam.

Malam itu, kami beristirahat. Keesokan harinya kami memutuskan untuk mengelilingi kota tua itu dengan berjalan kaki. Hampir di setiap sudut kota Konya terdapat masjid. Cukup mudah untuk mengetahui bentuk masjid, sebab rata-rata bentuk masjid di Konya ataupun di Turki bentuknya sama, yaitu bangunan yang beratap kubah dan dilengkapi dengan menara.

Oglun Selehattin, nama kawan saya itu. Ia membawa saya ke sejumlah masjid di kota itu. Di akhir perjalanan, saya pun menuju bangunan yang berbentuk masjid. Rupanya, bangunan masjid ini bukanlah tempat untuk beribadah shalat berjamaah atau pengajian. Namun, bangunan itu sudah dialihfungsikan menjadi museum Maulana Jalaluddin Rumi beserta para pengikutnya.

Di dalam museum itu terdapat pusara yang paling besar dan berbeda, di sanalah tempat peristirahatan terakhir sang pecinta cinta yang masih terjaga dengan apik. Selain pusara Maulana Jalaluddin Rumi, dalam museum itu juga terdapat sejumlah pusara para pengikutnya dan juga terdapat pusara para raja yang berkuasa di zaman tersebut.

Museum itu juga dilengkapi dengan karya-karya yang ditulis oleh Maulana Jalaluddin Rumi. Serta terdapat juga jubah, sorban, peci, dan pakaian yang dulu dikenakan oleh Maulana Jalaluddin Rumi. Tak ketinggalan, konon janggut Nabi Muhammad pun berada di museum tersebut. Saat memasuki museum itu aroma wangi parfum tercium memenuhi ruangan.

Di dalam kompleks museum itu juga terdapat satu bangunan lainnya yang di dalamnya terdapat patung-patung yang menggambarkan kehidupan para pengikut ajaran Maulana Jalaluddin Rumi. Pengunjung yang datang ke museum itu bukan hanya berdatangan dari Turki, melainkan dari berbagai Negara, seperti Jepang, Korea dan negara lainnya.

Sejumlah wisatawan tampak melafalkan zikir saat melihat pusara Maulana Jalaluddin Rumi. Hal ini terlihat dari mulut mereka melafalkan asma Allah dan tangan yang diangkat, seperti halnya orang berdoa. Sayangnya, para pengunjung tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar di dalam museum tersebut. Namun, di luar museum para pengunjung itu mengambil gambar dan mengabadikannya dalam rekaman video.

Malam hari, kami menyaksikan pertunjukkan penari sema di gedung kebudayaan Maulana Jalaluddin Rumi yang letaknya tidak jauh dari museum itu. Sesampainya di gedung itu, kami disambut oleh penerima tamu yang berjaga di depan gedung kebudayaan Rumi.

Gedung itu sangat luas dan megah. Sebab, di dalam gedung itu dilengkapi dengan gedung teater yang dapat menampung ribuan orang. Mula-mula ratusan orang berdatangan, namun beberapa menit sebelum pertunjukan, hampir semua tempat duduk di gedung teater itu dipenuhi para penonton.

Untuk menonton pertunjukan tari sema itu, para penonton tidak dipungut biaya alias gratis. Pertunjukan tarian sema rutin diselenggarakan pada Sabtu malam oleh pengurus gedung kebudayaan Rumi dibawah naungan kementrian kebudayaan Turki dan pemerintah kota Konya.

Para penari sema memulai tarianya dengan memanjatkan doa dan shalawat kepada nabi, kemudian mereka berputar-putar sesuai dengan iringan lagu yang dimainkan oleh sejumlah pemain yang juga menggunakan kostum penari. Puluhan putaran mereka lakukan, namun semuanya tetap beraturan dan tidak ada yang mabuk.

Sejatinya Maulana Jalaluddin Rumi bernama lengkap Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri atau sering pula disebut dengan namaRumi. Ia adalah seorangpenyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm.

Kumpulan puisi Rumi yang terkenal berjudul al-Matsnawi al-Maknawi. Karya ini, konon adalah sebuah revolusi terhadap Ilmu Kalam yang kehilangan semangat dan kekuatannya. Isinya juga mengeritik langkah dan arahan filsafat yang cenderung melampaui batas, mengebiri perasaan dan mengkultuskan rasio.

"Kemari... Kemarilah... Datanglah..Bukan seorang Kristen, Yahudi atau Muslim... Bukan pula seorang Hindu,Sufi atau Zen... Saya bukan siapapun, bukan dari Barat atau Timur. Saya hanya dimiliki oleh mereka yang mencintai, yang melihat dua adalah satu.. satu tarikan napas manusia."

0 komentar:

Posting Komentar