Kamis, 17 Mei 2012

Buruk Sangka, Penyakit Hati


(Disampaikan pada kajian Ibu-ibu DWP KBRI Ankara, Rabu, 16 Mei 2012)


Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tak terhitung dan kita bisa berkumpul untuk mencari ilmu dan ridha-Nya. Shalawat serta salam untuk Rasulullah SAW, yang telah memberikan cahaya keimanan yang menyebar ke seluruh alam.


Dalam kajian usai pengajian Alqur'an ini kita akah membahas tentang penyakit hati lainnya. Yaitu, buruk sangka. Baiklah, saya akan memulainya dengan sebuah cerita. 


Di sebuah kampung, ada keluarga yang memelihara anjing. Keluarga itu sudah akrab dan percaya kepada anjing peliharaannya yang bertugas menjaga keamanan rumahnya. Keluarga itu memiliki bayi yang baru lahir. Karena masih kecil, bayi tidak dibawa untuk keluar rumah.


Suatu ketika keluarga itu keluar rumah dan meninggalkan sang bayi. Anjinglah yang bertugas untuk menjaga bayi itu. Anjing memang makhluk yang dapat dipercaya. Sepulangnya ke rumah, si kepala keluarga melihat anjing di luar rumah dengan mulut anjing yang berlumuran darah.


Tanpa berpikir panjang si kepala keluarga memukul anjing dengan sekereras-kerasnya. Tak ada perlawanan dari anjing itu. Dan anjing pun akhirnya tewas di tangan majikannya. 


Betapa kagetnya si kepala keluarga saat ia melihat bayinya masih terlelap tidur di atas ranjangnya. Sementara di lantai di samping ranjang si bayi terdapat ular besar yang sudah tercabik-cabik tewas. Dan si kepala keluarga keluar dan memeluk anjing itu, seakan-akan ia meminta maaf sedalam-dalamnya.


Dari kisah ini kita dapat mengambil hikmah bahwa karena buruk sangka di awal dan tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi maka semuanya akan berakhir tragis yang merugikan semua pihak. 


Buruk sangka dalam bahasa arab disebut su'udzan. Sementara kebalikannya baik sangka adalah husnudzan. Kita dapat membagi Su'udzan ini menjadi dua bagian, pertama Su'udzan kepada makhluk, kedua Suudzan kepada Sang Khalik atau Allah SWT. Kita bahas Su'udzan yang pertama: 


Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat (49) ayat 12 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahanorang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.


Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwa berprasangka adalah dosa yang besar yang diibaratkan dengan makan daging saudaranya. Sebab, jika kita berbuburk sangka, maka yang akan kita lakukan selanjutnya adalah mencari-cari kesalahan orang lain. Ini bagaikan bola salju yang menggelinding dan menjadi besar. Dan selanjutnya kita akan menggunjingkannya. Dan seterusnya, dan seterusnya...


Ini pun selaras dengan apa yang disabdakan Rasulullah SAW.  “Hati-hati kalian dari buruk sangka, karena itu adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian mendengarkan ucapan orang lain dalam keadaan mereka tidak suka. Janganlah kalian mencari-cari cela orang lain. Jangan kalian berlomba-lomba untuk menguasai sesuatu. Janganlah kalian saling hasad, saling benci, dan saling membelakangi” (HR. Imam Bukhari & Imam Muslim).


Su'udzan yang kedua adalah kepada Allah SWT yang menciptakan kita. Tanpa kita sadari kadang kita gampang mengutuk keadaan kita karena Tuhan selalu memberikan ujian kepada kita. Kita sering menyalahkan Allah saat kita terjatuh dan kita tidak tahu apa sebenarnya yang diinginkanNya. Padahal Allah selalu menguji hambaNya baik dengan kebaikan maupun keburukannya. 


Seharusnya memang saat kita terjatuh kita sadar diri bahwa kita di dunia ini bukan siapa-siapa dan tidak dapat berbuat apa-apa tanpa kehadiran kuasa Allah pada diri kita. Kita juga mudah sombong saat kita mendapatkan apa yang kita inginkan dan melupakan kuasa Allah atas keberhasilan kita. Dan di saat kita terjatuh maka kita benar-benar terperosok dan akhirnya menyalahkan Sang Khalik.


Dan seyogianya kita berdoa dan terus berharap saat kita terjatuh. Inilah yang sebenarnya diinginkan Allah, seperti apa yang difirmankannya dalam surat Az-Zumar ayat 53:  "Katakanlah, 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang'." 


Di akhir kajian ini mari kita simak hadit qudsi yang difirmankan Allah SWT dan disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam haditsya, "Sesungguhnya Aku apa yang disangkakan hamba-Ku kepada-Ku." Dari hadits qudsi ini kita paham bahwa jika kita berbaik sangka kepada Allah maka Allah pun akan membalasnya dengan kebaikan dan menjadikan kita baik. Pun begitu sebaliknya. Wallahu'alam.


Demikian kajian kali ini. Saya meminta maaf jika dalam kesempatan kali ini banyak terdapat kesalahan dan itu datangnya dari saya pribadi. Dan jika ada baiknya maka itu mutlak datangnya dari Allah SWT.

0 komentar:

Posting Komentar