Sabtu, 10 Desember 2011

Salju Cokelat


Ini judul sebenarnya gak penting. Cuma pengen gaya aja. Tulisannya juga biasa aja sih. Nah, kapan mulainya? Baiklah kita mulai. Kemaren pagi di Ankara hujan salju. Taunya sih dari status BBM, Twitter dan Facebook orang, karena sibuk dengan urusan selimut. Kedinginan. Pas buka jendela, emang bener itu salju turun berbutir-butir. Indahnya.

Pikiran melayang kemana-mana. Ide sinting pun datang. Gimana kalau salju itu turun di Jakarta di siang bolong pas terik-teriknya sinar matahari saat kita kehausan di tengah-tengah macetnya lalu lintas. Jadinya orang-orang yang kepanasan, langsung maknyes dingin dan gak jadi marah kalau dia mau marah karena melihat salju.

Kalau di zaman sekarang sih yang pasti banyak yang nulis status di facebook atau twitter dan jadi trending topic, misalnya, Jakarta turun salju. Maklumlah Indonesia kan jawara nomor satu di asia sebagai pengguna twitter.

Atau seperti teman saya yang menunggu bus di halte dan kehausan. Ia menjulurkan lidahnya agar salju masuk ke mulutnya dan meminumnya. Tapi aksi ini jangan ditiru. Soalnya, orang-orang di halte itu melihatnya dengan tatapan yang aneh. “Garuk-garuk aspal,” katanya saat mengetahui kalau aksinya dilihat banyak orang.

Pas turun salju itu biasanya gak terlalu dingin. Yang dingin banget malah sebelum turun salju. Seperti semalam sebelum turun salju. Kami keluar rumah dengan jaket tebal. Awalnya sih gak terlalu dingin. Eh, udah 3 sampe 5 menit itu telinga udah beku. Kedinginan.

Apalagi malam itu temen saya pengen lihat city light atau lampu kota yang bersinar dari gedung-gedung dan apartemen-apartemen di wilayah Ankara. Untuk melihat lampu kota yang seperti titik titik yang membuat garis itu kita mesti melihatnya dari kejauhan dan dataran tinggi. Dan gimana rasa dinginnya. Hmm, lebih dingin, karena cuaca minus ditambah angin malam, sliwir..

Cerita yang paling berkesan sih pas pertama lihat salju. Waktu itu abis silat Jumat di Besevler. “Oh gini toh hujan salju” bisik saya dalam hati. Dan yang paling seru itu pas guru bahasa Turki kami mengajak kami untuk main salju bersama di halaman sekolah. Aha, ini yang kami tunggu. Sebab, pas pelajaran bahasa di kelas orang-orang sudah gak konsentrasi lagi.

Teman saya dari Bangladesh yang memulainya. Ia membawa segenggam salju di tangannya sebentuk bola kasti. Di kelas bola salju itu dibagi-bagi menjadi bola kecil seperti gundu besar atau bola bekel. Salju sebesar bola bekel itu diselipkan ke bagian dalam kaos kawannya yang berada di sampingnya. Lantas si kawan yang dikerjain itu balik melempar salju itu ke muka temannya. Rusuhlah kelas kami.

Sebenarnya jam terakhir kelas bahasa itu masih tersisa 60 menit dan kami tidak belajar karena turun ke lapangan untuk bermain-main. Persis anak TK yang mau main air. Senangnya bukan main. Semua orang saling lempar salju. Dan kami gak segan-segan untuk melempar salju ke muka guru kami. Hahaha, ini yang parah. 

Tapi si guru gak marah, malah senang dan balik menyerang kami. Ohya, guru kami ini ibu satu orang anak. Masih muda. Karena gak pernah lihat salju sebelumnya, kami bertiga asal Indonesia tiduran di atas salju dan dipoto, malamnya langsung di-upload di facebook. Itu dua tahun yang lalu.

Hujan salju yang terparah itu musim dingin tahun lalu. Hujan salju tak henti-hentinya selama beberapa hari. Akibatnya salju menumpuk dimana-mana. Jalan ditutup dengan salju. Semuanya putih. Tebalnya sampai setengah meter. Berita-berita di tv menayangkan kecelakaan yang diakibatkan derasnya hujan salju. Karena jalan-jalan di sini banyak tanjakan dan turunan.

Yang paling senang itu palajar dan mahasiswa. Sejumlah sekolah diliburkan. Tapi saya biasa aja, malah mengeluh. Karena hari itu diliburkan atau gak diliburkan sama aja, karena gak ada jadwal kuliah. Coba diliburkannya pas ada jadwal kuliah, gak akan menyesal. 

Yang pasti sih, kalau turun salju pikiran saya melayang ke zaman sekolah dasar saya di Rangkasbitung. Salju itu kayak es parut yang atasnya itu disiram dengan sirup atau susu. Atau es campur yang isinya ada buah-buahan yang dipotong kecil-kecil dicampur dengan parutan es. Bagi saya sih cukup parutan es itu disiram dengan susu cokelat. Persis salju cokelat!

0 komentar:

Posting Komentar