Minggu, 20 November 2011

Menengok Makam Nasruddin Hoja



(Dimuat di Republika, Ahad, 20 Nov 2011)

Oleh Deden Mauli Darajat*

Ia dianggap sebagai filsuf yang populis dan orang bijak yang merangkai kisah kebijakannya dengan cerita lucu dan anekdot.

Di dunia Islam, nama Nasruddin Hoja begitu populer. Ia adalah seorang sufi masyhur dari abad ke-13 M. Hingga kini, kata-kata bijak dan hikmah yang disertai humor yang pernah dilontarkan dan ditulisnya masih tetap abadi, melintas zaman dan sekat geografis.

Itulah mengapa sosok Nasruddin begitu akrab di telinga kaum Muslim hampir di seluruh negara, khususnya yang penduduknya mayoritas Muslim. Di tempat kelahirannya, Aksehir, Konya, Turki, gambar Nasruddin Hoja yang sedang mengendarai keledai dengan badan terbalik diabadikan sebagai lambang resmi Kota Aksehir.

Saya tak hanya mendengar dan membaca kata-kata hikmah penuh humor dari sang sufi. Namun, juga berkesempatan menengok alias berziarah ke makam tokoh yang legendaris itu. Ya, beberapa waktu lalu, seorang rekan mahasiswa Universitas Ankara, Selahattin Gobel, asal Konya, mengajak saya dan beberapa kawan untuk singgah ke makam Nasruddin. Dengan bantuan Selahattin, kami pun tiba di Kota Aksehir, sekitar 130 km dari pusat Kota Konya.

Kota Konya juga merupakan tempat makam dan museum sufi terkenal, yakni Maulana Jalaluddin Rumi. Makam Nasruddin terletak di pusat Kota Aksehir. Makamnya berada di tengah-tengah tempat pemakaman umum. Atap makam Nasruddin berbentuk kerucut berwarna hijau.  Di depan makamnya terdapat lingkaran berdiameter sekitar 50 cm bertuliskan "Di sinilah pusat bumi".  Nah, ada cerita tersendiri soal "pusat bumi" itu. Alkisah, tiga orang bijak datang menghadap Nasruddin Hoja.

"Hoja, di manakah pusat bumi?" tanya ketiga orang bijak itu.
"Pusat bumi terdapat di bawah telapak kaki saya," ujar Nasaruddin.
"Bagaimana Anda bisa membuktikan kalau di sini adalah pusat bumi?" ketiga orang bijak itu kembali bertanya. "Hitung saja sendiri," jawab Nasruddin. Ketiga orang bijak pun akhirnya sadar jika Nasruddin adalah orang paling bijak di antara mereka.

Di Kota Aksehir, tepatnya di sekitar makam Nasruddin, terdapat museum yang menggambarkan  kehidupan Nasruddin. Selain gambar, terdapat juga patung-patung yang menggambarkan sang sufi legendaris sedang berdiskusi bersama rekan-rekannya. Di taman Kota Aksehir juga terdapat taman yang dipenuhi dengan patung Nasruddin dalam berbagai bentuk yang diambil dari kisah-kisahnya.

Di Ibu Kota Turki, Ankara, patung Nasruddin Hoja juga terdapat di depan sebuah stasiun kereta api. Namun, patung yang berada di Ankara bukanlah patung Nasruddin yang sedang mengendarai keledai, melainkan singa yang kekar dengan ujung ekornya kepala burung unta dan di atas kepala singa terdapat kepala manusia. Nasruddin duduk membelakangi singa.

Nasruddin adalah tokoh sufi satir, yang diyakini telah hidup selama abad pertengahan atau sekitar abad ke-13 Masehi. Ia dianggap sebagai filsuf yang populis dan orang bijak yang merangkai kisah kebijakannya dengan cerita lucu dan anekdot.

Klaim tentang asal-usul yang dibuat oleh banyak kelompok etnis, di antara mereka adalah orang-orang Turki, yang mengatakan, ia tinggal di Anataolia, mungkin lahir pada 1209 Masehi di Desa Hortu di Sivrihisar, Askisehir, pada abad ke-13, dan kemudian menetap di Aksehir. Ia meninggal pada 1257 Masehi di Konya yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Seljuk.

Sebagai generasi lama, cerita yang kini kita dapatkan telah dimodifikasi. Kisah-kisah Nasruddin telah menyebar ke berbagai daerah. Tema dalam dongeng telah menjadi bagian dari cerita rakyat dari sejumlah negara dan mengekspresikan imajinasi nasional dari berbagai budaya.

Meskipun sebagian besar dari mereka menggambarkan Nasruddin dalam suasana desa kecil, awal cerita-ceritanya berurusan dengan konsep-konsep yang memiliki keabadian tertentu. Mereka menyiapkan sebuah bernas kebijaksanaan rakyat yang menang atas semua cobaan dan kesengsaraan.

Naskah tertua Nasruddin ditemukan pada 1571. Hari ini, cerita Nasruddin yang diceritakan dalam berbagai daerah, terutama di seluruh dunia Muslim, dan telah diterjemahkan ke banyak bahasa.

Beberapa daerah secara mandiri mengembangkan karakter yang mirip dengan Nasruddin dan cerita-cerita telah menjadi bagian dari keseluruhan yang lebih besar. Di banyak daerah, Nasruddin adalah bagian utama dari budaya dan dikutip atau disinggung sering dalam kehidupan sehari-hari. Karena ada ribuan cerita Nasruddin berbeda, satu dapat ditemukan cocok hampir setiap kesempatan.

Kisah-kisah bijak Nasruddin Hoja sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia. Apa pasal? Bukan hanya karena humornya saja yang menarik, melainkan juga di balik humor yang dituliskannya itu terdapat pesan yang memuat kebijakan dan hikmah.

Di Turki sendiri, Nasruddin sangat terkenal. Hampir semua penduduk Turki mengenalnya. Ini terbukti dari patung-patung yang bukan hanya ada di Aksehir, melainkan juga ada di beberapa kota lainnya di negeri tempat Daulah Usmani pernah berkuasa. N ed: heri ruslan. *Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana pada Universitas Ankara, Turki.

Dapat juga diakses di: http://koran.republika.co.id/koran/153/148176/Menengok_Makam_Nasruddin_Hoja

0 komentar:

Posting Komentar