Jumat, 18 November 2011

Lantai Masjid yang Selalu Mengkilap

(Catatan Perjalanan Haji Bagian-4)


Oleh Deden Mauli Darajat

Pernahkah kita berpikir bagaimana membersihkan masjid yang selalu dipenuhi ribuan bahkan ratusan ribu jemaah setiap waktu? Tentu jawabannya adalah susah, tapi tidak untuk di Masjidil Haram. Pengelola masjid yang berdiri di kota Mekkah ini memiliki cara tersendiri untuk membersihkan masjidnya agar para jemaah nyaman dalam beribadah.

Saya masih duduk bersila di dalam masjid yang diharamkan untuk berbuat segala maksiat itu. Saat itu jam di Tower Zamzam yang paling tinggi di dunia ini menunjukkan tepat pukul 00.00 waktu setempat. Sebelumnya saya berpikir bahwa masjid itu akan sepi di tengah malam, namun rupanya jemaahnya tetap membludak. Memang ada sebagian jemaah yang kembali ke pemondokan, namun sebaliknya ada juga yang baru datang ke masjid itu.

Dan yang datang bukan hanya orang-perorang. Yang datang ke Masjidil Haram ini kebanyakannya adalah berkelompok atau rombongan. Salah satu rombongan dari Lombok, Nusa Tengara Barat, misalnya, malam itu baru tiba di Mekkah dan langsung ke Masjidil Haram untuk melakukan thawaf. Mereka berkumpul tepat disamping saya duduk.

Sebagian langsung melakukan shalat tahiyatulmasjid sebagian lainnya berdoa sembari menunggu giliran shalat karena terbatasnya tempat yang sudah penuh. Seorang ibu yang usai melaksanakan sholat disamping saya mengisakan air matanya. Ia tersedu sedan membaca doa. Ada air mata bahagia dan penuh harap saat ia berdoa.

Saat rombongan dari Lombok itu bergerak mendekati ka’bah untuk thawaf, segerombolan petugas pembersih masjid mendekati kami dan memerintahkan kepada kami agar kami pindah dari tempat duduk kami. Karena gerakan mereka cepat, saya pun mengangkut semua bawaan saya termasuk sejadah dan tas soren yang selalu saya bawa ketika berada di Mekkah.

Sejumlah pembersih itu dibagi tugasnya masing-masing, ada yang bertugas memegang tali merah, seukuran tali “police line” yang berwarna kuning. Tali merah itu dibentangkan seluas 10 meter kali 10 meter, dan ditengah garis itu terdapat sejumlah petugas, ada yang menyiramkan air pembersih ada juga yang memegang alat pengepel. Dengan sekejap lantai masjid itu mengkilap. Para pembersih yang bertugas saat itu sekitar 20-an orang.

Sangat mudah mengenali para petugas pembersih yang bertugas di masjidilharam. Sebab, mereka mengenakan seragam berwarna hijau atau cokelat. Di punggung seragam mereka bertuliskan Petugas Masjidil Haram dengan tulisan Arab. Seragam mereka juga dilengkapi dengan peci yang juga warna hijau atau cokelat sesuai dengan seragam yang mereka dikenakan.

Para petugas pembersih yang bertugas di Masjidil Haram bukanlah penduduk setempat, melainkan orang-orang asing yang merantau dan mencari kerja di jazirah arab, diantaranya, Indonesia, Pakistan, Bangladesh, India dll.

Anwar, petugas asal Jawaw Barat, misalnya, ia sudah tinggal di Mekkah selama 3,5 tahun. Ia bertugas di tempat minum air zamzam yang berada di dalam Masjidil Haram. Usai meminum air Zamzam, saya menyapa dan berbincang dengannya. Anwar bercerita mengapa dirinya ingin bekerja di Mekkah. Keinginannya sederhana, ia ingin berhaji sekaligus ingin mencari nafkah. Dengan tinggal di Mekkah ia sudah berhaji untuk ketiga kalinya pada tahun ini.

Para petugas pembersih menurutnya sangat banyak, hingga ribuan orang. Orang Indonesia saja bisa mencapai 500 orang yang bekerja di Masjidil Haram. Ribuan petugas itu dibagi menjadi berbagai shift. Satu shift bekerja selama 12 jam. Dan diganti dengan shift selanjutnya setelah 12 jam bekerja. Karena Anwar dan kawan-kawannyalah para jemaah bisa nyaman beribadah dengan lantai yang selalu mengkilap.

(bersambung)


0 komentar:

Posting Komentar