Kamis, 17 November 2011

Jatuh Bangun Dapatkan Visa Haji



(Catatan Perjalanan Haji Bagian-3)


Oleh Deden Mauli Darajat


Sahabat saya di Jeddah Arab Saudi bertanya di pesan facebook, "Saya lihat di daftar haji KJRI ada nama antum. Tapi pas hari H-nya gak muncul. Kenapa?". Atau mungkin juga ada yang bertanya bagaimana saya bisa berangkat haji dari Turki, sementara Turki juga memberangkatkan banyak jemaahnya ke tanah suci Mekkah?


Ya, Turki merupakan negara yang mayoritas penduduknya muslim. Pas musim haji di Mekkah pun jemaah haji asal Turki cukup banyak sekitar 70 ribu jamaah. Seperti halnya Indonesia yang memberangkatkan haji sebanyak 220 ribu jamaah. Untuk berangkat haji dari Indonesia, misalnya, kita harus menunggu 2 atau 3 tahun bahkan bisa lebih, dengan sistem menunggu atau waiting list.


Berbeda dengan di Turki, sistem yang digunakan adalah undian. Misalnya, di salah satu kota Urfa, memiliki kuota sebanyak 2000 jemaah sementara yang mendaftar sebanyak 200 ribu jemaah, maka panitia penyelenggara haji dalam hal ini kementerian agama mengundi 2000 jemaah yang berhak berangkat ke haji tahun ini.


Bagi calon jemaah haji yang belum mendapatkan undian maka tahun depan bisa mendaftar ulang di kementerian agama setempat. Jadi pendaftaran haji di Turki diadakan setiap tahun dengan sistem undian. Namun tetap saja kebanyakan pendaftar calon jemaah haji adalah orang tua bukan yang muda.


Baiklah kita mulai ceritanya. Beberapa tahun lalu, 2004 dan 2007, mahasiswa Indonesia di Turki mendapatkan jatah untuk tenaga musim haji (temus) untuk diperbantukan melayani jemaah haji Indonesia. Namun sejak 2008 jatah untuk mahasiswa Turki dan negara yang tidak berbahasa arab di hapuskan.


Tahun 2010 lalu saya dan rekan-rekan di Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Turki mengajukan permohonan kepada KBRI Ankara untuk mengajukan temus tahun 2010. KBRI Ankara pun kemudian mengirimkan permohonan kami kepada kementerian Agama RI di Jakarta. Jawaban dari Kemenag RI adalah tidak ada temus untuk mahasiswa Indonesia di Turki.


Rupanya bukan hanya Turki yang mengajukan hal demikian. Ingin lebih diperkuat lagi, Badan Kerjasama (BK) PPI se-Timur Tengah dan Sekitarnya mengajukan hal yang sama di awal tahun 2011. Isinya adalah mengajukan untuk membuka kembali temus untuk negara-negara Turki, Iran, Pakistan dll. Beberapa waktu lalu kami terima jawaban yang sama, yakni tidak ada temus untuk negara-negara tersebut.


Karena niat berhaji sudah lama tertanam di hati, saya mencoba bertanya sekaligus ingin mendaftar haji ke kementerian agama Turki di Ankara. Jawaban mereka adalah bagi orang asing di Turki tidak bisa berangkat haji namun hanya bisa berangkat ke Mekkah untuk umrah. Dan mereka menyarankan saya untuk bertanya ke kantor wilayah kemenag Ankara.


Lalu saya pun mendatangi kanwil kemenag Turki di Ankara dekat masjid Kocatepe, masjid terbesar di Ankara. Mereka ramah dan kami berbincang hangat dengan disediakannya cay atau teh. Dan saya kemukakan keinginan saya untuk berhaji melalui kementerian agama ini, maka jawabannya adalah sama dengan di kementerian agama Turki pusat.  Yaitu, tidak ada jatah asing untuk berhaji. Ini saya lakukan di bulan Maret dan April tahun ini, dimana masih ada pendaftaran haji.


Saudara saya di Iran akhirnya bisa berangkat haji dengan menjadi pelayan/pramugara di pesawat Saudi Arabian selama musim haji bersama rekan-ekannya mahasiswa Indonesia di Iran. Saya pun berpikir siapa tahu saya bisa seperti dia, dan saya kirimkan CV dan daftarkan diri. Namun, jawabannya adalah saya tidak bisa diterima karena tidak bisa berbahasa persia, meski saya ajukan bahwa saya bisa berbahasa Turki selain Inggris dan Arab.


Saya menarik nafas dalam-dalam. Sejenak ingin saya berdamai dengan keadaan. Dalam kesibukan belajar saya masih berpikir bagaimana caranya agar saya bisa berhaji. Memang tidak banyak yang tahu orang-orang di sekitar saya tentang keinginan ini. Seakan-akan tidak terjadi ada apa-apa.


Usai lebaran Idul Fitri 1432 H, saya mendapatkan kabar dari KBRI Ankara bahwa Koperasi di KJRI Jeddah membuka pendaftaran untuk haji Luar Negeri. Untuk memperjelas informasi ini maka saya langsung menelepon KJRI Jeddah dan bertanya apakah saya, mahasiswa di Turki bisa mendaftar di Koperasi KJRI Jeddah untuk berhaji, jawabannya boleh.


Masalahnya adalah saya harus mendapatkan visa haji dari kedutaan Arab Saudi di negara setempat. Dengan semangat tinggi saya mendatangi kedutaan Arab Saudi di Ankara untuk mengajukan visa. Dengan mendapatkan data dari KJRI Jeddah ditambah surat keterangan dari KBRI Ankara saya yakin bisa mendapatkan visa itu.


Di luar dugaan, counsellor atau diplomat Arab Saudi yang bertanggungjawab dengan visa haji menolak pengajuan visa haji saya. Dia beralasan bahwa orang Indonesia jika ingin berhaji maka ia harus berangkat dari Jakarta atau kota lainnya di Indonesia. Saya tidak sendiri, ada juga orang Irak, Afganistan, Iran dll yang bernasib sama, visa ditolak. Saya langsung membatalkan pendaftaran haji saya di KJRI Jeddah.


Saya masih tidak percaya dengan kejadian hari itu. Saya galau. Makan susah tidur pun tak bisa. Akhirnya saya paksakan tidur agar soal visa ini tak selalu beredar di pikiran saya. Saya berusaha berdamai dengan keadaan. Berangsur-angsur saya mulai ikhlas dengan apa yang telah terjadi, mungkin memang belum rejekinya. Berkali-kali menarik napas.


Suatu hari saudara saya yang mulai bertugas di Jeddah memberikan kabar bahwa rekan kami mahasiswa di Pakistan dan di Austria sudah mendapatkan visa haji dan bersiap berangkat ke Mekkah. Dia menegaskan bahwa, haji adalah ibadah. Dan memang untuk beribadah haji banyak rintangan dan ujiannya. Cobalah sekali, dua, atau tiga kali datangi kedutaan Arab Saudi lagi, siapa tau masih bisa.


Ya, semangat saya tumbuh lagi. Saya kembali datangi kedutaan Arab Saudi, jawabannya sama: tidak bisa. Pernah dari pagi sampai sore (diselingi istirharat) sampai kantor kedutaan tutup saya masih di ruang tunggu dan tidak ada satu pun petugas visa yang menyapa. Mereka sudah hapal dengan muka saya. Saya dicuekin. Berkali-kali saya datangi pun, nasib saya sama, meski ada peningkatan yaitu disapa dan mau apa namun jawabannya sama tidak bisa.


Sampai suatu ketika saya pulang dari Istanbul dan hanya sempat tidur di bus dalam perjalanan malam menuju Ankara, pagi itu saya kembali mendatangi kedutaan Arab Saudi. Hari itu Rabu, 19 Oktober 2011. Siangnya pas istirahat kantor saya diundang untuk hadir di pengajian ibu-ibu di Ankara. Usai makan siang di pengajian itu, saya kembali ke kedutaan Arab yang memang tidak jauh dari lokasi pengajian.


Saat itu di kedutaan Arab Saudi ada diplomat Sudan di tengah-tengah kami di ruang tunggu. Sang diplomat Arab Saudi yang menolak saya dan tak pernah senyum itu kini tersenyum dan tertawa saat berbincang dengan diplomat Sudan. Saya ajukan kembali ke diplomat Arab, dan sekilas ia membaca dokumen saya dan mengatakan "ikuti dia saja," ujarnya singkat.


Arabi nama diplomat Sudan itu. Arabi, saya dan 4 orang mahasiswa asing asal Irak dan Libya, keluar dari kedutaan Arab menuju kantor travel haji. Arabi mengatakan jika ingin berangkat haji dari Turki maka harus mendaftar di travel haji dari Turki. Baiklah, saya menyanggupi semua persyaratan itu. Saya serahkan paspor dan ikamet kepada Arabi untuk mengurus visa.


Ternyata hanya butuh sehari untuk mengurus visa haji. Dan visa haji di paspor saya adalah majjanan alias gratis. Semua serba dadakan. Seminggu kemudian tanggal 28 Oktober saya terbang ke Jeddah dan kemudian ke Mekkah untuk berhaji. Alhamdulillah. Hadza min fadhli Rabbi liyabluwani a asykuru am akfur. Segala puji bagi Allah. Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya).


(bersambung)

5 komentar:

  1. Subhanallah. Luar biasa nih pengalamannya. Memang rasanya ibadah haji itu adalah panggilan. Kalau sudah dipanggil, inshaallah akan dibukakan jalan bahkan dari pintu2 yang tidak terduga. Selamat Deden. Semoga hajinya mabrur :)

    BalasHapus
  2. Amin ya rabbal alamin. Makasih Mbak Rahma sudah membaca dan mampir ke blog saya. Sukses juga buat Mbak Rahma, salam saya dari Ankara :)

    BalasHapus
  3. subhanallah. pak deden ana jua pengen hehehe.... majjanannya cuman visa? gak ke saudi sekalian hehe... semoga mabrur pak.. :D

    BalasHapus
  4. Ya, visanya aja majjanan, semuanya bayar. Amin ya rabbal alamin. Makasih sudah mampir..

    BalasHapus