Khutbah Idul Adha 1435 H/2014 M
MASJID ALWASILAH
Oleh H. Deden Mauli Darajat
اللهُ
أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ
أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ
اللَّهُ
أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً
وَأَصِيلاً،
لاَ
إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ
وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ
اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ
ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحَّدَنَا
بِعِيْدِهِ كَأُمَّةٍ وَاحِدَةٍ، وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ
ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.
أَشْهَدُ
اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ، اللَّهُمَّ مَالِكَ
الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء
وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ.
الَلَّهُمَّ
صَلِّ وَاُسَلِّمُ عَلَى حَبِيْبِناَ المُصْطَفَى، الَّذِّي بَلَّغَ الرِّسَالَةْ،
وَأَدَّى الأَمَانَةْ، وَنَصَحَ الأُمَّةْ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ
دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ، وَجاَهَدَ فِيْ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى
الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ
اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
اَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ!
Ma’ashiral muslimin rahimakumullah,
Alhamdulillâhi Rabbi al-âlamîn, segala puji marilah kita panjatkan ke
hadhirat Allah Swt, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada sayyidu al-anbiyâ wa
al-mursalîn, Rasulullah Muhammad Saw, beserta keluarga, para
shahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa menaati risalahnya, serta
berjuang tak kenal lelah untuk menerapkan dan menyebarluaskannya ke seluruh
pelosok dunia hingga akhir zaman.
Jemaah
Shalat Ied Rahimakumullah
4.000
tahun silam, di sebuah gurun, seorang ayah menginginkan kehadiran seorang anak
yang shaleh. Maka ia berdoa kepada Allah SWT di setiap waktu. Doa itu pun
kemudian dikabulkan oleh Allah. Maka lahirlah seorang anak yang sabar dan
penyantun. Anak itu menjadi anak yang shaleh yang dapat membanggakan kedua
orang tuanya.
Suatu
malam sang ayah bermimpi menyembelih anak kesayangannya. Si ayah itu bertanya tentang
mimpi itu kepada anaknya. Dan sang anak menjawab, wahai ayahku, lakukanlah
perintah menyembelih itu, insya Allah kita adalah termasuk ke dalam orang-orang
yang shaleh dan patuh.
Maka
di suatu pagi sang ayah sudah siap dengan di tangan sebelah kanan sebuah golok
tajam dan di tangan sebelah kiri leher anaknya yang sangat ia cintai. Ia
membaca bismillah, maka disembelihlah anak itu. Namun sebelum golok itu sampai
di leher anaknya, anak kesayangan itu diganti dengan sebuah kambing yang besar.
Inilah
awal cerita dari perayaan kurban. Sang ayah adalah Nabi Ibrahim dan sang anak
adalah Nabi Ismail. Kecintaan Ibrahim kepada Ismail, anaknya, tidak melebihi
cintanya kepada Allah. Nabi Ibrahim lebih mencintai Allah ketimbang manusia,
bahkan anaknya sendiri yang ia cintai yang lama ia dambakan kehadirannya.
Hadirin
jamaah shalat Ied yang dirahmati Allah
Banyak
pesan yang terkandung di dalam cerita yang tertulis dalam surat Ashshafaat (37)
ayat 100-111 tersebut di atas. Bahwa berkurban adalah perintah Allah kepada
umat Islam. Ini merupakan cobaan yang paling dahsyat. Yaitu dengan merelakan
berkurban anaknya demi keutuhan keimanan kepada Allah semata. Demi hanya untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena keimanan seseorang pasti diuji oleh
Allah SWT.
Sebab
Allah berfirman dalam surat Alankabut ayat 2:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ
يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَ هُمْ لا يُفْتَنُونَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji
lagi?”
Allahuakbar
3x walillahilhamd..
Sejarah
berkurban sebenarnya sudah dilakukan sejak Nabi Adam yang tertulis dalam
Alquran dalam surat Almaidah ayat 27:
وَ اتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ
ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبا قُرْباناً فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِما وَ
لَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قالَ إِنَّما يَتَقَبَّلُ
اللهُ مِنَ الْمُتَّقينَ
“Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua
putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembahkan kurban, lalu diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil)
dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil) berkata, “Aku pasti
membunuhmu!” Habil berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari
orang-orang yang bertakwa.”
Sebab Habil
memberikan kurban yang terbaik, seekor domba yang besar dan bagus, sementara
Qabil berkurban dengan domba yang kurus ditambah dengan perasaan dengki. Dan
Allah hanya menerima kurban yang biak-baik, yaitu dalam kisah ini adalah
kurbannya Habil.
Baginda Nabi
Besar Muhammad SAW memberikan tauladan dan contoh yang nyata yaitu berkurban
dengan 100 ekor unta yang besar-besar dan bagus-bagus. Dalam sebuah hadits
disebutkan bahwa;
“Sampai di
tengah lembah Muhassir, dipercepatnya untanya melalui jalan tengah yang
langsung menembus ke Jumratul Kubra. Sampai di Jumrah yang dekat dengan
sebatang pohon, beliau melempar dengan tujuh buah batu kerikil sambil membaca
takbir pada setiap lemparan. Kemudian beliau terus ke tempat penyembelihan
kurban. Di sana beliau menyembelih 63 hewan kurban dengan tangannya dan sisanya
diserahkannya kepada Ali untuk menyembelihnya, dan Rasulullah menyertakannya
dalam kurbannya tersebut, Kemudian beliau suruh ambil dari setiap hewan kurban
itu sepotong kecil, lalu disuruhnya masak dan kemudian beliau makan dagingnya
serta beliau minum kuahnya.. (HR. Muslim)
Dalam hadits
lain disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkurban badanah
(unta) yang disembelih berjumlah 100 unta, beliau melakukannya (memotong)
sendiri 63 dan 'Ali sisanya. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh
agar untuk setiap satu badanah untuk beberapa orang lalu dimasukkan ke dalam ke
periuk lalu mereka berdua meminum kuahnya. (HR. Ahmad)
Jamaah
shalat ied yang dimuliakan Allah
Berkurban
pada hakikatnya adalah sarana mendekatkan diri kepada Allah. Sarana untuk
melakukan yang terbaik untuk Allah. Karena kita diciptakan di dunia ini hanya
untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah, berkurban adalah salah satu jalan
terbaik. Dan sesungguhnya Allah tidak menerima daging dan darah hewan kurban
itu tetapi Allah menerima takwa dari si pekurban.
Kesadaran
berkurban harus kita tanam sejak dini. Jika tahun ini kita mampu untuk
berkurban dengan satu ekor kambing, maka sebaiknya kita berkurban, karena waktu
berkuban adalah empat hari, yaitu, dimulai hari ahad ini hingga rabu lusa, dar
tanggal 10 sampai dengan 13 dzulhijjah 1435 H, atau tanggal 5 sampai dengan 8
oktober 2014.
Jika kita
tidak mampu berkurban pada tahun ini, setidaknya kita berniat berkurban dan
berdoa kepada Allah agar di tahun-tahun selanjutnya Allah memberikan kita
rejeki untuk berkurban. Dengan niat berkurban itu kita bisa menyisihkan uang
kita setiap bulannya untuk berkurban pada Idul Adha mendatang. Mari kita
budayakan untuk berkurban, karena berkurban selain sarana mendekatkan diri
kepada Allah juga mendekatkan kita kepada persaudaraan sesama muslim.
Hasbunal-Lâh wa ni’mal wakil nikmal maula wa
ni’kman nashiir, laa haula wala quuwata illa billah. Aquulu qauli hadza wa
astaghfirullahal azhiim lii walakum!
الخطبة الثانية:
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ
أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ
اللَّهُ
أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً
وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ
مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ
وَحْدَهُ،
لاَ
إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
أَشْهَدُ
ألاَّ إِلَهَ إِلاًّ الله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَه وأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُه وَرَسُوْلُه لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ:
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا (رَبَيَانَا)
صِغَارًا، وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
رَبَّنَا
ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا
مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَائَنَا إِنَّكَ أَنْتَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ
الرَّحِيْمُ.
رَبَّنَا
لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ أَوْ اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ
عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا
وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا
وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنا واجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا
وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ
عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
اللهُ
أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ
تقبل
الله منّا ومنكم
كلّ
عام وانتم بخير
والسلام
عليكم ورحمة الله وبركاته