Saya bukan penyuka jenis musik tertentu. Dan saya bisa juga
menyukai berbagai jenis musik. Yang penting bagi saya adalah musik itu enak
didengar dan lirik lagunya bagus. Maka, dari pada saya mendengar lagu dari mp3 tapi
tidak nyaman di kuping lebih baik mendengar radio yang lagunya diputar dan
dipilih sama operator radio.
Berbeda jika ada konser musik. Karena saat konser kita dapat mendengar dan menyanyi langsung bareng si artis. Tapi itu pun dilihat dulu
siapa yang hadir di konser, selain berapa tiketnya, atau apakah itu konser gratis? Hahaha
tetep mahasiswa. Akhir pekan lalu, Maher
Zain konser di Ankara Arena, alias GOR baru yang dimiliki Ankara. konser ini
gratis karena disponsori oleh Kementerian Agama Turki.
Usai diskusi rutin dua mingguan GIA di kantor KBRI, kami
bersama-sama berkunjung ke Ankara Arena. Tapi sebelumnya kami bertandang ke
pameran pelajar internasional di Genclik Park atau taman pemuda yang tidak jauh
dari Ankara Arena. Karena waktu konser pukul 21.30 maka kami jalan-jalan lagi
ke Luna Park yang masih satu komplek dengan Genclik Park.
Luna Park ini sejenis Dunia Fantasi (Dufan) di Jakarta. Tapi
Dufan lebih besar dan lebih luas ketimbang Luna Park. Jenis mainannya pun di
Luna Park lebih sedikit. Masuk ke Luna Park ini murah, cuma 25 Kurus TL atau
sekitar, 1.250 IDR. Setiap mainan
dikenakan biaya 4 TL atau sekitar 20 ribu rupiah. Yang paling saya suka kalau
masuk ke tempat hiburan sejenis ini adalah bombomkar alias permainan mobil yang bebas
untuk ditabrakan.
Setelah itu kami juga mencoba adrenalin yang membuat badan
diputar-putar. Meski tidak sedahsyat Tornado di Dufan, tapi mirip dikitlah. Bedanya pas naik adrenalin di Luna Park itu hawa
dingin yang menghantam tubuh ini. Karena masih musim semi. Lanjut kemudian
bermain bilyard di lokasi yang sama.
Akhirnya kami pun datang ke Ankara Arena, tentunya di sana sudah
penuh dengan penonton. Mereka datang dari sore. Sementara kami datang pas konser Maher Zain sahaja. Sebab, acara sebenarnya dibuka dari pukul 20.00 dengan berbagai macam
kegiatan yang menunjangnya. Setelah mencari tempat yang kosong karena Ankara
Arena sudah dipenuhi sekitar 15 ribu penonton, akhirnya kami mendapat tempat
kosong di sebelah kanan panggung yang hampir membelakangi panggung itu.
Sebenarnya saya tidak begitu hafal lagu-lagu milik Maher
Zain ini. Hanya ada beberapa yang saya ingat, yaitu lagu Insyallah dan Barakallah. Yang membuat saya senang adalah kebersamaan menonton ini bersama teman-teman. Tidak
terbayang kalau saya harus menonton sendiri. Kecuali kalau yang mengisi konser
adalah lagu-lagu favorit saya seperti Iwan Fals. Sendiri pun saya akan datangi.
Saya teringat ketika hadir di konser GIGI di kampus saya di UIN
Jakarta. Konser itu adalah penutup prosesi propesa alias opspek tahun 2004. Dengan
antusias yang tinggi para penonton ada yang menonton di atap gedung student
center. Setelah beberapa lagu Arman Maulana menyapa penonton dari berbagai
sudut, terakhir ia menyapa sudut student center dan tiba-tiba dua orang jatuh
dari lantai tiga atap gedung itu.
Setelah diselidiki, rupanya orang-orang yang menonton dari
atap gedung student center itu bukan mahasiswa kampus UIN, melainkan warga
sekitar kampus. Dan malam itu konser yang harusnya suka menjadi duka. Akibatnya
pihak rektorat mempertimbang-ulang
tentang kebijakan konser di dalam kampus. Beberapa tahun kemudian, tetap
berlangsung beberapa konser musik di dalam kampus, seperti jazz dll.
Yang hadir di Ankara Arena ini kebanyakan adalah perempuan
yang mayoritas berkerudung. Teman saya berujar, dengan menutup mata saja, kita dapat
memilih dan mendapat wanita cantik. Saking banyaknya wanita cantik malam itu. Hahaha.
Mereka bukan hanya datang dari Ankara
tapi ada juga yang datang dari beragai daerah di Turki dengan menyewa bus yang
diparkir di sekitar Ankara Arena.
Musik, apapun jenisnya, saat ini menjadi industri yang
menjanjikan. Asal jeli melihat pangsa pasar dan kondisi sosial. Maher Zain,
termasuk yang cerdas dalam hal ini. Mayoritas lagunya berbahasa Inggris, tapi
ada beberapa lagunya yang berbahasa Arab, Turki dan bahkan Indonesia. Ia tahu
bahwa pangsa pasarnya adalah negara yang mayoritas penduduknya muslim.
Bahkan ada kabar bahwa Indonesia adalah sasaran pasar utama untuk
para pemusik dunia untuk melakukan konser di Jakarta. Karena hadir dalam konser
itu, bagi kelas menengah adalah bagian dari gaya hidup metropolitan, setelah
berjuang melawan hiruk pikuk ibukota.
Begitu juga jika Ramadhan tiba, para artis di Indonesia berbondong-bondong
membuat lagu atau menyanyikan lagu reliji. Kita memang tidak bisa menerka apa
niat para pembuat lagu reliji. Yang pasti secara bisnis ini tetap
menguntungkan. Inilah industri musik. Selain keuntungan dari penjualan CD musik dan iTunes,
yang paling menggiurkan adalah konser. Karena sekali konser si pemusik dapat
puluhan juta rupiah.