Selasa, 20 November 2012

Guru-guru yang Menginspirasi (5)

“Kalau kamu tidak lebih baik daripada saya, lebih baik kamu tidak usah lahir dan saya tidak usah mati, hanya nambah jatah beras saja.” Begitulah salah satu isi ceramah KH Hasan Abdullah Sahal.
Photo: putri1.gontor.ac.id
Santri dan alumni Gontor siapa yang tidak mengenal ceramah-ceramah beliau yang menggugah. Kata-katanya sederhana tapi mengena. Dalam gurauannya terselip hikmah yang dalam untuk direnungkan.

Ustadz Hasan, begitu kami memanggilnya, adalah guru yang tawadhu, rendah hati, meskipun kepada para santrinya. Hinga saat ini saya selalu kangen dengan ceramah-ceramahnya. Beliau adalah pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Dulu saat saya mengabdi di Gontor, suatu pagi usai shalat subuh saya mendapatkan surat tugas untuk mengisi pelajaran Hadits kelas enam (setingkat tiga SMA) menggantikan Ustadz Hasan. Pusing juga saat itu, karena selain saya mengisi adik kelas saya satu tingkat, juga harus menggantikan Pak Kyai.

Mengisi kelas adik setingkat itu agak susah. Soalnya salah satu santri ada yang pernah satu kamar di asrama, misalnya. Atau bagaimana saya mengajarkan pelajaran itu sementara saya juga baru lulus. Beruntung waktu itu, usai saya membaca absensi, Ustadz Hasan tiba ke kelas dan saya ijin undur diri.

Pengabdian di Gontor adalah kewajiban. Santri yang lulus dari Gontor setingkat lulus SMA harus mengajar di pesantren-pesantren alumni yang ada di Indonesia selama satu tahun. Ada yang mendapat pengabdian di Sumatera, ada yang di Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan yang lainnya. Saya kebetulan ditetapkan untuk mengabdi di Gontor selama setahun.

Senin, (19/11/2011) saudara kembar saya berkunjung ke Gontor dan bertemu dengan beliau dan meminta nasihatnya. Ustadz Hasan bercerita banyak tentang kehidupan pondok. Ia juga bercerita tentang pesantren Al-Muqaddasah yaitu pesantren untuk penghafal Alquran yang ia pimpin.

Selain memimpin Gontor, Ustadz Hasan memimpin sebuah pesantren untuk penghafal Alquran. Letaknya tidak jauh dari Gontor. Hari-harinya diisi untuk mengembangkan pondok Gontor yang setiap tahun selalu ada kemajuan. Saat ini cabangnya tersebar dimana-mana, dari ujung Sumatera hingga Sulawesi.

Sejak KH Abdullah Syukri Zarkasyi sakit beberapa bulan lalu, Kyai Hasan fokus memimpin Gontor bersama KH Syamsul Hadi Abdan. Apalagi Kyai Syamsul tahun ini berangkat haji. Otomatis Kyai Hasan sendiri memimpin Gontor selama Kyai Syamsul berhaji. Pesantren Almuqaddasah yang beliau pimpin diserahkan kepada putera pertamanya.

Dalam perbincangan bersama putera pendiri Gontor, KH Ahmad Sahal, itu mengatakan, saat ini beliau sedang menyelesaikan tulisan-tulisannya, yaitu semua kumpulan khutbah, ceramah dan nasehat. “Kalau tidak begini takut ada wasiat yang terlewatkan,” katanya.

Selain itu, beliau mengungkapkan, dirinya sudah tua. Setiap hari memperbanyak berzikir, bertakbir, bertasbih dan amalan yang lainnya. “Amal shaleh apa yang akan saya bawa,” ungkapan kehawatiran seorang Kyai Hasan.

Dalam hati saya, wow, kyai yang sudah hafal Alquran, memiliki ribuan santri, memimpin dua  pesantren besar, masih saja menghawatirkan amal shalehnya. Subhanallah. Sementara saya yang waktunya kebanyakan dihabiskan dengan sia-sia jarang menghawatirkan itu. Astaghfirullah.

2 komentar: