Hari ini saya ditanya sama teman di BBM, tentang mengapa
baju orang Turki itu modelnya bagus-bagus. Saya jawab, Turki merupakan negara
yang mengadopsi kebudayaan barat dalam soal fashion atau gaya berpakaian. Bahkan
orang-orang asal negara tetangganya, semisal Iran, Irak, Suriah, dll, datang ke
Turki hanya untuk membeli pakaian.
Saat ini kita susah menemukan orang Turki mengenakan baju jubah
ala orang Arab. Orang Turki sering menggunakan kemeja dan jas, meski ia hanya
seorang penjaga warung makan. Tradisi ini dimulai sejak Turki menjadi negara republik
tahun 1923. Dulunya di bawah kesultanan Turki Usmani moda berpakaian di Turki
hampir mirip dengan kawasan Arab dan timur tengah.
Sarung |
Saat shalat berjamaah atau shalat tarawih di masjid,
orang-orang Turki mengenakan baju kesehariannya, atasan kemeja (dengan berjas) atau kaos dan bawahan celana panjang kain atau jeans. Anak-anak kebanyakan mengenakan kaos dan training, baik yang
panjang maupun setengah panjang yang penting melebihi lutut.
Tak ada satupun yang menggunakan sarung di masjid itu. Begitupun
saya. Padahal saya pecinta sarung sejati. Kalau saya di rumah di Rangkasbitung,
pakaian favorit saya adalah sarung. Simpel, adem dan nyaman. Kebiasaan menggunakan sarung
terbawa pas saya tinggal di asrama Cebeci di Ankara. Orang-orang asing bertanya, pakaian
apa ini, dan saya bilang ini sarung, pakaian tradisi Indonesia.
Tradisi sarungan ini sangat membudaya di Indonesia. Bukan hanya
di pesantren modern dan salaf, sarung juga digunakan oleh bapak-bapak untuk ke
masjid atau ibu-ibu untuk shalat sebagai bawahan mukena. Bahkan, di pesantren
modern pemakaian sarung dimodifikasi dengan jas. Atasannya kemeja berjas dan
bawahannya sarung.
Pakaian sebagai tradisi juga ada di Arab Saudi. Orang di sana kebanyakan menggunakan
jubah untuk beribadah dan kegiatan lainnya. Jadi mudah untuk mengenali orang Indonesia di Mekkah. Kalau orang itu
menggunakan sarung dan baju koko, plus berpeci, itu tidak lain dan tidak bukan
adalah orang Indonesia.
Pun begitu dengan mukena yang biasa digunakan untuk shalat
bagi kaum wanita. Wanita Turki tidak menggunakan mukena untuk shalat. Mereka menggunakan
baju yang menutupi semua aurat yang menjadi syarat sah shalat. Cerita teman
yang menggunakan mukena saat bertarawih mengatakan, orang Turki banyak yang
bertanya pakaian apakah itu, dijawablah ini mukena biasa kami gunakan untuk
shalat.
Dulu, pas kuliah di Ciputat, ada teman mahasiswi bertanya pada temannya, apakah kamu punya mukena? Temannya menjawab, “Mukena,
mu-kagak, emang gue pikirin,”. Dan tertawalah kami yang mendengar percakapan
itu.
Sarung atau mukena hanyalah pakaian biasa. Atau pakaian yang
sudah membudaya di Indonesia. Seperti halnya jubah di kawasan Arab Saudi dan
sekitarnya. Jubah bagi mereka digunakan bukan hanya untuk sholat di masjid,
namun untuk kegiatan keseharian mereka, bekerja hingga main bola.
Namun, yang penting adalah pakaian hanya soal fisik, sebab ada yang
terpenting lainnya yaitu soal niat dan hati. Sebab, Allah tidak melihat manusia dari pakaian
dan hartanya, melainkan melihat dari hati dan amalan ibadah yang ikhlas karena Allah
semata. Wallahua’lam.
0 komentar:
Posting Komentar