Minggu, 22 Juli 2012

Sarung Tradisi Indonesia


Hari ini saya ditanya sama teman di BBM, tentang mengapa baju orang Turki itu modelnya bagus-bagus. Saya jawab, Turki merupakan negara yang mengadopsi kebudayaan barat dalam soal fashion atau gaya berpakaian. Bahkan orang-orang asal negara tetangganya, semisal Iran, Irak, Suriah, dll, datang ke Turki hanya untuk membeli pakaian.

Saat ini kita susah menemukan orang Turki mengenakan baju jubah ala orang Arab. Orang Turki sering menggunakan kemeja dan jas, meski ia hanya seorang penjaga warung makan. Tradisi ini dimulai sejak Turki menjadi negara republik tahun 1923. Dulunya di bawah kesultanan Turki Usmani moda berpakaian di Turki hampir mirip dengan kawasan Arab dan timur tengah.

Sarung
Semenjak jadi Republik, Turki mengubah bahasa dan budayanya, termasuk soal pakaian. Yang tadinya berjubah menjadi berjas dan berdasi. Ini dapat dilihat dari film Hur Adam alias Manusia Bebas yang rilis pada tahun 2011. Di Film itu digambarkan bagaimana perubahan mendasar yang terjadi di semenangjung Anatolia ini.

Saat shalat berjamaah atau shalat tarawih di masjid, orang-orang Turki mengenakan baju kesehariannya, atasan kemeja (dengan berjas) atau kaos dan bawahan celana panjang kain atau jeans. Anak-anak kebanyakan mengenakan kaos dan training, baik yang panjang maupun setengah panjang yang penting melebihi lutut.

Tak ada satupun yang menggunakan sarung di masjid itu. Begitupun saya. Padahal saya pecinta sarung sejati. Kalau saya di rumah di Rangkasbitung, pakaian favorit saya adalah sarung. Simpel, adem dan nyaman. Kebiasaan menggunakan sarung terbawa pas saya tinggal di asrama Cebeci di Ankara. Orang-orang asing bertanya, pakaian apa ini, dan saya bilang ini sarung, pakaian tradisi Indonesia.

Tradisi sarungan ini sangat membudaya di Indonesia. Bukan hanya di pesantren modern dan salaf, sarung juga digunakan oleh bapak-bapak untuk ke masjid atau ibu-ibu untuk shalat sebagai bawahan mukena. Bahkan, di pesantren modern pemakaian sarung dimodifikasi dengan jas. Atasannya kemeja berjas dan bawahannya sarung.

Pakaian sebagai tradisi juga ada di Arab Saudi. Orang di sana kebanyakan menggunakan jubah untuk beribadah dan kegiatan lainnya. Jadi mudah untuk mengenali orang Indonesia di Mekkah. Kalau orang itu menggunakan sarung dan baju koko, plus berpeci, itu tidak lain dan tidak bukan adalah orang Indonesia.

Pun begitu dengan mukena yang biasa digunakan untuk shalat bagi kaum wanita. Wanita Turki tidak menggunakan mukena untuk shalat. Mereka menggunakan baju yang menutupi semua aurat yang menjadi syarat sah shalat. Cerita teman yang menggunakan mukena saat bertarawih mengatakan, orang Turki banyak yang bertanya pakaian apakah itu, dijawablah ini mukena biasa kami gunakan untuk shalat.

Dulu, pas kuliah di Ciputat, ada teman mahasiswi bertanya pada temannya, apakah kamu punya mukena? Temannya menjawab, “Mukena, mu-kagak, emang gue pikirin,”. Dan tertawalah kami yang mendengar percakapan itu.

Sarung atau mukena hanyalah pakaian biasa. Atau pakaian yang sudah membudaya di Indonesia. Seperti halnya jubah di kawasan Arab Saudi dan sekitarnya. Jubah bagi mereka digunakan bukan hanya untuk sholat di masjid, namun untuk kegiatan keseharian mereka, bekerja hingga main bola.

Namun, yang penting adalah pakaian hanya soal fisik, sebab ada yang terpenting lainnya yaitu soal niat dan hati. Sebab, Allah tidak melihat manusia dari pakaian dan hartanya, melainkan melihat dari hati dan amalan ibadah yang ikhlas karena Allah semata. Wallahua’lam.

0 komentar:

Posting Komentar