Seorang bule wanita berjalan di trotoar sebuah jalan di Bandung dengan mengenakan kain rok panjang berwana-warni. Ia berjalan dengan membawa tas yang disoren di bahunya ketika kami duduk di dalam angkutan kota (angkot).
Seorang ibu yang duduk di pojok angkot berkata pada temannya, "sopan yah kalau bule pakai pakaian seperti kita." Temannya pun menimpali, "Iya, yang gak sopan itu kalau kita menggunakan pakaian seperti bule yang soper mini itu," ungkapnya.
Yah, begitulah percakapan di sebuah angkot Bandung yang biasa dipenuhi dengan 5 orang di sebelah kiri dan 7 orang di sebelah kanan. Berbeda dengan di Jakarta yang 4 orang di kiri dan 6 orang di kanan.
Sopir yang mengemudi angkot yang saya tumpangi itu cukup ramah. Ia menunjukkan tempat yang ingin saya tuju. Meski begitu, selain menjadi kota Angkot, Bandung juga kini menjadi kota motor. "Motor yang menjadikan Bandung lebih macet," ujar rekan saya.
Saat tiba di tempat tujuan, langit yang gelap itu menurunkan hujannya. Ada beberapa makanan khas yang saya cicipi di Bandung ini. Salah satunya adalah molen Kartika Sari. Molen ini berisi pisang dan keju yang dibungkus dengan roti. Maknyus.
Bandung memang menjadi kota kuliner, selain kota fashion, eh kota motor dan kota angkot juga sih. Lengkap. Tetapi entah bagaimana setelah tiga hari kemudian dimana BBM akan dinaikan pada 1 April 2012 mendatang.
Apakah dengan naiknya BBM jumlah motor akan berkurang, atau jumlah angkot di Bandung akan juga berkurang. Atau pemilik warung kuliner dan pemilik toko fashion menyesuaikan harganya. Ah, entahlah.. Sebelum jauh berpikir enaknya kita nikmati Molen Kartika Sari di saat hujan gerimis mengguyur Bandung.
Bandung, 28 Maret 2012