Jumat, 16 Desember 2011

Dua Rasa Masakan Indonesia

Hampir setiap pagi menu sarapan saya adalah satu gelas susu, satu buah roti (simit/poğaça)  dan sebutir telur rebus. Sebenarnya saya enggan menyebutnya sarapan karena menu itu adalah menu kahvaltı (dalam bahasa Turki). Bagi saya atau bagi kita sarapan adalah makan pagi dengan menu nasi dan lauk pauknya, baik tempe atau yang lainnya. Sementara kahvaltı adalah makan pagi khas Turki.

Suatu ketika saat menemani tamu yang datang dari Jakarta ke Ankara dan tinggal di hotel bertanya pada saya, apakah ada sarapan di hotel ini, saya jawab ada di lantai dasar. Tamu itu mengatakan bahwa menu pagi di hotel adalah breakfast bukan sarapan. Artinya yang disediakan untuk makan pagi adalah roti, keju, telur dan yang lainnya dan bukan nasi dan lauk pauknya.

Teman saya yang baru tinggal di asrama suatu pagi mengajak saya untuk makan. Dia mengajak saya ke restoran asrama yang biasa menyediakan nasi, sayuran, ayam, daging, dan lainnya. Sebab ia belum tahu kalau restoran itu hanya dibuka dari siang hingga malam. Dan untuk menu pagi hanya menyediakan roti, telur, keju, madu, buah zaytun dll. Teman saya hanya tersenyum kecut.

Bagi kita yang sekolah di luar Indonesia, hal yang harus dibiasakan adalah menerima makanan asing di lidah kita. Bagi sebagian orang ini tidak mudah, sebagian lagi ini bukan masalah besar. Bagi saya menerima makanan asing di lidah saya tidak begitu susah, karena menurut saya adalah bagaimana perut ini bisa diisi agar bertenaga untuk melaksanakan kegiatan.

Tetapi tidak bagi teman saya, Syamwil misalnya. Ia agak kesusahan untuk memakan makanan asing. Saat makan siang di restoran kampus, ia hanya makan yang hanya diterima lidahnya saja. Dan ia berikan makanan lainya ke rekannya yang berada di sampingnya. Inı terjadi saat pertama-tama ia berada di Turki.

Tulisan ini sebenarnya diilhami saat pagi tadi membaca koran berbahasa Turki sambil menyantap menu kahvalti. Ingatan saya tertuju pada masa dimana saya kuliah S1 dan ngekost di kawasan Ciputat. Setiap pagi saya membaca koran yang dikirim oleh sang loper. Sembari membaca koran itu saya menunggu pedagang nasi uduk yang keliling kost-kost mahasiswa. Nasi uduk dengan lauk gorengan tahu atau tempe menjadi makanan favorit kami setiap pagi beberapa tahun lalu.

Untuk menemukan makanan Indonesia di Turki agak susah memang. Berbeda dengan di Mesir atau Arab Saudi atau negara lainnya. Di Mesir misalnya, kita tidak akan kesusahan mencari ayam bakar, masakan Padang, bubur ayam atau sate Madura. Karena selain belajar, sebagian mahasiswa di sana juga berwirausaha dengan mendirikan restoran masakan Indonesia. Atau untuk makanan instan kita bisa beli mie instan di warung-warung yang tersebar di mana-mana.

Inilah yang berbeda dengan di Turki. Sampai saat ini belum ada satu pun restoran Indonesia, khususnya di Ankara. Yang ada hanyalah restoran China atau Thailand yang sedikit mirip dengan masakan Indonesia. Bahkan untuk mie instant saja susah mendapatkannya di mall atau pusat perbelanjaan. Bukan karena tidak ada. Tapi karena, jika ada mie instant itu langsung habis diborong sama orang Indonesia. Dan saya jarang kebagian. Mengenaskan.

Mie instant ini sebenarnya penggemarnya bukan hanya orang Indonesia. Suatu ketika saya membawa beberapa bungkus mie instant untuk temen saya orang Kirgistan dan Albania. Tujuan saya hanya untuk memperkenalkan masakan Indonesia. Tidak disangka kedua temen saya itu menyukainya. Bahkan orang Albania itu selalu menagih mie instant jika kami bertemu. Walah repotnya. Bukan karena gak mau ngasih, cuma mie instant ini susah didapat.


Lantas bagaimana jika kita kangen dengan masakan Indonesia. Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara juga untuk mendapatkannya. Salah satunya adalah membeli bahan masakan dan dimasak dengan resep masakan Indonesia. Ini agak repot memang, karena tidak semua bahan masakan itu dijual di sini. Yang paling mudah adalah menghadiri undangan dari KBRI dalam suatu acara yang menyediakan jamuan makanan. Undangan ini pun jarang adanya. Namun yang pasti hanya ada dua rasa masakan Indonesia di sini, yang pertama adalah enak dan kedua enak sekali.

0 komentar:

Posting Komentar