Selasa, 27 Agustus 2024

Jaga Kata-katamu Jika Kamu Mau Selamat

Belakang ini ada sebuah tranding topic pembicaraan tentang twit twit lama yang naik lagi ke permukaan dari salah seorang kandidat kepala daerah. Pasalnya cuitan ini tidak menguntungkan bagi si kandidat, malah justru melemahkannya. Maka saya ingat pelajaran Mahfudzat dulu bahwa:

سلامة الإنسان في حفظ اللسان

"Keselamatan Manusia dalam Penjagaan Lisannya"

Di era digital dan media sosial yang berkembang pesat, menjaga lisan atau kata-kata yang kita ucapkan dan tuliskan menjadi semakin penting. Lisan, dalam hal ini, tidak hanya merujuk pada apa yang kita katakan secara langsung, tetapi juga mencakup apa yang kita tulis di media sosial, pesan teks, dan platform digital lainnya. Kemampuan untuk mengendalikan lisan adalah salah satu aspek penting dari keselamatan manusia, baik secara pribadi maupun dalam hubungan sosial dan profesional.

Di dunia digital, setiap kata yang diucapkan atau dituliskan dapat memiliki dampak yang luas dan tahan lama. Pesan yang salah atau kurang bijaksana dapat dengan mudah disebarluaskan dan diterima oleh ribuan, bahkan jutaan orang dalam hitungan detik. 

Apa yang kita katakan atau tulis secara online dapat memengaruhi bagaimana orang lain melihat kita. Sebuah komentar yang tidak pantas atau salah dapat merusak reputasi seseorang dan bahkan mengancam karier mereka.
  
Lisan yang tidak terjaga dapat merusak hubungan sosial, baik dengan teman, keluarga, atau rekan kerja. Misunderstanding atau komentar yang tidak sensitif dapat menimbulkan konflik yang sulit diperbaiki.

Di beberapa negara, kata-kata yang diucapkan atau dituliskan di dunia digital dapat memiliki konsekuensi hukum. Misalnya, pencemaran nama baik, ujaran kebencian, atau penyebaran informasi palsu dapat membawa pelakunya ke ranah hukum. 

Media sosial memberikan kebebasan kepada siapa saja untuk mengekspresikan diri, tetapi kebebasan ini datang dengan tanggung jawab. Beberapa tantangan yang dihadapi dalam menjaga lisan di media sosial antara lain:

Anonimitas di internet sering kali membuat orang merasa aman untuk mengatakan hal-hal yang tidak akan mereka ucapkan dalam kehidupan nyata. Hal ini dapat menyebabkan perilaku yang tidak bertanggung jawab seperti bullying, trolling, atau penyebaran ujaran kebencian.

Media sosial mendorong pengguna untuk bereaksi dengan cepat terhadap suatu peristiwa atau isu. Namun, reaksi yang terburu-buru sering kali menghasilkan pernyataan yang kurang dipikirkan dan dapat menimbulkan masalah.

Komunikasi digital sering kali kurang dalam konteks non-verbal seperti ekspresi wajah dan nada suara, yang dapat menyebabkan salah pengertian dan interpretasi yang salah.

Menjaga lisan di era digital membutuhkan kesadaran dan disiplin. Sebelum mengirimkan pesan atau membuat posting, pikirkan terlebih dahulu dampak dari kata-kata tersebut. Apakah kata-kata itu bisa disalahpahami? Apakah ada kemungkinan menyinggung perasaan orang lain?

Jangan menulis atau berkomentar saat marah atau emosi. Tindakan yang diambil saat emosi sering kali tidak bijaksana dan dapat berakibat buruk.

Jangan menyebarkan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hoaks dan ujaran kebencian hanya akan merugikan orang lain dan diri sendiri.

Berhati-hatilah dalam membagikan informasi pribadi di media sosial. Kata-kata yang tidak sengaja atau informasi pribadi yang dibagikan bisa saja disalahgunakan.

Penjagaan lisan di era digital dan media sosial adalah aspek penting dalam menjaga keselamatan manusia. Dengan perkembangan teknologi dan kebebasan berekspresi yang semakin luas, tanggung jawab untuk mengendalikan apa yang kita katakan dan tuliskan semakin besar. Dengan berpikir sebelum berbicara, mengendalikan emosi, dan selalu mempertimbangkan dampak dari setiap kata, kita dapat menjaga keharmonisan dalam hubungan sosial, melindungi reputasi pribadi, dan menghindari konflik atau masalah hukum yang tidak perlu. Menjaga lisan adalah salah satu kunci untuk keselamatan dan kesejahteraan di dunia digital yang kompleks ini.

0 komentar:

Posting Komentar