Tiga barang ini sangat berguna bagi para pelajar yang
berasrama. Dulu ketika saya belajar di Gontor, saya punya banyak pulpen.
Bahkan, saya membeli satu lusin pulpen
di Rangkasbitung sebelum berangkat ke Gontor. Satu lusin pulpen itu digunakan
untuk satu semester.
Seharusnya selusin pulpen itu tidak habis digunakan untuk
satu semester. Tetapi permasalahannya tidak sesimpel itu. Pulpen habis bukan
hanya digunakan untuk menulis. Yang paling tragis adalah pulpen itu ketinggalan
atau hilang atau dijadikan pengaduk minuman.
Menurut survey kecil-kecilan yang saya lakukan ketika
menjadi ketua koperasi pelajar di Gontor, saya melihat ada beberapa hal yang
paling dicari para santri. Yang pertama adalah pulpen, kedua sikat gigi dan
ketiga sandal. Bahkan di koperasi satu pekan saja biasanya terjual hingga tiga
karung sandal jepit.
Entah berapa sikat gigi yang saya punya ketika menjadi
pelajar di Gontor. Apalagi ketika menjadi santri lama. Kebutuhan pokok untuk
mandi adalah sikat gigi, odol dan sabun, sesekali sampo. Ada fungsi yang lebih
dari sikat gigi yaitu berfungsi sebagai alat antre santri untuk mandi. Jadi
cukup menyimpan sikat gigi yang dikaitkan ke pintu kamar mandi itu menjadi alat
untuk mengantre.
Ini tidak begitu berlaku bagi santri baru. Biasanya santri
baru menggunakan alat untuk mengantre dengan menyimpan gayung di depan pintu
kamar mandi yang berjejeran. Menjadi santri lama adalah menjadi santri yang
simpel. Jika tidak punya pasta gigi cukup membawa sikat gigi dan meminta odol
ke santri lain di sekitaran kamar mandi.
Fungsi lain dari sikat gigi di pesantren adalah sebagai alat
untuk menabuh gendang ketika perlombaan folksong antar asrama. Bisa juga itu
sikat gigi digunakan untuk mengaduk kopi atau mie instan disebabkan
ketidakadaan atau kelangkaan sendok. Penggunaan sikat gigi sebagai alat
pengaduk minuman dan makanan itu tetap saja tidak berpengaruh pada kesehatan
kami para santri. Bahkan semuanya terasa nikmat.
Lain lagi dengan sandal. Sandal adalah barang yang sangat
berharga bagi para santri. Entah berapa banyak saya membeli sandal ketika
menjadi santri di Gontor. Sebab sandal ini mudah hilang atau terpakai orang. Untuk
menyiasati untuk tidak kehilangan sandal ketika kami beribadah di masjid adalah
dengan menggembok sandal kami. Ajaibnya terkadang harga gembok lebih mahal dari
harga sandal sendiri.
Ini sangat berbeda ketika saya menjadi pelajar pascasarjana
di Ankara Turki. Selama saya kuliah di Turki saya hanya punya satu sandal. Dan
sandal itu hanya digunakan selama di dalam asrama atau di apartemen. Selebihnya
saya menggunakan sepatu. Pergi kemana saja menggunakan sepatu.
Karena di Turki cuacanya lebih banyak dinginnya tinimbang
panas, hanya tiga bulan saya musim panas. Musim semi dan musim gugur bagi saya
masih terasa dingin. Menurut teman saya orang Turki, penyakit datang dari bawah
kaki yang tidak tertutup. Makanya banyak orang Turki pakai sepatu walau di musim
panas.
Di atas semua itu, pulpen, sikat gigi dan sandal adalah
salah satu syarat, menurut Imam Syafii, yang harus dipenuhi oleh pelajar.
Syarat mendapatkan ilmu itu ada enam, kata Imam Syafii, pertama, dzaka’
(kecerdasan), hirs (kemauan keras), ijtihad (sungguh-sungguh), dirham (harta),
suhbah asatid (bimbingan guru) dan tul alzaman (masa yang panjang). Ketiga
barang yang disebut di atas itu termasuk dalam harta atau dirham.
sumber photo: abrussiana.wordpress.com