Saya berpikir, sebenarnya tidak ada manusia yang
ingin dirinya sejak awal menjadi yatim. Yatim bukanlah pilihan. Ini merupakan takdir. Bahwa dia dilahirkan tanpa orang tua, tanpa ayah dan tanpa ibu.
Mereka harus merelakan nasib bahwa hidup di dunia ini penuh
dengan perjuangan. Karena tak punya apa-apa dan siapa-siapa.
Hidup memang terbagi menjadi dua, pilihan dan bukan
pilihan. Yang bukan pilihan misalnya, kita lahir dari rahim ibu yang kita tidak
mengenalnya. Atau kita hadir di dunia ini dan nanti kembali ke alam akhirat
juga adalah bukan pilihan karena sudah ditakdirkan. Yang pilihan seperti kita
memilih siapa teman kita, dimana kita sekolah, kita makan apa dan sebagainya.
Dan yatim termasuk dalam bukan pilihan. Jika seorang
anak lahir dan memiliki ayah ibu, maka yang berkewajiban untuk
menghidupi dan memberinya makan adalah kedua orangtuanya. Namun anak
yatim, dia lahir dan kemudian ibu dan ayahnya meninggal dunia siapakah yang
menangungnya?
Kalau keluarga si anak yatim dari keluarga yang
mampu, maka kemungkinan besar ia diasuh dan ditanggung oleh keluarga besarnya, kalau bukan seperti apa? Ajaran Islam mengajarkan bahwa anak yatim merupakan tanggungan muslim dan mukmin. Sebab sejatinya setiap muslim adalah saudara. Sesama saudara harus saling menolong.
Dalam surat Al-Maun disebutkan bahwa, yang artinya, “1.
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 2. Maka itulah orang yang
menghardik anak yatim, 3. dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. 4.
Maka celakalah orang yang sholat, 5. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap
sholatnya, 6. yang berbuat ria, 7. dan enggan (memberikan) bantuan.
Jika kita serap maknanya maka kita sebagai
muslim berkewajiban membantu anak yatim dan kurang mampu. Karena jika tidak atau enggan memberi bantuan maka kita disebut sebagai pendusta
agama, naudzubillah wa nastaghfirullah.
Dan lihat kebalikannya, jika kita mencintai anak
yatim dengan memberikan bantuan kepadanya, balasannya adalah surga. Seperti
sabda Nabi SAW dalam haditsnya yang berbunyi, dan artinya, “Aku dan orang yang
menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau
SAW mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah
beliau, serta agak merenggangkan keduanya.
Hadits ini menunjukkan besarnya keutamaan
dan pahala orang yang meyantuni anak yatim, sehingga imam Bukhari mencantumkan
hadits ini dalam bab: keutamaan orang yang mengasuh anak yatim. Makna hadits ini adalah orang yang menyantuni anak
yatim di dunia akan menempati kedudukan yang tinggi di surga dekat dengan
kedudukan Rasulullah SAW.
Arti “menanggung anak yatim” adalah mengurusi dan
memperhatikan semua keperluan hidupnya, seperti nafkah (makan dan minum),
pakaian, mengasuh dan mendidiknya dengan pendidikan Islam yang benar.
Banyak anak jalanan yang tidak punya orang tua, tidak
punya tempat tinggal, tidak punya sekolah dan seterusnya. Kita memang tidak
bisa membantu seluruhnya. Tetapi paling tidak kita seyogianya menyisihkan rejeki
kita untuk mereka. Membantu semampu kita. Syukur-syukur bisa menyekolahkan dan
memberikan kehidupan yang layak.
Firman Allah dan sebuah ayat dalam Alquran
menyebutkan, barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka
seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya. QS. 5:32.
Pertanyaan adalah, sudahkah kita peduli akan amanah Tuhan dan
memberikan sebagian rejeki yang Allah berikan kepada kita untuk anak-anak yatim,
papa dan lemah itu?
0 komentar:
Posting Komentar