Sabtu, 01 Desember 2012

Rabu Mencari dan Memberi


Gambar: pustakaafaf.com
Setahun terakhir ini saya suka dengan hari Rabu. Spesial karena setiap Rabu diadakan pengajian dan kajian keislaman ibu-ibu. Saya katakan pada ibu-ibu bahwa saya selalu menunggu hari Rabu. Kita tak bisa melawan tesis ini, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Bahwa manusia membutuhkan manusia lainnya.

Dan di sinilah saya berada saat ini. Di negeri antah berantah. Adanya dunia media sosial memang membantu akan tersambungnya manusia satu dengan yang lainnya. Namun pertemuan secara fisik adalah pertemuan yang nyata sebagai silaturrahim, menyambung kasih sayang.

Pertemuan, apalagi yang bermanfaat adalah sebuah hal yang kita butuhkan. Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa melakukan semuanya dengan sendiri. Pasti dalam segala hal yang kita lakukan ada bantuan orang lain. Misalnya, kita bisa menulis di laptop, ada bantuan orang di sana, dimana laptop dibuatkan orang untuk memudahkan kita menulis.

Dan bantuan itu tidak selalu tampak dengan mata. Ada bantuan yang tak terkira dan kita tak bisa mengetahuinya yaitu bantuan doa dari orang-orang yang tak memberi tahu bahwa mereka mendoakan kita secara diam-diam. Apalagi jika doa itu dilakukan secara berjamaah, bersama-sama, niscaya Tuhan segera mencatat dan mengabulkannya.

Bulan puasa tahun lalu adalah awal dari pengajian ini. Berarti sudah setahun lebih pengajian ini berjalan. Saya banyak belajar dari pengajian ini. Belajar tentang berbagi, belajar tentang mencari, belajar tentang mensyukuri bahwa hidup ini adalah anugerah yang tak terbantahkan.

Dalam pengajian itu saya memang bukan siapa-siapa. Seringnya saya menjadi pendengar sebagai pencari ilmu, hanya sesekali saja menjadi penyaji dalam pengajian itu. Dari sini juga saya kembali membuka pelajaran yang sempat dipelajari beberapa tahun silam. Ilmu memang akan bertambah jiga dibagikan.

Dan untuk berbagi kita terlebih dulu harus memiliki. Maka sebelum berbagi kita mesti mencari. Dalam dunia pendidikan, seorang guru harus memiliki persiapan sebelum ia mengajar atau mendidik.

Bahkan, di Gontor, setiap hari kita harus membuat i’dad atau persiapan mengajar dan diserahkan kepada guru senior untuk diperiksa. Jika kita melanggarnya siap-siap saja dapatkan hukuman.

Begitupun di sini, saya harus kembali membuka catatan lama, atau membaca kembali beberapa literatur tentang apa yang akan disampaikan. Terkadang saya meminta bantuan saudara saya di Indonesia untuk mengirimkan bahan-bahan yang tidak saya dapatkan di sini.

Setiap Rabu pagi pukul 10 diadakan pengajian terlebih dahulu, beberapa pekan lalu sudah khatam satu Alquran. Baru sejam kemudian kajian keislaman dimulai. Yang mengisi pengajian adalah mahasiswa pascasarjana yang belajar di Ankara.

Jika tidak ada kegiatan sekolah atau lainnya saya selalu mengusahakan datang ke tempat pengajian yang setiap pekan digilir itu. Sebab datang ke sekolah atau datang ke pengajian sama mulianya jika diniatkan untuk ibadah mencari ilmu.

Dan ini yang menarik: setiap Rabu pula kami menikmati masakan Indonesia yang langka itu. Dapat ilmu juga dapat masakan Indonesia. Hehehe.  

0 komentar:

Posting Komentar