Saya cukup senang dengan dimulainya pertandingan Liga
Sepakbola Eropa di pertengahan bulan Agustus. Sebab pada musim panas yang tanpa adanya perhelatan sebakbola itu
hampir mirip dengan makanan tanpa garam. Hambar. Tapi selalu ada yang
mengejutkan di awal-awal liga.
Kali ini yang lebih menyentak hati dan pikiran adalah tentang berita beberapa menit menjelang penutupan bursa transfer pemain sepakbola. Betapa
tidak, sebagai fans Real Madrid, meski klub asal Spanyol ini mendapatkan
pemain-pemain hebat, tapi juga melepaskan pemain yang sudah menyumbangkan banyak
gol dan asisnya.
Lihatlah data ini: pemain baru yang baru saja dibeli Madrid
adalah Gareth Bale, yang cukup alot dalam negoisasi antara Spurs dan Madrid,
ada juga Isco, yang dalam tiga pertandingan awal sudah menyumbang 3 gol. Madrid juga mendatangkan Carvajal, Illarra, Casemiro
dan Jese.
Dengan datangnya pemain baru, konsekuensi logisnya adalah harus ada yang keluar. Walaupun yang keluar dari Madrid juga bukan main-main
bagusnya. Penyerang utama Higuain di awal masa transfer sudah memilih klub Napoli,
selain nama Callejon dan Albiol. Essien kembali ke Chelsea bersama Mourinho.
Ada juga
Adan, Carvalho, Cheryshev. Bahkan, Kaka langsung pergi ke Milan setelah Madrid secara
resmi dapatkan Bale. Yang paling akhir dan menyedihkan bagi fans Madrid adalah hengkangnya
Ozil ke Arsenal. Ternyata ada satu lagi, Coentrao dipinjamkan ke MU di menit
akhir bursa transfer pemain sepakbola.
Nyesek sih, banyak
pemain bagus yang hilang. Tapi bagi fans klub lain yang kedatangan mantan pemain
Madrid sangat senang. Banget. Hahaha.
Saksikan saja bagaimana antusiasnya pelatih dan fans Arsenal kedatangan Mesut
Ozil. Juga AC Milan yang pemain terbaiknya kembali ke rumahnya. Atau Napoli
disebut-sebut sebagai klub yang cukup disegani setelah mendatangkan 3 mantan
pemain Madrid.
Logika yang digunakan dalam pembelian dan penjualan adalah
seratus persen bisnis. Membeli pemain yang terbaik agar dapat menyumbangkan
sebuah piala. Dan itu dapat menutup harga pembelian pemain itu.
Bahkan, logika ini juga akhirnya tidak menyertakan perasaan, dengan alasan
profesionalitas. Padahal bahasa yang secara tidak halus adalah mengatakan, pemain yang dijual itu tidak bisa
lagi memuaskan sang pemilik klub yang haus kemenangan dan haus keuntungan yang
sebanyak-banyaknya.
Pembelian dan penjualan pemain bola ini sebenarnya kalau
boleh kita menyebutnya sebagai perbudakan pada zaman modern. Dulu budak dibeli
dan dijual untuk menjadi budak atau pembantu di zaman jahiliyah. Sekarang,
pemain boleh dijual dan dibeli untuk memperebutkan sebuah juara dan keuntungan besar bagi klub. Sama saja kan? Hehe.
Tapi ada satu hal yang sangat kontradiktif ketika kedatangan
dan kepergian pemain. Saat perkenalan Bale di Santiago Bernabeu, misalnya, perhelatan
akbar terjadi di stadiun di ibukota Spanyol itu. Hiperbola media dalam
pemberitaan kedatangan itu begitu kentara. Bahkan streaming sudah disiarkan satu jam sebelum acara perkenalan
itu sudah disiarkan melalui Real Madrid TV dan Youtube. Ratusan ribu orang
menyaksikan acara itu.
Sementara di tempat lain, di saat melepaskan pemainnya
Madrid hanya menulis sebuah rilis berita melalui website resminya. Padahal ketika
mendatangkan pemain itu hampir sama dengan kedatangan Bale di Madrid. Sebut saja
Kaka yang dulu didatangkan Madrid dari AC Milan. Saat dijual tidak ada hingar binger
kepergiannya dari Madrid.
Jika dianalisa, kepergian Ozil ke Arsenal tentu disebabkan ia tidak lagi
diprioritaskan dalam sekuat utama. Menumpuknya gelandang di skuat Madrid
menjadi alasan utama hengkangnya pemain asal Jerman berdarah Turki itu. Ia tidak
mau nasibnya seperti Kaka, yang dulu masih bertahan meski sudah sering dicadangkan. Sebab
tugas pokok pemain adalah bermain sepakbola bukan menjadi pemain cadangan atau
pengganti.
Para fans klub sepakbola tidak bisa berbuat apa-apa ketika
pemain kesayangannya merumput di klub lain. Dan ada beberapa tipe fans klub
sepakbola. Ada yang menyukai karena klubnya bagus. Ada yang mencintai karena
pemainnya bagus. Ada juga yang hanya ikut-ikutan suka klub saat klub itu juara.
Dan akhirnya para fans klub sepakbola harus sadar
bahwa sepakbola adalah bisnis jumbo abad modern. Dalam sebuah klub dapat menghasilkan
jutaan bahkan milyaran euro. Mulai penjualan karcis, jersey, sampai
pernak-pernik klub lainnya. Juga tak kalah penting adalah hadiah utama jika menjadi
juara liga domestik, piala raja dan liga champions.
Di luar itu semua, saya sebagai penikmat permainan sepakbola Real Madrid hanya menjadikan itu sebagai hiburan di akhir pekan. Ya, akhir pekan tanpa bola
hanya seperti makanan tanpa garam, hambar.