Selasa, 10 Juli 2012

Guru-guru yang Menginspirasi (1)


Banyak sekali guru yang menginspirasi saya, pertama kali adalah ibu dan ayah saya. Ibu saya adalah guru pertama saya. Ia mengajarkan membaca, menulis, berhitung alias calistung, yang berefek bagi saya untuk menyukai Matematika dan Bahasa Indonesia sampai sekarang. 

Dan yang terpenting adalah ia mengajarkan kepada saya membaca Alquran, kejujuran dan sopan santun yang menjadi penuntun hidup bagi saya sampai saat ini. Bapak saya adalah guru kehidupan tentang sebuah kesabaran dan keuletan.

Suatu ketika saat saya dan saudara kembar saya pulang kampung saat liburan akhir tahun kelas tiga di Pondok Modern Gontor (setara kelas 3 SMP), kami ingin sekali menikmati tontonan sebuah televisi. Sayangnya tipi di rumah kami rusak. 

Saudara kembar saya ngambek dan merengek ke ibu saya agar tipi diservis atau beli yang baru. Saya hanya diam mengamini celoteh saudara kembar saya waktu itu. Dan saya merasa berdosa sekali waktu itu. Maafkanlah ibu.

Lantas ibu saya bilang, dengan kata-katanya yang datang dari hati yang terdalam, seingat saya begini ia ucapkan, "Dadan, Deden, bukannya Mamah (sebutan untuk ibu kami di rumah) tidak mau membelikan tipi baru buat kalian, tetapi bagi mamah, kesuksesan sekolah kalian lebih berarti dari segala hal apapun. Perlu kalian ketahui, uang Apa (sebutan untuk bapak kami di rumah) dan Mamah habis untuk menyekolahkan kalian berdua ditambah dua kakak kalian," ucapnya sembari airmata menetes di pipinya.

Tak terasa air mata kami pun tumpah seketika. Tak ada drama. Saya dan saudara kembar saya pun menangis bersalah. Dan kami juga menangis tentang sebuah syukur bahwa kami memiliki ibu yang sangat baik. Tentu sangat baik. 

Sebagai guru SD waktu itu, ia paham bagaimana tentang tontonan tipi yang tidak atau jarang mendidik itu. Jadi, jika ingin kami menonton, kami datang ke rumah tetangga hanya untuk menonton tipi. Keinginan menonton tipi di rumah ini beralasan, sebab di Gontor pun kami tidak bisa menonton tipi. Hanya fokus untuk belajar.

Selain kesederhanaan, ibu kami juga mengajarkan tentang disiplin. Setiap akhir pekan, misalnya, kami sekeluarga melaksanakan kerja bakti membersihkan rumah. Ada yang mendapat bagian membersihkan seluruh jendela rumah. Ada yang bertugas menyapu halaman. Ada yang bertugas mengepel lantai, dan yang lainnya. 

Atau sebuah peraturan lainnya, misalnya, tak boleh bolos sekolah tanpa alasan. Saat kami SD ada di antara kami dihukum dengan harus mendekam di kamar, tidak boleh keluar sama sekali, hingga berjanji untuk tidak bolos kelas lagi. Karena hukuman itu akhirnya ia masuk kelas dan lulus dari sekolah agama.

(bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar